Halopacitan,Pacitan—Ratusan bonsai dengan bentuk menawan tampak adu cantik pameran bertajuk Pacitan Nyawiji yang digelar di Alun-Alun Pacitan 10 - 17 Maret 2019. Kerdil tetapi tampak tua dan kokoh serta bentuk yang unik jelas menunjukkan butuh keahlian dan seni untuk membentuknya.
"Merawat dan membentuk bonsai itu tidak akan pernah selesai. Bonsai itu benda hidup, selalu berubah dan berkembang sesuai waktu, cuaca dan umur,” kata Hamam, salah satu seniman bonsai kawakan di Pacitan saat ditemui Halopacitan di sela-sela pameran Kamis (14/03/2019)
Menurut Hamam, di Pacitan penggemar bonsai dari pemula sampai tingkat madya sangat banyak. Menurut pria yang sudah belajar merawat bonsai dari tahun 1987 ini, bonsai adalah seni tentang etika dan estetika. Bagaimana menyentuh, menempatkan ataupun merawat, semua harus dengan kehati-hatian dan rasa cinta.
Hamam menjelaskan, hampir semua jenis tanaman di Pacitan bisa di bonsai kecuali tanaman kayu kayuan keras untuk industri. Bahkan menurut Hamam, di Pacitan ada jenis tanaman yang populer di bonsai dan jarang tumbuh di daerah lain. "Pokoknya semua tanaman berdaun kecil bisa di bonsai. Pacitan sendiri punya jenis tanaman bonsai yang hampir tidak ada di daerah lain, yaitu Wahong dan Legondi", jelas Hamam.
Wahong adalah sejenis tanaman perdu dengan karakter batang terlihat rapuh, dan urat batang yang menonjol di sana-sini sehingga menampakkan kesan tua. Perkembangan cabang juga saling tumpang tindih tidak beraturan. Tanaman ini tumbuh hutan dataran rendah, terutama di hutan-hutan pinggir pantai, sehingga alam Pacitan dengan garis pantai yang panjang dengan hutannya yang masih lebat adalah habitat alami pohon Wahong.
"Wahong ini selain batang percabangannya yang bagus, jika diletakkan di atas batu karang yang berlubang, pertumbuhan akarnya sangat eksotis. Akar-akarnya akan menembus batuan untuk mencari media tanah di bawahnya," jelas Hamam.
Bonsai pohon Legundi (Halopacitan/Tomi Herlambang)
Sementara pohon Legondi adalah tanaman dari kelas magnoliopsida, habitat alaminya sama dengan Wahong yaitu hutan dataran rendah. Legondi lebih dikenal masyarakat umum sebagai tanaman obat, yang diyakini memiliki berbagai macam khasiat penyembuhan.
Legondi memiliki karakteristik percabangan yang rapat dan kekar, sehingga ia digemari para pehobi bonsai sebagai batang dasar untuk di stek dengan pohon jenis lain.
Terkait bonsai sebagai komoditas, Hamam menjelaskan hargai bonsai itu relatif. Jenis, usia, orisinalitas dan minat pembeli menjadi tolok ukur. "Kalau bahan masih sekitar Rp300.000 tetapi, saya juga pernah melihat bahan yang baru diambil dari hutan dibeli Rp5 juta. Tapi kalo sudah jadi ya bisa sampai ratusan juta," jawabnya.
Dalam pameran yang digelar tersebut sebanyak 217 bonsai ikut ditampilkan. Jumlah ini melebihi target yang hanya 170 bonsai. Pesertanya juga datang dari daerah lain, tercatat ada peserta dari Tulungagung, Blitar dan lainnya juga hadir.
Menurut Anton salah seorang pengunjung pameran, tanaman bonsai sangat menarik untuknya. " Saya tidak habis pikir, tadi ada yang usia tanamannya 20 tahun tapi tingginya cuma 20 cm. Bahkan ada pohon yang tingginya cuma 30 centi sudah berbuah, kelihatannya sudah matang tadi!," ucap Anton sambil geleng-geleng kepala.