Halopacitan, Kebonagung— Salah satu upacara tradisional yang cukup terkenal adalah Baritan yang dilaksanakan Minggu (07/10/2018) di Dusun Wati, Desa Gawang, Kecamatan Kebonagung, Pacitan.
Tradisi tua ini dilaksanakan setahun sekali setiap bulan Suro atau Muharram dengan tujuan agar dijauhkan dari bencana. Maka Baritan pun dikenal sebagai tradisi tolak bala.
Upacara tersebut terdiri dari berbagai rangkaian acara yang dipimpin langsung oleh jurukunci dan sesepuh desa. Rangakaian Baritan meliputi ziarah makam leluhur, kirab, penyembelihan wedhus (kambing) kendhit jantan, yakni kambing dengan warna hitam tetapi memiliki bulu putih yang melingar di perutnya. Kepala kambing ini kemudian dikubur di tengah perempatan sebagai puncak upacara.
Upacara juga diiringi musik gamelan, lantunan salawat Jawa dan dimeriahkan tarian tradisional serta atraksi pencak silat yang mengisahkan kesatria pengusir roh jahat.
Baritan diyakini telah ada sejak tahun 1800an yang terus diwasiatkan secara turu temurun. “Tradisi ini dilaksanakan pertama kali oleh Ki Porso Singo Yudro pada tahun 1896, pada masa itu desa diserang wabah penyakit dan akhirnya dilaksanakan wiridan, yang merupakan cikal bakal tradisi Baritan,” tutur Kadriguno Potro (82), wereng atau keturunan ke-5 leluhur desa tersebut.
Masyarakat pun berkekad akan terus melestarikan tradisi ini.”Semoga masyarakat Pacitan, khususnya dusun Wati terhindar dari balak sehingga kita bisa terus memperjuangkan perjalanan warisan leluhur ini,” harap Bari (47) ketua paguyupan Baritan. Selain terhindar dari balak Bari menjelaskan tentunya rasa bangga jika desa Gawang dapat memberikan sumbangsih melalui tradisi jawa.
Wakil Bupati Pacitan Yudi Sumbogo yang hadir dalam upacara tersebut berpesan agar tradisi ini terus dilestarikan dan dikembangkan untuk daya tarik wisatawan. (Eko Prasetyo)