Tetap Waspada, Pacitan Berhadapan dengan Sumber Gempa Megathrust

Rabu, 13 Oktober 2021 20:14 WIB

Penulis:Amirudin Zuhri

Teluk Pacitan terlihat dari bukit Sentono Gentong
Teluk Pacitan terlihat dari bukit Sentono Gentong (Halopacitan)

PACITAN- Gempa bumi dengan magnitudo 4.8 menggoyang Pacitan dan sejumlah daerah di pesisir Selatan Jawa. Bahkan getaran kuat terasa hingga wilayah di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pusat gempa bumi magnitudo 4.8 pada pukul 12.00.47 WIB, berada pada 8,87 Lintang Selatan dan 110,97 Bujur Timur atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 78 km arah barat daya Pacitan, Jawa Timur. Pusat gempa berada  pada kedalaman 55 km.

Kepala Stasiun Geofisika BMKG Sleman Ikhsan melalui keterangan tertulis di Yogyakarta menjelaskan di wilayah DIY getaran gempa terasa di Kabupaten Gunung Kidul, Bantul, serta Yogyakarta dengan intensitas II MMI.

Memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, menurut dia, gempa yang terjadi merupakan jenis gempa dangkal akibat aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia yang menunjam ke bawah Lempeng Eurasia di Samudra Hindia, Selatan Jawa. 

Meski tidak menimbulkan kerusakan, gempa ini kembali mengingatkan bahwa Pacitan berada pada wilayah berisiko tinggi gempa dan tsunami. Bukannya menakut-nakuti, tetapi kesadaran ini penting untuk selalu bersiap dan waspada.

Wilayah Pacitan Provinsi Jawa Timur merupakan daerah rawan gempa dan tsunami sehingga masyarakat perlu memahami konsep evakuasi mandiri agar selamat dari ancaman bencana tersebut.

"Sebagai upaya mitigasi, ada banyak upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah korban saat terjadi tsunami. Masyarakat perlu memahami konsep evakuasi mandiri,l karena merupakan jaminan keselamatan yang sudah terbukti efektif," kata Koordinator Mitigasi Gempa bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono pada 14 September 2021 silam.

Catatan sejarah juga menunjukkan sejumlah gempa besar yang memicu tsunami juga pernah terjadi di Pacitan. Salah satunya pada 4 Januari 1840  di mana gempa Jawa memicu terjadinya tsunami di Pacitan, Selanjutnya pada 20 Oktober 1859, terjadi lagi gempa besar di Pulau Jawa yang juga menimbulkan tsunami menerjang Teluk Pacitan dan  menewaskan beberapa orang awak kapal.

Gempa besar Jawa kembali terjadi pada 11 September 1921 berkekuatan 7,6. Selanjutnya, Pacitan kembali diguncang gempa besar pada 27 September 1937. Dampak gempa ini mencapai skala intensitas VIII-IX MMI menyebabkan 2.200 rumah roboh dan banyak orang meninggal.

Sebagai daerah yang berhadapan dengan zona sumber gempa megathrust, wilayah Pacitan merupakan daerah rawan gempa dan tsunami. Hasil monitoring BMKG terhadap aktivitas kegempaan sejak 2008 menunjukkan bahwa di wilayah selatan Pacitan beberapa kali terbentuk kluster seismisitas aktif, meskipun kluster pusat gempa yang terbentuk tidak diakhiri dengan terjadinya gempa besar.

Wilayah selatan Pacitan merupakan bagian dari zona aktif gempa di Jawa Timur yang mengalami peningkatan aktivitas kegempaan. Di wilayah ini pada beberapa tahun terakhir sering terjadi aktivitas gempa signifikan yang guncangannya dirasakan masyarakat.

Berdasarkan hasil kajian, kawasan selatan Jawa Timur tersebut memiliki potensi magnitudo maksimum gempa megathrust 8,7. Nilai magnitudo gempa tertarget ini oleh tim kajian BMKG dijadikan sebagai data pemodelan tsunami untuk wilayah Pacitan.

Daryono menambahkan perlu upaya serius untuk menyiapkan masyarakat seperti evakuasi mandiri lewat kearifan lokal seperti "Smong" di Pulau Simeulue Provinsi Aceh yang terbukti efektif menyelamatkan masyarakat di pulau tersebut sejak ratusan tahun.

Karena saat terjadi gempa kuat, saat itu juga masyarakat pesisir harus segera menjauh dari pantai. Untuk mendukung efektivitas proses evakuasi, maka jalur evakuasi harus sudah disiapkan, rambu evakuasi sudah terpasang secara permanen.