Halopacitan, Nawangan—Mata air yang tidak pernah kering tersebut memiliki nilai religi di kalangan masyarakat. Selain itu juga terletak di tengah pemandangan yang cukup indah dan sejuk.
Untuk menuju lokasi tersebut, ada beberapa jalur untuk sampai di desa tersebut, jika dari arah Ponorogo, Wonogiri bisa lewat jalan Provinsi Nawangan-Purwantoro. Sementara kalau dari arah kota Pacitan sekitar 40 km ke arah utara kota, dengan waktu sekitar dua jam untuk sampai di Belik Brumbung.
Jalan masuk dari pinggir jalan aspal desa sempu ke belik brumbung ini sekitar 1,5 km, dan memiliki medan yang cukup lumayan sulit, karena jalannya cukup terjal dan rusak. Pengunjung juga harus jalan kaki sekitar 50 meter untuk mencapai belik.
Lokasi sekitar Belik Brumbung (Sumber: Halopacitan/Sigit Dedy Wijaya)
Menurut Mursi, warga setempat, ada dua tempat belik tersebut, di bagian atas boleh diambil airnya untuk diminum tapi tidak boleh untuk mandi. Sedangkan yang bagian bawah boleh buat mandi. “Airnya tidak pernah kering walau kemarau panjang,” katanya Sabtu (28/04/2018).
Belik ini dikenal masyarakat sekitar sebagai tempat keramat hingga ada tata tertib untuk memasukinya. Sampai saat ini tempat itu masih sepi pengunjung. "Kalau pengunjungnya ya ada, tapi tidak mesti, walau hari libur kadang juga sepi,"katanya
Mursi menambahkan, area di sekitaran belik ini tidak ada tanaman hasil bumi, seperti padi, singkong dan lainnya, tapi hanya ditumbuhi rumput dan juga pepohonan. Konon, dulu pernah ditanami hasil bumi seperti singkong tetapi masyarakat merasa ada yang aneh hingga kemudian dihentikan.
"Walaupun hasilnya bagus tapi tak sewajarnya, bagi yang menanam tersebut biasanya langsung sakit-sakitan,"imbuhnya.
Pemandangan dari Belik Brumbung (Sumber: Halopacitan/Sigit Dedy Wijaya)
Lokasi ini memiliki pemandangan alam yang asri dan menarik, karena di sekeliling lokasi dikelilingi lahan persawahan terasering. Suara gemercik air dari perbukitan dan lalu lalang warga setempat yang bekerja ke sawah menawarkan suasana alam yang cukup mengesankan.
Sebenarya di lokasi tersebut sudah dibuatkan tempat duduk yang terbuat dari kayu, bambu yang atapnya menggunakan ijuk. Selain itu sudah disediakan musala di tempat tersebut. Sampai saat ini tidak ada biaya masuk ke lokasi.
Tertarik? Silahkan dicoba, tetapi karena di area tersebut belum ada warung, jadi misal ingin berkunjung ke belik brumbung tersebut jangan lupa membawa bekal dari rumah. (Sigit Dedy Wijaya)