Halopacitan, Bandar – Ribuan batang pohon cengkih, di Desa Petungsinarang, Kecamatan Bandar, Kabupaten Pacitan, layu dan mati secara perlahan. Banyak petani cengkih di desa tersebut kini hanya mengandalkan hasil panen kelapa dan temu lawak hitam.
“Padahal beberapa tahun terakhir cengkih menjadi penghasilan utama warga, saat musim kemarau,” kata Winarto Kepala Urusan (Kaur) Pemerintahan Desa Petungsinarang kepada Halopacitan, Sabtu (03/11/2018).
Lamanya musim kemarau pada tahun 2018 ini, diduga menjadi penyebab layunya pohon-pohon tersebut. Tidak bisa dipastikan berapa luas tanaman cengih yang mati karena sebagian besar warga menanamnya tidak dalam lahan khusus, tetapi memanfaatkan lahan sekitar rumah.
“Untuk luas area kami sulit menghitungnya, tetapi rata-rata warga sini menanam cengkih 20 sampai 25 batang di areal rumahnya,” tambahnya.
Winarto juga mengatakan, selain kekeringan, ada sebab lain yang membuat pohon cengkih mengering. Menurut informasi dari Dinas Pertanian, salah satu hal yang dilarang adalah memetik daun cengkih karena membuat pohon akan mudah terserang hama. Larangan tersebut sepertinya dilanggar oleh para petani.
“Karena daun cengkih yang gugur dapat menjadi pupuk untuk pohon cengkih, selain itu juga sebagai penghambat penguapan air di dalam tanah,” katanya mengutip keterangan Dinas Pertanian.
Akibat masalah tersebut sebagian besar warga sekitar beralih menanam temu lawak hitam, untuk pengganti cengkih “Semua pohon cengkih layu sudah tidak bisa berbuah, akhirnya kami menanam temulawak saja,” kata Mistar (55), salah seorang petani cengkih.
Selain itu untuk pemasukan sehari-hari warga bergantung pada kelapa. Namun saat ini pohon kelapa jgua sedang mengalami penyusutan produksi buah. “Untuk pemasukan harian kami menjual kelapa, itupun hanya sedikit. Sekitar 10 biji saja, untuk harga kelapa saat ini per buahnya Rp1.500,” katanya.