Bangun Cinta Lingkungan, Siswa SD Cabut Rumput Sebelum Masuk Kelas

SP - Rabu, 06 November 2019 21:35 WIB
Siswa SD Paciitan cabut rumput ketika baru datang di sekolah undefined

Pagiku cerahku, matahari bersinar, kugendong tas merahku di pundak. Selamat pagi semua, kunantikan dirimu, di depan kelasku menantikan kami, sebuah petikan lagu yang selalu nyaring terdengar di pagi hari membahana di SD Pacitan, mengiringi hadirnya anak-anak siswa SD Pacitan datang di sekolah.

Pemandangan yang begitu indah, ketika anak-anak sampai di gerbang sekolah semua guru menyambut mereka dengan berjabat tangan dan mencium tangan guru-guru mereka. Beberapa kebiasaan unik terpapar jelas, siswa perempuan memberikan salam hormat dengan menyatukan kedua tangan mereka di dada, sebagai tanda hormat kepada guru mereka yang laki-laki, demikian pula sebaliknya. “Kami membiasakan anak-anak untuk wudlu dari rumah sehingga sesampainya di sekolah agar tidak batal siswa perempuan bersalaman dengan guru perempuan, demikian juga dengan yang laki-laki, karena setelah menyanyikan lagu Indonesia Raya kebiasaan di sekolah ini adalah membaca Al Quran selama 15 menit, dan membaca buku di pojok baca kelas selama 15 menit”, tutur Lilis Mugi Lestari, salah satu guru di SD Negeri Pacitan yang ditemui secara terpisah.

Hal yang tidak kalah menarik adalah kebiasaan anak-anak sebelum masuk kelas adalah mencabut rumput. Anak-anak yang diantar orang tuanya ke sekolah, dengan masih membawa tas sekolahnya, langsung menuju tempat atau taman yang tampak ada rumput liar. “Setiap anak diwajibkan mecabut rumput paling sedikit tiga, dan kemudian membuangnya di tempat sampah. Kebiasaan itu kalau tidak salah sudah dilakukan mulai saya kelas empat SD”, tutur Audy salah satu alumni SD Negeri Pacitan yang sekarang telah duduk di kelas VII SMPN 1 Pacitan.

“Kebiasaan mencabut rumput setiap pagi terus dibudayakan untuk mewujudkan sekolah yang indah. Anak-anak yang ada jadwal olah raga juga diwajibkan mencabut rumput sebelum pembelajaran olah raga dimulai yang dilakukan selama 5 menit”, ujar Asrap, guru olahraga di SD Negeri Pacitan kepada halopacitan (5/11/2019).

Kebiasaan yang ditanamkan untuk peduli lingkungan tersebut tidaklah sia-sia. SD Negeri Pacitan terus menunjukkan prestasinya sebagai Sekolah Adiwiyata Nasional tahun 2017, Sekolah Budaya Mutu, Sekolah UKS, dan Sekolah Rujukan tingkat nasional. “Kami juga sudah membina tiga SD (Sekolah Dasar), yaitu SD Cemeng I Donorojo, SD Punung 1, dan SDIC, yang Alhamdulillah sudah menjadi sekolah Adiwiyata Mandiri”, ucap Sudjud Purnomo, Kepala Sekolah SD Negeri Pacitan.

Capaian tersebut tentu tidak lepas dari dukungan banyak pihak. Komite Sekolah yang terus bekerja keras bekerjama dengan seluruh tenaga pendidik dan kependidikan mewujudkan sekolah yang ramah anak dengan takeline: religius, cerdas dan berkarakter. Hal tersebut terus dilakukan mengingat semakin ketatnya persaingan antarsekolah negeri dan swasta, bahkan akhir-akhir ini trend-nya masyarakat lebih memilih sekolah swasta karena mempunyai pembelajaran yang lebih kompleks.

“Menghadapi semua itu, SD Pacitan terus berbenah. Kami membentuk sub bagian untuk menjamin mutu sekolah, yang disebut TPMPS (Tim Pengendali Mutu Pengembangan sekolah). Kami sadar bahwa masyarakat semakin cerdas sehingga kami harus terus berbicara mutu agar orang tua siswa yakin kepada kami bahwa sekolah negeri pun bisa diandalkan. Oleh karena itu, program yang sedang dirintis dan menjadi unggulan adalah adanya jam tambahan yaitu TPA, TPQ, dan Hafiz. Selain itu, kegiatan ekstra juga terus ditingkatkan kualitasnya, bekerjasama dengan praktisi yang mumpuni di bidangnya, sehingga anak-anak mendapatkan ilmu yang layak untuk berkompetisi sampai dengan tingkat nasional. SD Negeri Pacitan menyediakan beberapa ekstra untuk anak didiknya, diantaranya ekstra sastra, tari, karawitan, drumband, PKS, musik dan lain-lain. Kami berharap anak-anak SD Pacitan tumbuh menjadi generasi yang seimbang antara IQ, EQ dan SQ”, tutup Rofik Setyawan, salah satu guru di SD Negeri Pacitan dalam forum rapat TPMPS.

Bagikan

RELATED NEWS