ilustras: Longsoran bahan rombakan di Dusun Petunggro Bawah, Desa Penggung, Kecamatan Nawangan (sumber: Badan Geologi/Istimewa)
Halo Berita

Waspadai Gerakan Tanah Masif di Bukit Parangan

  • Bukit Parangan yang terletak di Dusun Wonosari, Desa Karangrejo, Kecamatan Arjosari, Pacitan juga harus diwaspadai. Wilayah ini memiliki riwayat pergerakan tanah yang cukup masif.

Halo Berita
AZ

AZ

Author

Halopacitan, Arjosari—Berdasarkan laporan dari Badan Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), gerakan tanah di Bukit Parangan yang menjadi batas antara Jawa Tengah dan Jawa Timur ini terjadi sejak 2002 dan bergerak secara masif sejak Desember 2016 hingga sekarang

Menurut laporan tersebut, jenis gerakan tanah adalah reruntuhan batu yang berkembang menjadi aliran bahan rombakam. Kondisi bencana yang dapat ditimbulkan yakni, material longsor terakumulasi hingga membendung aliran Sungai Brungkah dan dapat memicu banjir bandang.

Secara umum daerah gerakan tanah merupakan perbukitan yang diapit oleh lembah terjal dan merupakan DAS (daerah aliran sungai) Brungkah serta anak sungainya yang mengalir dari utara ke selatan dengan aliran yang bersifat permanen.

Berdasarkan peta Geologi lembar Pacitan, Jawa (Samodra dkk.1992), bebatuan penyusun daerah gerakan tanah terdiri dari konglomerat aneka bahan, batu pasir, batu lanau, batu gamping, napal pasiran, batu pasir berbatu apung, dengan sisipan breksi gunung api, lava dan tuf. Batuan tersebut termasuk dalam Formasi Arjosari (TOMA).

Namun, berdasarkan pengamatan di lokasi gerakan tanah, batuan penyusun di daerah tersebut dalam kondisi lapuk. Bukan hanya itu, pengamatan di lapangan juga menemukan bahwa, batuan ini memiliki rekahan yang sangat intensif, hal ini juga menunjukkan pengaruh kuat dari struktur geologi yang terdapat di daerah tersebut.

Sementara, berdasarkan peta prakiraan wilayah potensi terjadi gerakan tanah di Kabupaten Pacitan yang dikeluarkan PVMBG pada 2016 disebutkan, Desa Karangrejo Kecamatan Arjosari termasuk zona potensi gerakan tanah menengah-tinggi. Artinya, pada daerah ini mempunyai tingkat kerentenan untuk terjadi tanah gerak menengah hingga tinggi, jika terjadi curah hujan di atas normal dan gerakan tanah lama dapat aktif kembali.

Faktor yang menyebabkan gerakan tanah yakni, kemiringan lereng yang terjal dan minim pepohonan besar, kemudian curah hujan yang tinggi sesaat, material penyusun lereng mudah lepas dan tidak padat atau masif akibat struktur geologi di daerah tersebut serta adanya erosi ke arah hulu dari mata air di dasar gawir yang berlangsung terus menerus terutama saat hujan.

Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Pacitan Dianita Agustinawati menghimbau kepada masyarakat untuk selalu siap siaga dan juga waspada, apabila terjadi hujan dengan intensitas tinggi dan berlangsung lama.