Halopacitan, Pacitan—Berdasarkan data yang masuk di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pacitan, pada pertengahan Juli 2018 lalu baru ada 13 desa yang mengalami kekeringan. Sementara hingga 22 Agustus ada sembilan desa baru yang meminta pengiriman air.
Di wilayah barat seperti di Kecamatan Donorojo dari semula ada dua desa yang mengalami kekeringan kini menjadi empat desa, yakni Desa Gendaran, Desa Kalak, Desa Gedompol, dan Desa Belah.
Pelaporan penambahan dampak kekeringan juga terjadi di Kecamatan Kebonagung, yang semula hanya satu desa kini sudah bertambah menjadi lima desa, yakni Desa Plumbungan, Desa Ketepung, Desa Kalipelus, Desa Klesem, dan Desa Katipugal.
Sementara, di kecamatan lainnya yang belum ada penambahan laporan dampak kekeringan di antaranya seperti di Kecamatan Punung, ada dua desa yakni Desa Mantren dan Tinatar. Begitu juga di Kecamatan Pringkuku ada tiga desa yakni Desa Jlubang, Desa Ngadirejan, dan Desa Pelem,
Kemudian di Kecamatan Pacitan ada tiga desa yakni Desa Sambong Desa Ponggok, dan Desa Tambakrejo. Sedangkan di wilayah utara seperti Kecamatan Arjosari ada satu desa yakni yaitu Desa Jatimalang yang melaporkan kekeringan. Kondisi serupa juga dialami Desa Petungsinarang di Kecamatan Bandar.
Sedangkan di wilayah Timur Kecamatan Ngadirojo ada tiga desa yang terdampak kekeringan yakni Desa Bodag, Desa Hadiluwih, dan Desa Cokrokembang.
Pujono, Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik BPBD Pacitan beberapa waktu lalu mengatakan langkah awal yang sudah dipetakan sebelumnya ada 28 desa yang akan mengalami dampak kekeringan dan tidak menutup kemungkinan bisa bertambah meski bisa juga berkurang.
Ia menjelaskan dalam pendistribusian air bersih menggunakan lima armada dari BPBD dan masing-masing armada mengangkut dua rit setiap harinya dengan kapasitas tangki 4.000 liter, 5.000 liter dan 6.000 liter. "Kalau yang 4.000 liter untuk pengiriman ke wilayah yang medannya sulit dijangkau," jelasnya.
Sumiati, warga RT 02 RW 04 Dusun Sengon Desa Sambong Pacitan mengatakan setiap tahunnya jika musim kemarau harus mencari sumber air di daerah lain, hanya mengandalkan bantuan dari BPBD,
"Alhamdulillah mendapatkan bantuan air bersih. Semisal setiap dusun ada satu saja penampungan air yang permanen bisa dimanfaatkan banyak warga dan tidak harus jauh-jauh mencari air ke daerah lain," kata Sumiati, Jumat (24/08/2018)
Ia menambahkan, penampungan air yang ada di daerahnya hanya sebuah torn yang berada di musala, dan itupun hanya untuk keperluan wudu saja. "Karena kasian juga sama yang sudah sepuh kalau tidak ada anak atau cucu di rumah, tidak ada yang mengambilkan air," imbuhnya. (Sigit Dedy Wijaya).