Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) tatap muka di tengah pandemi COVID-19 bukanlah persoalan main-main. Pasalnya yang akan terlibat di dalamnya adalah para siswa, generasi penerus bangsa. Kekawatiran akan munculnya kluster baru dari dunia pendidikan mendorong Satuan Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kecamatan Tulakan menyusun SOP, instrument hingga simulasi apabila KBM tatap muka terpaksa dijalankan.
Dr. Rini Endrawati, salah satu personil SATGAS COVID-19 Kecamatan Tulakan menyampaikan, “Bicara KBM adalah bicara masa depan anak-anak. Kalau bicara masa depan anak-anak tentu berkaitan dengan hak anak, salah satunya adalah hak hidup. Maka dari itu kami terus bergerak, melakukan simulasi KBM di tengah pandemi. Sekolah yang sudah melakukan simulasi adalah SMA Tulakan dan SMK Tulakan. Dan minggu depan ada 6 sekolah yang minta didampingi untuk simulasi.”, sebut Plt. Kepala Puskesmas Bubakan Pacitan pada halopacitan (21/08/2020).
“Kami terus melakukan persiapan, meski kali pertama pelaksanaan KBM tatap muka bukan Kecamatan Tulakan sebagai pilot project. Terus terang kami tidak mau asal-asalan. Oleh karena itu, kami tim gugus tugas menyusun beberapa acuan, mulai protokol AKB KBM, checklist SOP dan protokol kesehatan, SOP Persiapan KBM, SOP Pelaksanaan KBM, SOP pasca KBM, serta instrumen new normal, berkaitan dengan KBM. Kami sosialisasikan berbagai perangkat yang telah kami susun dan kami simulasikan pada setiap satuan pendidikan”, ujar perempuan asal Solo ini dengan ramah.
“Tidak mudah melaksanakan KBM di tengah pandemi. Saya sampaikan ini serius, karena kapasitas SDM di sekolah yang benar-benar memahami SOP akan menjadi salah satu pijakan berhasil tidaknya atau aman dan tidaknya pelaksanaan KBM di sekolah di tengan wabah ini. Simulasi di 2 sekolah capaiannya berbeda ada yang hampir sempurna namun ada juga yang masih perlu pendampingan serius”.
“Kami berinisiatif melaksanakan simulasi ini agar penyelenggara pendidikan paham dan menunjukkan pada seluruh masyarakat bahwa sekali lagi tidak mudah melakukan KBM tatap muka di tengah pandemi. Jangan hanya euforia sesaat banyak korban nantinya. Monggo kita jaga generasi kita”, harap dr. Rini menutup.