Salah satu pertandingan gobak sodor di GOR Pacitan
Halo Berita

Serunya Lomba Gobak Sodor Ibu-ibu, Kalau Kena Rasanya Geli

  • Beberapa wanita tampak bersiaga di atas garis. Kedua tangannya tampak terlentang dengan mata terus bergerak mengikuti gerakan beberapa ibu lain yang coba melewatinya. Dengan gesit seorang ibu menerobos garis, coba dia kejar tetapi tangannya tak mampu menyentuh tubuh penyusup yang segera tertawa gembira karena misinya berhasil.

Halo Berita
AZ

AZ

Author

Halopacitan, Pacitan—Itulah sekilas gambaran lomba gobak sodor yang diikuti para ibu-ibu dan remaja putrid anggta Karang Taruna di Kabupaten Pacitan. Adu taktik antara strategi pertahanan dan menerobos garis adalah inti dari permainan tradisional tersebut.

Lomba yang digelar di GOR Pacitan itu sebagai bagian dari peringatan hari jadi ke-274 Kabupaten Pacitan. Acara yang digelarnya Forum Olahraga Masyarakat Indonesia (Formi) Pacitan dengan Dinas Pariwisata Kepemudaan dan Olahraga (Disparpora) Pacitan dilaksanakan dua hari.

Setiap kecamatan mengirimkan satu tim dengan lima pemain dan tiga cadangan plus dua ofisial. Kadang pertandingan tampak berjalan serius, kadang tawa pecah di antara para pemain.

"Seperti dikejar-kejar apa gitu, kalau kena itu rasanya geli pinginnya ketawa saja. Tetapi kita sudah seminggu lebih latihan setiap sore, kudu semangat, kalau bisa menang," kata Dian, salah satu peserta asal Bolosingo, Selasa (12/02/2019).

Para pemain bertanding dengan penuh semangat. Bahkan, tidak sedikit dari peserta yang terjatuh saat berlari, meski jatuh, tetapi malah tertawa.

"Peserta harus lincah, gesit, memiliki kecepatan berlari dan harus bisa berfikir cepat, karena ditentukan waktu sedapat mungkin cari angka atau poin lebih banyak," kata Yusie W. salah satu official tim Kecamatan Pringkuku.

Dia mengatakan, pada umumnya strategi yang digunakan masing-masing tim adalah sama, seperti bagi tim yang diadang sebisa mungkin harus bisa mengecoh penjaga. "Kalau penghadang yang bagaimana agar tidak lolos saja dan mata juga harus jeli," imbuhnya.

Ashuri Hidayat, Ketua Formi Pacitan mengatakan permainan olahraga tradisional (Ortrad) adang tersebut dimainkan 2x10 menit dengan istirahat lima menit. Sebuah tim berhasil mendapatkan poin jika salah satu pemainnya berhasil pulang pergi tanpa  bisa tersentuh lawan.

"Untuk permainannya, peserta ada lima, dua wasit, dua penjaga garis dan dua pencatat skor. Dan wasit ini khusus wasit Ortrad, kalau lombanya rencana dua hari, kalau sehari cukup ya sehari," ujarnya, saat ditemui Halopacitan.

Permainan tradisional tersebut tidak lain hanya untuk menjaring bibit-bibit atlet untuk Formi nasional tahun 2019 ini yang akan diselenggarakan di Tangerang. Sebenarnya Ortrad bukan hanya permainan adang saja, ada sumpitan, egrang, gobak sodor, dan juga terompah panjang.

"Ke depan akan kita kembangkan lagi, karena ini sudah menjadi suatu wadah olahraga rekreasi dalam arti yang non-prestasi itu masuknya ke Formi dan yang prestasi masuknya ke KONI [Komite Olahraga Nasional Indonesia]. Jadi semua olahraga rekreasi diwadahi di Formi," terang Ashuri.