Halopacitan, Arjosari – Dua warga tersebut yakni Bonangin (41) dan Sukinah (55) beberapa hari terakhir dihantui perasaan cemas terutama saat hujan datang. Rumah mereka hanya berjarak sekitar satu meter dari tepi Grindulu yang mengalami pendangkalan akibat tertutup material banjir besar tahun lalu.
“Beberapa hari ini sering hujan, saya khawatir kalau air datang nanti tanah samping itu ambrol terbawa arus,” kata Bonangin saat ditemui Halopacitan Kamis (15/11/2018).
Akibatnya setiap malam dia bersama istri dan ketiga anaknya memilih mengungsi ke rumah saudaranya. “Kami sekeluarga mengungsi kerumah kakak saya di atas sana, sudah tiga minggu ini, pokoknya kalau mendung saya langsung pergi,” ungkapnya.
Bonangin mengatakan sebelum sungai Grindulu mengalami pendangkalan rumahnya sebenarnya selalu aman karena arus sungai bisa berjalan lancar. “Tetapi semenjak bencana kemarin, kalinya cetek [dangkal] jadinya ya bahaya, airnya semakin deras,” tambahnya.
Sementara Sukinah (55) yang tinggal berdampingan dengan rumah Bonangin mengatakan, rumah miliknya juga telah lama tidak dihuni. Pasalnya ia masih trauma bagaimana ngerinya banjir yang terjadi pada tahun lalu. “Rumah saya sudah lama saya kosongkan, saya masih teringat waktu banjir kemarin, air dan lumpur dari atas mengerikan,” Ucapnya.
Sukinah kini lebih memilih tinggal di gubug di dekat kebun miliknya, yang dulunya merupakan kandang sapi. ”Jujur saya masih takut, mending saya di sini saja jauh dari sungai,” tambahnya.
Selain dua rumah tersebut ada sekitar enam rumah dan satu masjid yang terancam pendangkalan Sungai Grindulu. Tetapi sementara ini rumah Bonangin dan rumah Sukinah paling mengkhawatirkan.