
Puluhan Hektare Sawah di Sekitar Sungai Brungkah Tertimbun Material Bebatuan
Akibat banjir pasir dan batu yang dibawa aliran Sungai Brungkah, yang merupakan anak Sungai Grindulu, lahan pertanian di Pacitan seluas lebih dari 43 hektare tidak bisa ditanami karena tertutup material bebatuan.
Halo Berita
Halopacitan, Pacitan— Luas lahan yang tertimbun batu sungai tersebut terjadi di dua desa yakni Desa Karangrejo seluas 23 hektare, dan di Desa Gayuhan seluas kurang lebih 20 hektare.
Sukoiri Kepala Desa Karangrejo mengatakan, lahan seluas 23 hektare yang tertutup batu tersebut berada di empat dusun yakni Dusun Wonosari,Trobakal, Krajan dan Brungkah.
Sementara Imam Mawardi, Kepala Desa Gayuhan mengatakan, sekitar 20 hektare lahan pertanian di wilayahnya rusak. Dia mengaku telah melaporkan masalah ini ke pemerintah daerah untuk bisa dilakukan normalisasi.
Untuk bisa membuat sawah tersebut bisa ditanami lagi, satu-satunya cara harus dilakukan normalisasi yang tidak mungkin dilakukan dengan tenaga manual.
“Kami sudah minta kepada Pemerintah Daerah untuk melaksanakan program khusus, terkait lahan pertanian di desa Karangrejo yang tertutup material bebatuan,” katanya kepada Halopacitan Rabu (07/03/2018).

Aliran Sungai Brungkah (Sumber: Halopacitan/Sigit Dedy Wijaya)
Sukoiri khawatir jelas lahan pertanian ini tidak segera dipulihkan akan banyak masyarakat kehilangan mata pencaharian, dan pada akhirnya akan terjadi peningkatan angka kemiskinan.
Dia menegaskan apa yang terjadi di Desa Karangrejo tidak terkait dengan pembangunan Waduk Tukul di Desa Karanggede. Musibah ini terjadi karena pendangkalan Sungai Brungkah yang setiap hujan durasi 1-2 jam selalu banjir dan meluapkan material bebatuan.
“Kalau ada yang mengatakan banjir ini dampak dari pembangunan Waduk Tukul, itu sama sekali tidak benar. Kondisi ini terjadi karena dampak lain, khususnya dari Desa Karangrejo yakni aliran Sungai Brungkah,” tambah Sukoiri. (Sigit Dedy Wijaya)
