Sega berkat
Halo Kuliner

Sego Berkat, Sensasi Nasi Bungkus Daun Jati

  • Jika Anda pergi ke Pacitan, satu hal yang tidak boleh dilewatkan adalah mencicipi sego berkat atau nasi berkat. Ada sensasi tersendiri ketika menikmati nasi yang dibungkus daun jati.

Halo Kuliner
AZ

AZ

Author

Halopacitan, Pacitan—Menu sega berkat sebenarnya sederhana. Yang membedakan adalah, jika biasanya nasi bungkus era sekarang menggunakan kertas minyak, atau daun pisang, sego berkat menggunakan daun jati.

Asal usul nama sego berkat sendiri karena pada masa lalu, nasi dibungkus daun jati biasanya didapat dari hajatan. Di Pacitan, pada tahun 90an, sega berkat masih banyak ditemukan setiap ada hajatan, terutama hajatan pernikahan, Nasi dibungkus daun jati akan dibawakan ke orang yang datang ke hajatan Tetapi seiring perkembangan zaman, daun jati tersingkir dan sego berkat pun diganti dengan kotak nasi dari kertas.

Sego berkat pas untuk menu sarapan. Hingga jika ingin merasakannya Anda harus mencarinya pagi-pagi. Ada beberapa tempat di Pacitan yang menjual nasi berkat. Salah satunya Warung Makan Berkah Jati di kelurahan Sidoharjo Pacitan.

Mbak Tini, pemilik Warung Makan Berkah Jati di Keluarahan Sidoharjo Pacitan yang menjual sega berkat. (Sumber: Halopacitan/Sigit Dedy Wijaya)

Pemilik warung makan ini adalah Sujatno dan Martini, sekitar 12 tahun silam awal mula merintis warung makan ini, sebelumnya , Mbak Tini berjualan sembako, kemudian pada waktu didirikan pabrik rokok di depan rumahnya, Mbak Tini beralih jualan makanan sampai sekarang.

Isi sego berkat adalah nasi dengan urap dan juga kering tempe, serundeng, bisa juga ditambahkan sambal, serta dengan lauk ikan asin, peyek dan juga gorengan.

Sederhana, murah tetapi nikmat  (Sumber: Halopacitan/Sigit Dedy Wijaya)

Aroma daun jati sangat khas membuat nasi yang ada di dalamnya memiliki rasa yang berbeda. Sebagai pelengkap menu sarapan di pagi hari, minumnya bisa ditambahkan dengan kopi hitam maupun teh hangat. Jangan mikir soal harga, karana sangat murah yakni rata-rata Rp5.000 per bungkus. (Sigit Dedy Wijaya)