Soginem dengan peralatan nginang
Halo Berita

Tradisi Nginang Semakin Hilang

  • Nginang menjadi tradisi tua di Indonesia yang kian hilang. Padahal, di Eropa, tradisi sejenis dimodernisasi dan bisa memberi manfaat.

     

Halo Berita
AZ

AZ

Author

Halopacitan, Pacitan—Di negara-negara Skandinavia, orang mengenal Snus, sebuah tradisi mengkonsumsi nikotin yang berasal dari era abad ke-18. Tradisi yang kemudian dimodernisasi tersebut terbukti efektif menekan tingkat perokok di Swedia. Bahkan negara ini menjadi negara dengan tingkat perokok terendah di Eropa.

Sebenarnya tradisi Snus ini mirip dengan nginang yang sudah ada di Indonesia sejak zaman era kerajaan. Bedanya Snus dengan mengisap daun tembakau yang diolah, sementara nginang menggunakan sejumlah daun termasuk sirih.

Namun jika di Swedia tradisi ini dipertahankan, nginang semakin tergerus. Semakin langka orang yang menginang. Padahal pada masa lalu dari rakyat jelata hingga para raja kerajaan pasti melakukan tradisi ini.

Menginang sering disebut juga nyusur yakni cara mengunyah sirih yang di campur  gambir, njet kemudian disusur dengan tembakau. Banyak orang meyakini tradisi ini memperkuat dan menyehatkan gigi dan bikin efek tenang.

Di Pacitan masih bisa ditemui beberapa orang orang yang masih melakukan kebiasaan nginang. Salah satunya Soginem yang tinggal di Dusun Brangkal, Desa Borang. Sejak remaja dia sudah nginang dan terus dilakukan setiap hari.

“Mulut akan terasa kecut bila tidak melakukannya, dan badan pun terasa lemas,” kata Soginem kepada Halopacitan Jumat (27/04/2018).

Sebenarnya Soginem pernah mencoba ingin berhenti nginang, bukan hanya sekali dua kali, karena tak bisa lepas akan kebiasaannya akhirnya kegiatan tersebut tidak bisa dihentikannya. Tapi ia mengaku pernah berhenti nginang hampir empat hari, karena stok perlengkapan nginangnya habis, dan mau beli tak ada uang, di mulut rasanya kecut, dan badan pun terasa lemas.

"Pernah hampir empat hari tidak nginang, stoknya habis, mau beli tidak ada uang, kecut di mulut, badan terasa lemas," keluhnya menggunakan bahasa Jawa.

Wanita paruh baya ini biasanya menghabiskan 1/4 kg tembakau dalam waktu empat sampai lima hari, tapi kalau dulu waktu masih kuat untuk bekerja dan masih bisa cari penghasilan, biasanya satu sampai dua hari sudah habis.

Perlengkapan nginang (Sumber: Halopacitan/Sigit Dedy Wijaya

Kebiasaan nginang ini memang sudah jarang dijumpai pada generasi-generasi dibawah Soginem, karena sudah banyak yang meninggalkannya tetapi jika diteliti, bisa jadi nginang akan seperti Snus yang bisa digunakan untuk menekan tingkat perokok di Indonesia. (Sigit Dedy Wijaya)