Sulitnya Menanam Padi di Tanah Mbag
Menanam padi di sawah mbag atau jombor membutuhkan teknik khusus dan berbeda dibanding dengan sawah biasa. Lumpur yang sangat dalam menjadikan pengolahan sawah semacam ini lebih rumit.
Halo Berita
Halopacitan, Arjosari—Tanah mbag atau tanah jombor ini hanya ditemui di Dusun Banaran Desa Gayuhan Kecamatan Arjosari Pacitan. Kedalaman lumpur bisa mencapai hingga dua meter lebih. Hal ini menjadikan proses pengolahan sawah dari mencangkul hingga menanam padi menjadi berbeda.
Menurut Sarmi, petani warga RT 03 RW 03 Dusun Jenggrik Gayuhan bahkan lahan hampir tidak bisa dicangkul. Yang dilakukan sebelum ditanam padi hanya dengan mencabut sisa batang tanaman padi yang telah dipanen, kemudian dibalik atau dimasukkan ke dalam tanah.
"Walaupun bisa pakai cangkul tapi lebih susah, dan juga malah tidak bisa mencangkul, karena kita masuk ke dalam tanah saja sudah setengah badan, belum lagi kalau yang lebih dalam," katanya Sabtu (30/06/2018) saat ditemui Halopacitan di Dusun Banaran Desa Gayuhan.
Sarmi, saat mencabut sisa batang padi sebelum proses penanaman. (Halopacitan/Sigit Dedy Wijaya)
Jika kedalaman lumpur lebih dari di atas pinggang, biasanya memakai dua bilah batang bambu panjang yang dibentangkan di area persawahan, sehingga seluruh badan tidak ikut tenggelam.
"Kadang kalau sawahnya lebih dalam dari tinggi tubuh, biasanya mengambang dan tidak tenggelam, karena kedua tangan masih diatas sambil menanam atau mencabut sisa tanaman padi," terangnya
Dia menambahkan kalau semakin tahun tanah mbag ini sudah banyak perubahan kedalaman, hal tersebut dirasakannya saat musim tanam ataupun panen," Sekitar 10 tahun lalu saat olah sawah di sini masih setinggi leher, sekarag sudah setinggi perut, tapi masih ada beberapa sawah milik warga yang dalamnya hingga dua meter lebih," imbuhnya
Upah untuk buruh yang menanam di sawah ini juga berbeda karena tingkat kesulitan yang lebih tinggi.
"Kalau sampai pukul 10.00 WIB upahnya Rp25.000 dan kalau sampai pukul 12.00 WIB upah juga berbeda yaitu Rp. 50.000 per orang, kalau menanam di sawah biasa rata-rata upahnya Rp17.000," kata Ngapiyah (48) petani lainnya warga Desa Gayuhan.
Ngapiyah, saat menanam dan akan pindah tempat. (Halopacitan/Sigit Dedy Wijaya)
Dia mengakui kalau menanam di sawah mbag ini lebih sulit," Bukan cuma sulit saja, tapi sangat sulit, apalagi kalau sawahnya sedikit airnya itu lebih susah lagi," ungkapnya
Beberapa waktu lalu, Zainal (50), salah satu Perangkat di Desa Gayuhan mengatakan ada 10 hektare area persawahan yang jenis tanahnya mbag atau jombor dengan kedalaman satu meter, bahkan ada yang lebih dua meter.
Padi yang ditanam di sawah mbag ini lebih rentan diserang penyakit, sehingga hasil panennya sedikit kurang baik saja dan dimungkinkan terlalu lembab karena karena banyak airnya. (Sigit Dedy Wijaya)