
Potensi Besar, Sayang Gula Aren Karanggedhe Belum Tergarap Maksimal
Desa Karanggedhe, Kecamatan Arjosari, menjadi daerah sentra industri gula aren yang cukup potensial di Kabupaten Pacitan. Sayangnya karena berbagai kendala hasil yang dirasakan para perajin belum semanis rasa gulanya.
Halo Berita
Halopacitan, Pacitan—Dengan wilayah hutan yang masih luas dan lanskap yang bergunung-gunung membuat membuat pohon aren mudah tumbuh di Pacitan. Hal ini menjadikan potensi produksi gula aren juga cukup tinggi.
Salah satu kendala yang dihadapi para perajin adalah produksinya yang masih dikerjakan secara tradisional, hingga kuantitas dan kualitas produksi tidak memadahi. Selain itu, penjualannya masih sangat tergantung kepada para tengkulak hingga yang kerap menjadikan produsen kerap tidak berdaya menentukan harga.
Bambang, Kepala Desa Karanggedhe, mengatakan di desanya setidanya ada 70 perajin gula aren yang tersebar di sejumlah dusun. “Semua masih merupakan industri rumah tangga,” katanya Rabu (12/12/2018).
Setiap bulan, sentra industri di Desa Karanggedhe ini rata-rata menghasilkan 12 ton gula aren yang dijual baik di Pacitan maupun luar daerah dengan harga antara Rp20.000-Rp25.000.
"Permintaan lebih banyak dari luar daerah terutama Wonogiri, Ponorogo, Solo dan Madiun. Biasanya digunakan untuk komplitan jamu dan kedai-kedai kopi anak muda" kata Bambang.
Menurutnya industri gula aren ini sebenarnya sangat menjanjikan. Pangsa pasarnya juga cukup tinggi. Salah satu alasannya banyak orang memilih gula aren dipercaya lebih sehat dibandingkan tebu terutama karena kandungan kalori yang lebih rendah.
Selain itu gula yang dibuat dari sadapan nira aren ini dikenal mempunyai sejumlah khasiat diantaranya pencegah anemia, menyembuhkan penyakit maag, sumber protein tinggi, pencegah hepatitis, menyembuhkan sariawan dan sebagai campuran jamu tradisional.
Karena tingginya permintaan pasar, Bambang mengatakan. akhir-akhir ini banyak banyak tengkulak yang datang langsung kepada para perajin.
Susanto, salah satu penderes nira dan perajin gula aren menegaskan dia tidak pernah harus membawa produksinya ke pasar karena sudah diambil pembeli. "Kok kepasar, untuk mencukupi pesanan saja banyak kurangnya" jawabnya.
Menurut Susanto, rendahnya produksi diakibatkan semakin berkurangnya tenaga muda yang mau melanjutkan aktivitas tersebut serta semakin berkurangnya pohon aren dan cara pengolahan yang masih sangat tradisional.
Menghadapi hal ini, Pemerintah Desa Karanggedhe akan menggandeng Diskoperindag Pacitan untuk mencari solusi baik melalui pelatihan teknologi tepat guna, uji mutu kualitas, fasilitasi mitra usaha pemasaran melalui BUMDes maupun pengadaan bibit-bibit pohon aren yang bagus.
"Harapannya, Ddesa Karanggedhe bisa terangkat namanya melalui komoditas gula aren. Tetap sehat, tetap manis" ujar Bambang.
