
Refleksi Hari Perempuan Internasional, STOP Ketidakadilan pada Perempuan
Setiap tanggal 8 Maret Perempuan sedunia memperingati hari yang sangat bersejarah, yaitu International Women’s Day (IWD), atau dikenal dengan Hari Perempuan Internasional. Betapa perempuan juga berperan sangat penting dalam membangun peradaban generasi karena madrasah pertama seorang anak ada di tangan perempuan, yaitu ibunya.
Halo Berita
Setiap tanggal 8 Maret Perempuan sedunia memperingati hari yang sangat bersejarah, yaitu International Women’s Day (IWD), atau dikenal dengan Hari Perempuan Internasional. Betapa perempuan juga berperan sangat penting dalam membangun peradaban generasi karena madrasah pertama seorang anak ada di tangan perempuan, yaitu ibunya.
Tentu tidak berlebihan ketika dunia pun mengapresiasi kiprah perempuan dan sudah sewajarnya bila dunia pun memberikan ruang-ruang lebih sehingga kesetaraan/keadilan gender pun diperhatikan. Pada perayaan Hari Perempuan Internasional tahun 2021, tema yang diusung adalah A challenged world is an alert world. And from challenge comes change. So let's all #ChooseToChallenge (memilih untuk menantang). Tema tersebut bermakna sebagai seruan kepada semua pihak untuk menantang dan menyerukan tentang bias dan ketidaksetaraan gender, serta merayakan pencapaian perempuan.
Hal tersebut seharusnya diparesiasi oleh seluruh pihak sehingga ‘pengkerdilan’ atau ‘ketidakadilan’ terhadap perempuan tidak terjadi. Semua komponen seharusnya sadar bahwa perempuan sagat penting mengambil peran terutama dalam pola pendidikan di era 4.0 yang meletakkan dasar pada (1) karakter; (2) literasi; (3) kompetensi. Perempuan-perempuan hebat tentu akan sadar dan terus membekali diri bagaimana generasi-generasi yang dilahirkannya dan yang didampinginya, menjadi gen11` erasi yang siap, berkualitas secara IMTAQ dan IPTEK, tidak menjadi generasi gagap tetapi menjadi generasi yang matang dan bertanggung jawab.
Tradisi Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) setiap menjelang peringatan Hari Perempuan Internasional, menerbitkan laporan Catatan Tahunan atau Catahu menjadi hal yang harus diapresiasi. Berdasarkan Catahu 2021 yang disampaikan secara virtual melalui YouTube Komnas Perempuan pada Jumat (5/3/2021), kita menjadi tahu apa yang sebenarnya terjadi, dan bagaimana potret keadilan gender di Indonesia.
Perjuangan untuk kesetaraan/keadilan gender masih harus terus dilakukan. Bila dicermati data dari Komisioner Komnas Perempuan, Alimatul Qibtitiyah bahwa kekerasan di ranah personal selalu menduduki posisi tertinggi setiap tahun. Data kekerasan terhadap perempuan yang terjadi dalam hubungan personal yaitu sebesar 79 persen atau sebanyak 6.480 kasus. Bentuk kekerasan di ranah personal juga bermacam-macam. Komnas Perempuan menyoroti kasus yang paling banyak terjadi sepanjang 2020. Urutan tertinggi adalah kasus pencabulan, kekerasan gender berbasis siber, lalu kekerasan seksual lain. Data yang dirilies dari Komnas Perempuan Kekerasan gender berbasis siber mengalami kenaikan jumlah pelaporan yang sangat pesat. Tahun 2019, jumlah kasus yang dilaporkan sebanyak 241 kasus meningkat menjadi 940 kasus, tercatat justru dilakukan oleh orang yang dekat dengan korban.
Pemikiran patriarki yang masih mendominasi menyebabkan perempuan juga mengalami kekerasan fisik, kekerasan seksual, kekerasan psikis, dan kekerasan ekonomi juga kekerasan verbal. Kekerasan verbal biasanya menjadi pemicu munculnya kekerasan yang lain. Bijak dalam menggunkana bahasa adalah sebuah keharusan karena dari bahasalah baik atau buruknya maksud akan tampak, dan setelah sampai kepada komunikan atau lawan bicara akan berefek menenangkan, mengobarkan, menjadi tidak simpati, berujung dendam dan akhirnya berujung eksekusi berupa ‘kekerasan’.
Relasi kuasa ruapnya turut mewarnai munculya kekerasan pada perempuan., Komnas Perempuan mencatat, sepanjang 2020, total kasus kekerasan terhadap perempuan sebanyak 299.911 kasus. Angka tersebut bukanlah main-main dan tentunya harus terus menjadi pencermatan karena perempuan adalah bagian dari makluk Tuhan yang harus dijaga.
Apresiasi terhadap kesuksesan perempuan pun masih sering dianggap sebelah mata. Terlalu banyak data yang dikait-kaitkan sehingga perempuan’termarginalkan’ terlebih dengan hoaks atau bahkan hate speech yang diumbar. Tertarik dengan unggahan Najwa Shihab, bahwa perempuan sukses tidak disukai karena dianggap ambisi. Tetapi laki-laki sukses dianggap hebat. Laki-laki sukses mempunyai korelasi positif tetapi bagi perempuan kotrelasinya negatif. Jadi ada kecenderungan perempuan tidak menunjukkan kemampuannya karena kalau ngetop artinya sukses.
Sukses dan popularitas itu adalah dua hal yang berbeda. Ada banyak sekali orang yang silent tetapi melakukan hal yang luar biasa dan memberikan dampak dan itulah perempuan berprestasi. Ia terus berbuat kebaikan dan menebar manfaat karena hal tersebut jauh lebih penting daripada sekedar berucap tanpa berbuat.
Kalau mau terus relevan dan kalau mau terus jadi yang terbaik di bidang tertentu, maka harus mau bekerja keras, terus belajar, berproses, tidak ujug-ujug sukses. Jatuh bangun, ambil kesempatan yang tidak selalu berhasil, proses yang panjang itulah yang justru akan menguatkan, sehingga seseorang lebih fight daripada yang lain.
Tanggal 8 Maret 2021 harus mampu menjadi tonggak bagaimana Indonesia terus menempatkan dan memberi porsi pada perempuan, melihat dan menempatkan mereka sebagai bagian penting, sebagai partner, bukan sebagai pesaing yang harus ‘dihabisi’. Tuhan begitu mengistimewakan perempuan, karena dengan hati, kasih sayang dan totalitasnya mampu ‘melahirkan’ generasi-generasi hebat yang kelak akan menghebatkan Indonesia. Selamat hari perempuan sedunia, nternational Women’s Day (IWD) 2021
