alon penumpang kereta api menjalani rapid test di stasiun Pasar Senen, Jakarta, Selasa, 27 Oktober 2020. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Halo Sehat

Pasien COVID-19 Tidak Peka Lagi dengan Bau dan Rasa, Simak Analisisnya

  • Virus corona masih masif menyebar di Indonesia. Virus berukuran 0,1 mikron tersebut telah terbukti memiliki kemampuan untuk mencapai otak manusia setelah dihirup melalui hidung seseorang. Hal ini menjelaskan kenapa ketika terinveksi virus ini orang akan kehilangan kemampuan untuk merasakan bau dan rasa, serta sakit kepala.

Halo Sehat
SP

SP

Author

Virus corona masih masif menyebar di Indonesia. Virus berukuran 0,1 mikron tersebut telah terbukti memiliki kemampuan untuk mencapai otak manusia setelah dihirup melalui hidung seseorang. Hal ini menjelaskan kenapa ketika terinveksi virus ini orang akan kehilangan kemampuan untuk merasakan bau dan rasa, serta sakit kepala.

Para peneliti dari Charité – Universitätsmedizin Berlin mampu menganalisis sampel jaringan post-mortem dari 33 pasien positif coronavirus dan yang akhirnya mereka temukan adalah bahwa SARS-CoV-2 dapat masuk ke otak melalui sel saraf di mukosa olfaktorius yang terletak di bagian atas rongga hidung.

 “Data ini mendukung anggapan bahwa SARS-CoV-2 mampu menggunakan mukosa olfaktorius sebagai pelabuhan masuk ke otak. Begitu berada di dalam mukosa penciuman, virus tampaknya menggunakan koneksi neuroanatomis, seperti saraf penciuman, untuk mencapai otak, “kata penulis studi tersebut, Profesor Frank Heppner dalam rilis berita, seperti dikutip dari TrenAsia.com.

“Namun, penting untuk ditekankan, bahwa pasien yang terlibat dalam penelitian ini memiliki penyakit yang akan didefinisikan sebagai penyakit parah, termasuk dalam kelompok kecil pasien yang terbukti bersiko meninggal oleh penyakit tersebut. Oleh karena itu, belum tentu memungkinkan untuk mentransfer hasil penelitian kami ke kasus dengan penyakit ringan atau sedang. ”

Penelitian yang dipublikasikan di Nature Neuroscience 1 Desember 2020 itu menambahkan bahwa lebih dari satu dari tiga pasien melaporkan gejala neurologis, sementara orang lain menderita sakit kepala, kelelahan, pusing, dan mual. Dalam kasus yang jarang terjadi, stroke atau kondisi serius lainnya diamati.

Selain menemukan bukti sel kekebalan yang diaktifkan di otak dan di dalam mukosa penciuman, tim mendeteksi tanda-tanda kekebalan dari sel-sel tertentu ini di dalam cairan otak.

“Di mata kami, keberadaan SARS-CoV-2 di sel saraf mukosa olfaktorius memberikan penjelasan yang baik untuk gejala neurologis yang ditemukan pada pasien COVID-19, seperti hilangnya indra penciuman atau perasa,” kata Heppner.

 “Kami juga menemukan SARS-CoV-2 di area otak yang mengontrol fungsi vital, seperti pernapasan. Tidak dapat dikesampingkan bahwa pada pasien dengan COVID-19 parah, keberadaan virus di area otak ini akan berdampak buruk pada fungsi pernapasan, menambah masalah pernapasan akibat infeksi paru-paru SARS-CoV-2. Masalah serupa mungkin timbul dalam kaitannya dengan fungsi kardiovaskular. “

Penemuan ini sejalan dengan studi lain pada bulan September yang dilakukan oleh para peneliti dari Universitas Yale. Mereka juga menemukan bahwa novel coronavirus dapat memasuki sel otak, yang membantu menjelaskan gejala neurologis yang dialami beberapa pasien.

Begitu masuk ke dalam organ, virus dapat mengambil alih sel otak untuk menggandakan dirinya sendiri. Penularan juga tampaknya menghilangkan oksigen dari sel-sel di dekatnya, menyebabkan mereka layu dan mati.