Turki, pembuat batu gamping di Dusun Kebon,Desa Sedeng
Halo Berita

Turki Hidup dengan Membakar dan Menghancurkan Batu

  • Masih banyak masyarakat yang menggunakan batu gamping sebagai bahan campuran untuk membuat bangunan agar bangunan menjadi lebih kuat dan keras. Hal ini menjadikan para pembuat batu gamping masih bisa bertahan meski tidak sejaya masa lalu.

Halo Berita
AZ

AZ

Author

Halopacitan, Pacitan—Pembuat batu gamping di Pacitan walaupun tidak banyak tetapi masih ditemui, di antaranya di Desa Sedeng, di Kecamatan Donorojo, Pringkuku, Punung, dan Pacitan juga termasuk daerah penghasil bebatuan kapur.

Turki (62), salah satu pembuat batu gamping di dusun Kebon Desa Sedeng mengaku sudah 20 tahun lebih menjalani profesi ini.

Selama kurun waktu itu dalam kesehariannya dia berpeluh dengan membakar batu gamping hingga membara dan lunak. Setelah itu dihancurkan jadi lembut. Pembakaran ini bisa memakan waktu normal nya dua hari dua malam, namun kalau kondisi cuaca hujan bisa tiga hari lebih.

 “Awalnya hanya sebagai pekerja borongan buat batu gamping, di daerah Donorojo dan Wonogiri Jawa tengah, namun setelah menikah punya sedikit pengalaman, saya mencoba membuat batu gamping sendiri di Desa Sedeng," kata laki-laki yang aslinya berasal dari Desa Sekar Kecamatan Donorojo tersebut.

Untuk modal awal ia sudah lupa, namun untuk modal pembuatan batu gamping dia sebut cukup lumayan.

"Kalau untuk pembuatannya, beli batunya, kayu bakar, zak, sekitar Rp3 jutaan, kalau keuntungannya juga enggak pasti, rata-rata sekitar Rp500 ribu perbulan, tapi kalau pas ramai pesanan bisa lebih," terangnya saat ditemui Halopacitan, Selasa (10/04/2018).

Kayu untuk bahan bakar biasanya dia membeli seharga Rp550.000 per truk dengan setiap pembakaran membutuhkan tiga truk. Sedangkan untuk membeli satu ton batu untuk mencapai Rp800.000. Sedangkan untuk mendapatkan zak [kantung kertas] dia beli di pasar dengan harga Rp500-Rp1.000 tergantung jenisnya.

Penjualan batu gamping juga masih cukup mudah. Bahkan ketika ramai, penjualan bisa merambah Wongori dan Madiun. “Kalau sekarang ini cuma setor di toko-toko bangunan di Pacitan saja," katanya. Dia menamabhkan harga per zak 20 kg  sekitar Rp10.000.

"Biasanya kalau kirim ke toko-toko bangunan rata-rata 25-50 zak, enggak mesti  tergantung juga sama permintaan, bahkan yang datang ke rumah juga ada beli satu atau dua zak," ujarnya.  (Sigit Dedy Wijaya)