Produksi emping milik Badri, warga Dusun Kebonredi, Desa Tanjungsari Pacitan
Halo Berita

Perajin Emping Mlinjo Makin Berkurang

  • Emping mlinjo sebenarnya memiliki peminat tinggi, sayangnya pengusaha makanan ini di Pacitan justru semakin menurun.

Halo Berita
AZ

AZ

Author

Halopacitan, Pacitan—Dusun Kebonredi, Desa Tanjungsari Pacitan dulunya dikenal sebagai sentra perajin emping mlinjo, akan tetapi sekarang jumlahnya kian berkurang.

"Di Kedonredi saja dulu ada sekitar tujuh orang yang buat emping, belum di daerah lain, sekarang di sini tinggal dua orang yang aktif buat emping, termasuk saya," kata Badri (45), salah satu perajin emping di RT 01/ RW 03 Dusun Kebonredi.

Dia mengaku bahwa permintaan emping di Pacitan cukup diminati. Selain dipasarkan sendiri dan disetor ke toko oleh-oleh khas Pacitan, juga beberapa pesanan.

"Kalau peminat emping ini lumayan tinggi, satu bulan itu omzet sekitar Rp3 juta ke atas. Sebenarnya kalau mau itu ada pesanan setor ke Ponorogo, Surabaya dan Jakarta, tapi tenaganya masih belum mampu," katanya.

Bapak tiga anak ini menceritakan usaha emping dilakukan secara turun temurun, bahkan sebelum ia lahir sudah digeluti oleh orang tuanya maupun kakek neneknya.

Emping yang dibuatnya ada dua varian, emping besar dengan harga Rp50 .000 per kilogram dan emping medem [kecil dan tebal] dengan harga Rp10.000 dan Rp12.000, selain itu pihaknya juga membuat ceriping pisang dan sale.

"Yang paling banter ya emping sama ceripingnya. Cuma kendalanya modal, alat dan tenaga, kalau pemasaran cukup tinggi dan yang ramai terutama saat puasa sampai lebaran," kata Badri.

Sementara, untuk bahan baku emping diperolehnya dari pasar  dengan harga per kilogram Rp7.000 dalam bentuk kalakan atau mlinjo kering yang sudah dikupas. "Dua kilogram mlinjo kalakan bisa jadi dua kilogram emping," terangnya.  Dalam sehari dirinya bisa membuat tiga kilogram emping besar  dan 30 kilogram emping mendem.