PACITAN-Sungai Grindulu yang jadi ikon sekaligus sumber kehidupan di Kabupaten Pacitan telah membawa rangkaian dinamika bagi pemerintah dan warganya.
Sungai yang membentang dari ujung utara hingga selatan Kabupaten Pacitan itu membutuhkan sekitar 22 jembatan untuk membuat berbagai wilayah di Kabupaten Pacitan saling terhubung.
“Hampir setiap tahun selalu ada yang mengalami kerusakan akibat derasnya arus Grindulu,” kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Pacitan Suparlan, Kamis (23/6/2022).
Sungai Grindulu membentang sepanjang 60 kilometer. Lebar rata-ratanya sekitar 20 meter. Lantaran geografis Pacitan berbukit, permukiman warganya cenderung bergerombol. Setiap titik permukiman dan pusat ekonomi warga terpisah perbukitan. Sehingga, satu-satunya akses yang memungkinkan berbagai wilayah tersebut dapat saling terhubung adalah dengan melalui Grindulu.
“Karena itu, ada banyak jembatan di sepanjang Grindulu,” kata Suparlan.
Sayangnya, aliran Grindulu tidak selamanya tenang. Di setiap musim penghujan, aliran sungai menjadi lebih deras. Tak jarang bebatuan ikut terbawa derasnya air. Dampaknya, puluhan jembatan di sepanjang sungai tersebut rusak silih berganti.
“Bagaimanapun, setiap ada kerusakan tetap kami usahakan untuk diperbaiki. Karena jembatan menjadi satu-satunya akses bagi warga,” tambah Suparlan.
Sayangnya, anggaran pemerintah Kabupaten Pacitan terbatas. Anggaran pemeliharaan jembatan tahun ini bahkan susut menjadi Rp155 juta. Sementara tahun lalu Rp175 juta.
Biaya membangun jembatan baru jauh lebih besar. Contohnya jembatan di Desa Gegeran dan Desa Gunungsari (keduanya di Kecamatan Arjosari).
“Kebutuhan anggaran pembangunan Jembatan Gegeran sampai Rp 10 miliar. Di Gunungsari lebih banyak lagi,” ungkap Suparlan.
Suparlan menyebutkan bahwa Dinas PUPR sudah mengusulkan anggaran untuk melanjutkan pembangunan kedua jembatan itu.