Pada perdagangan perdananya, saham PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) melonjak 24,71% atau menyentuh auto reject atas (ARA) menuju level harga Rp1.060 per lembar. Tidak sampai disitu, momentum itu terjadi hanya dalam waktu 2 menit saja sejak perdagangan dibuka dan mencapai posisi ARA sekitar pukul 09.02 WIB.
Dilansir dari Trenasia.com, perdagangan saham PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) resmi dibuka pada hari ini, Jumat 6 Agustus 2021. Tak butuh waktu lama, saham unicorn e-commerce ini langsung ludes diburu para investor.
Pada kesempatan yang sama, saham BUKA telah ditransaksikan sebanyak 1.821 dan terus mengalami peningkatan. Permintaan akan saham ini juga membludak (oversubscribed) 8,7 kali. Kapitalisasi pasar perseroan ikut membuncit menjadi Rp109,25 triliun, sekaligus menjadikannya emiten big caps.
Sementara itu sebelumnya, President Director Bukalapak Rachmat Kaimuddin sempat memaparkan sejumlah rencananya. Mulai dari perkembangan bisnis sekaligus kinerja keuangan perseroan dalam beberapa waktu belakang.
Pada akhir 2020, perusahaan berstatus unicorn ini berhasil mencatat nilai transaksi sebesar US$6 miliar. Nilai itu setara Rp85 triliun atau tiga kali lebih besar dibandingkan dengan 2018, yakni sebesar Rp28 triliun.
“Bukalapak berhasil meningkatkan nilai transaksi sebesar tiga kali pada 2020 atau setara 3,3% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia,” ujarnya dalam paparan publik virtual, Jumat, 9 Juli 2021.
Sedangkan, pendapatan Bukalapak pada tahun lalu mencapai US$96 juta atau Rp1,35 triliun. Angka ini melonjak rata-rata 115% secara tahunan jika dibandingkan dengan realisasi pendapatan perusahaan pada 2018, senilai Rp290 miliar.
Bukalapak sendiri memutuskan untuk memperbesar porsi investor ritel dalam penjatahan terpusat (pooling allotment) dari 2,5% menjadi 5% - 7,5%. Dengan begitu, investor ritel mendapat jatah pembelian saham BUKA sekitar Rp1 triliun – Rp1,6 triliun dari total nilai IPO.
Perseroan melepas 25.765.504.851 lembar saham atau setara 25% dari seluruh modal ditempatkan dan disetor penuh dengan harga pelaksanaan Rp850 per lembar. Angka tersebut merupakan harga batas atas dari rentang harga penawaran yang dipatok pada kisaran Rp750 – Rp850.
Pada masa penawaran awal, permintaan saham Bukalapak dikabarkan mengamali kelebihan pemesanan sekitar 4 kali menjadi US$6 miliar atau setara dengan Rp86,1 triliun (asumsi kurs Rp14.350 per dolar AS). Padahal, perseroan hanya menargetkan pendanaan sebesar Rp21,9 triliun.