Setiap hari Minggu, alun-alun Pacitan menjadi tempat favorit masyarakat untuk berolahraga. Dari anak-anak, remaja, orang tua bahkan lansia (lanjut usia) selalu memanfaat waktu Car Free Day (Kawasan bebas kendaraan) ini untuk memulai hari dengan berolahraga. Lari pagi, jalan santai mengelilingi alun-alun menjadi kegiatan yang menyenangkan, terlihat juga para lansia (lanjut usia) sedang bersemangat senam pagi.
Beberapa lapak kuliner berjejer rapi menyediakan menu pagi bagi masyarakat yang berolahraga. Tampak di salah salah satu lapak, anak muda yang murah senyum dengan sigap melayani masyarakat yang kehausan sehabis olah raga dengan susu segarnya. Nyess terasa segarnya. Asupan nutrisi setelah berolahraga sangatlah penting, terutama untuk memulihkan otot pascaolahraga dan menggantikan cairan tubuh yang keluar bersama keringat (rehidrasi), susu segar adalah salah satu pilihan mudah dan murah. Selain diminum di tempat, mereka membeli untuk dibawa pulang untuk dinikmati bersama keluarga.
“Setiap kegiatan Car Free Day (CFD) di alun-alun Pacitan saya selalu membuka lapak bersama rekan-rekan ini. Selain di sini, kami menggelar produk di PLUT (Pusat Layanan Usaha Terpadu) setiap Jumat, Sabtu dan Minggu sore tetapi karena tempatnya sedang diperbaiki sementara di CFD. Alhamdulillah di sini hasil penjualannya bagus” tutur Wisnu Dwi Prabowo pemilik usaha susu segar Wisnu Milk.
Putra dari pasangan Toyib dan Siswati ini sudah merintis usaha Wisnu Milk di Dusun Grunggung Desa Gunungsari, Arjosari, Pacitan sejak enam bulan lalu, dari susu sapi murni dipasteurisasi sesudah itu bisa dibuat varian susu sapi segar beraneka rasa, seperti keju, yogurt dan cheese cake. “Untuk susu segar per liter harganya Rp. 13.000,- untuk original dan Rp.15.000,- untuk varian rasa, kalau susu segar kemasan botol hanya Rp. 7.000,-., Yogurt per liter saya jual Rp. 20.000,-, Cheese Cake Rp. 5.000,- per cup sedangkan Keju 1 kg Rp.180.000.” Ungkap Wisnu kepada Halopacitan (31/10/2019).
“Awal mulanya saya ingin meringankan beban orang tua saya, belajar mandiri, karena kuliah membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Orang tua sangat mendukung usaha saya. Pemasaran Wisnu Milk ini dilakukan dengan model pesan antar, memanfaatkan teknologi media online, selain itu saya juga ikut pameran dan menggelar produk di Car Free Day (CFD)” kata Wisnu Dwi Prabowo yang juga mahasiswa semester 1 jurusan PGSD di STKIP PGRI Pacitan.
Untuk mengembangkan kemampuan sebagai wirausaha muda, Wisnu juga tergabung di Asosiasi UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) Pacitan dan Jaring Wirausaha Muda Sejahtera (JAWARA) dibawah PLUT – KUMKM (Pusat Layanan Usaha Terpadu – Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah) Pacitan. Jaringan yang terus ia bangun tidaklah sia-sia hingga mengantarkannya meraih juara 2 Kompetisi Wirausaha 2019 yang dilaksanakan Dinas Koperasi Kabupaten Pacitan.
“Saya akan terus berupaya menggapai masa depan saya karena kesempatan harus kita ciptakan bukan kita tunggu. Tentunya doa kedua orang tua yang tidak pernah putus menjadikan usaha saya berkembang dan kuliah pun lancar”, ucap anak kedua pasangan Toyib dan Siswati tersebut.
“Alhamdulillah dari hasil berjualan susu saya bisa membayar kuliah dan membantu orang tua untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Konsumen saya lebih banyak di wilayah kota Pacitan. Sebelum berangkat kuliah saya mengantarkan pesanan dulu dan biasanya saya juga membawa produk ke kampus. Alhamdulillah produk saya bisa diterima masyarakat. Saya berharap semoga masyarakat Pacitan semakin banyak yang menyukai Wisnu Milk sehingga kuliah saya lancar dan saya bisa menjadi sarjana seperti diharapkan kedua orang tua saya.
[{"id":2489,"title":"Bubur Pati Garut, Si Lembut Berjuta Manfaat","excerpt":"<p>Siapa sangka bubur bertekstur lembut dan kental ini kaya akan manfaat. Dibuat dari tepung garut bubur pati garut rupanya masih menjadi idola sebagian masyarakat, terlebih disajikan dengan irisan kelapa muda dan dihidangkan dengan siraman santan kental. Sangat pas dinikmati saat musim hujan begini.</p>","image_1":"1607985141217.jpeg","image_2":null,"image_3":null,"image_layout":null,"body":"<p>Siapa sangka bubur bertekstur lembut dan kental ini kaya akan manfaat. Dibuat dari tepung garut bubur pati garut rupanya masih menjadi idola sebagian masyarakat, terlebih disajikan dengan irisan kelapa muda dan dihidangkan dengan siraman santan kental. Sangat pas dinikmati saat musim hujan begini.</p>\r\n<p>Bukan saja lezat di mulut, ternyata bubur pati garut juga mempunyai manfaat luar biasa bagi kesehatan tubuh. Dilansir dari ekafarm.com, Tepung garut memang dikenal sebagai salah satu sumber karbohidrat kompleks. Selain itu, tepung garut pun mengandung banyak nutrisi penting bagi tubuh, seperti kalium, fosfor, kalsium, zat besi, vitamin B1, zat folat, niasin, thiamin, riboflavin, vitamin C, dan masih banyak lainnya.</p>\r\n<p><strong>Tepung Larut, Tepung Garut, Tepung Ararut, atau Arrowroot Flour</strong> adalah tepung bebas gluten yang merupakan salah satu sumber karbohidrat alami terbaik. Garut adalah tanaman yang berkembang dengan rimpang yang kaya kandungan pati, banyak ditemukan di Amerika Selatan dan memang berasal dari sana.</p>\r\n<p>Umbi garut adalah makanan jaman penjajahan bahkan mungkin jaman sebelum penjajahan. Namun kini keberadaan umbi garut lumayan susah untuk diperoleh. Umbi garut saat ini lebih sering digunakan sebagai penyembuhan segala macam masalah pencernaan antara lain: maag, perut kembung, sembelit, dan lain sebagainya.</p>\r\n<p>Khasiat tepung garut untuk mengatasi masalah pencernaan telah diketahui sejak abad ke-19. Penelitian yang dilakukan dengan ekspedisi ke benua Antartika pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20 yang dipublikasikan di <em>National Center for Biotechnology Information</em> mengemukakan penemuan khasiat tepung garut untuk melancarkan pencernaan. Tepung garut menjadi salah satu obat utama bagi peneliti yang sedang sakit parah dan kekurangan vitamin. Tepung garut berhasil membantu memulihkan kondisi kesehatan peneliti tersebut.</p>\r\n<p>Nutrisi dan manfaat luar biasa dalam tepung garut membuatnya patut untuk dipertimbangkan sebagai asupan selingan. Terlebih, tepung ini bersahabat dengan sistem pencernaan kita sehingga tidak perlu takut untuk merasakan permasalahan gangguan pencernaan.</p>\r\n<p>Bubur pati garut sangat mudah membuatnya. Seperti halnya membuat bubur sungsum, awalnya pati direndam. Di tempat terpisah air dididihkan dengan gula jawa, setelah itu tepung garut yang telah direndam dimasukkan. Tambahkan sedikit garam, daun pandan, dan taburan kelapa muda. Bubur terus di diaduk di atas api kecil. Setelah bubur mengental dan matang, angkat, sajikan dengan santan yang telah disiapkan. Bubur siap dinikmati dan petik manfaatnya.</p>","status":"P","publish_datetime":"2020-12-14T22:32:06.000Z","video_1":null,"created_at":"2020-12-15 05:32:21","updated_at":"2021-01-28 08:24:37","highlight":1,"slug":"bubur-pati-garut-si-lembut-berjuta-manfaat","view_count":196,"image_source":"halopacitan/istimewa","image_caption":"Bubur Pati Garut, Berjuta Khasiat","user_id":12,"special_report":null,"author_name":"Pamungkas","image_1_url":"https://ik.imagekit.io/tk6ir0e7mng/halopacitan/uploads/article/image_1/2489/1607985141217.jpeg","image_1_thumb_url":"https://ik.imagekit.io/tk6ir0e7mng/halopacitan/uploads/article/image_1/2489/thumb_1607985141217.jpeg","image_1_medium_url":"https://ik.imagekit.io/tk6ir0e7mng/halopacitan/uploads/article/image_1/2489/medium_1607985141217.jpeg","image_1_large_url":"https://ik.imagekit.io/tk6ir0e7mng/halopacitan/uploads/article/image_1/2489/large_1607985141217.jpeg","image_2_url":null,"image_2_thumb_url":null,"image_2_medium_url":null,"image_2_large_url":null,"image_3_url":null,"image_3_thumb_url":null,"image_3_medium_url":null,"image_3_large_url":null,"url":"https://halopacitan.com/read/bubur-pati-garut-si-lembut-berjuta-manfaat","category":[{"id":1,"title":"Halo Berita","description":"N/A","image":"halo_berita.png","created_at":"2017-12-03 09:18:14","updated_at":"2017-12-23 05:25:27","slug":"Halo-Berita","url":"https://halopacitan.com/kanal/Halo-Berita","image_url":"https://ik.imagekit.io/tk6ir0e7mng/halopacitan/uploads/category/image/1/halo_berita.png","image_thumb_url":"https://ik.imagekit.io/tk6ir0e7mng/halopacitan/uploads/category/image/1/thumb_halo_berita.png","image_medium_url":"https://ik.imagekit.io/tk6ir0e7mng/halopacitan/uploads/category/image/1/medium_halo_berita.png","image_box_url":"https://ik.imagekit.io/tk6ir0e7mng/halopacitan/uploads/category/image/1/box_halo_berita.png","pivot":{"category_id":1,"article_id":2489}},{"id":4,"title":"Halo Kuliner","description":"N/A","image":"halo__kuliner.png","created_at":"2017-12-03 09:18:14","updated_at":"2017-12-23 05:25:35","slug":"Halo-Kuliner","url":"https://halopacitan.com/kanal/Halo-Kuliner","image_url":"https://ik.imagekit.io/tk6ir0e7mng/halopacitan/uploads/category/image/4/halo__kuliner.png","image_thumb_url":"https://ik.imagekit.io/tk6ir0e7mng/halopacitan/uploads/category/image/4/thumb_halo__kuliner.png","image_medium_url":"https://ik.imagekit.io/tk6ir0e7mng/halopacitan/uploads/category/image/4/medium_halo__kuliner.png","image_box_url":"https://ik.imagekit.io/tk6ir0e7mng/halopacitan/uploads/category/image/4/box_halo__kuliner.png","pivot":{"category_id":4,"article_id":2489}},{"id":5,"title":"Halo Sehat","description":"N/A","image":"halo_sehat.png","created_at":"2017-12-03 09:18:14","updated_at":"2018-02-09 15:19:18","slug":"Halo-Sehat","url":"https://halopacitan.com/kanal/Halo-Sehat","image_url":"https://ik.imagekit.io/tk6ir0e7mng/halopacitan/uploads/category/image/5/halo_sehat.png","image_thumb_url":"https://ik.imagekit.io/tk6ir0e7mng/halopacitan/uploads/category/image/5/thumb_halo_sehat.png","image_medium_url":"https://ik.imagekit.io/tk6ir0e7mng/halopacitan/uploads/category/image/5/medium_halo_sehat.png","image_box_url":"https://ik.imagekit.io/tk6ir0e7mng/halopacitan/uploads/category/image/5/box_halo_sehat.png","pivot":{"category_id":5,"article_id":2489}}]},{"id":2461,"title":"Siapa Sangka, Makanan Tradisional Botok Sudah Tertulis dalam Kitab Dewaruci","excerpt":"<p>Satu lagi makanan kuno yang masih bertahan sampai sat ini adalah botok. Botok atau dalam bahasa Jawa disebut bothok adalah makanan khas Jawa yang terbuat awalnya dari ampas/bungkil kelapa yang sudah diambil sarinya (santan). Pada awalnya botok yang terbuat dari ampas kelapa ini dimasak, agar ampas kelapa yang masih bergizi ini tidak dibuang.</p>","image_1":"1606656930777.jpeg","image_2":null,"image_3":null,"image_layout":null,"body":"<p>Satu lagi makanan kuno yang masih bertahan sampai sat ini adalah botok. Botok atau dalam bahasa Jawa disebut bothok adalah makanan khas Jawa yang terbuat awalnya dari ampas/bungkil kelapa yang sudah diambil sarinya (santan). Pada awalnya botok yang terbuat dari ampas kelapa ini dimasak, agar ampas kelapa yang masih bergizi ini tidak dibuang.</p>\r\n<p>Ada berbagai macam botok yang dikenal masyarakat. Ada botok lamtoro, botok tempe, botok, ikan asin, botok sembukan, bahkan tidak jarang masyarakat juga membuat botok daging, botok ayam, botok udang dll.</p>\r\n<p>Arkeolog dan Sejarahwan UM Dwi Cahyono mengungkapkan, sebenarnya istilah botok terdapat dalam kitab Dewaruci. Namun, bukan dalam konteks kalimat mengenai makanan, melainkan menunjuk pada sebangsa tumbuhan. </p>\r\n<p> </p>\r\n<p>Namun saat ini mulai ada titik terang di mana terdapat kosakata botok atau dalam bahasa Jawa baru bothok. Dalam kamus bahasa Indonesia, botok merujuk kepada lauk tradisional berupa ikan dan sebagainya yang dicampur dengan parutan kelapa muda dengan dibumbui kemudian dibungkus daun pisang lalu dikukus.</p>\r\n<p>\"Ya bedanya cara pengemasannya. Kalau pepes brengkes berbentuk lintingan. Sedangkan botok berbentuk geneman. Namun seiring berkembangnya zaman, botok pun saat ini mulai muncul dengan beragam bahan berbeda-beda di berbagai daerah,\" ungkap Dwi Cahyo seperti dilansir dari jatimtimes.com.</p>\r\n<p>Campuran bahan-bahan makanan rakyat, seperti petai cina, udang, tawon serta daun yang dijadikan sebagai bahan bahan pun kian beragam. Misalnya daun sembukan, kemangi, beluntas serta biji-bijian seperti biji mlandingan, rajangan jantung pisang(ontong) demikian pula tahu, tempe, jeroan hewan aneka ikan tawar dan ikan laut maka sesuai dengan jenis bahan terdapat aneka sebutan terhadap produk botok tersebut. Sebut saja botok sembukan, botok kemangi, botok luntas, botok ontong, botok mlandingan, botok tawon, botok jeroan botok tahu tempe.</p>\r\n<p>\"Malang namun di daerah lain juga ada yang menyebut panganan botok dengan dinamai gembrot. Ya seperti daerah eks karesidenan Kediri, panganan gembrot dibedakan dengan botok,\"tandasnya</p>\r\n<p>Dengan analogi itu, sudah cukup alasan untuk menyatakan bahwa botok memang merupakan kuliner kuno.</p>\r\n<p>Adapun pepes, brengkes atau sebutan lainnya, walaupun juga memakai daun pisang sebagai pembungkusnya, namun dikemas dalam bentuk lintingan serta dimasak dengan dikukus. Dan pepes sendiri tidak biasa menjadi bahan-bahan seperti dedaunan, ontong serta biji-bijian menjadi sebagai bahan dasarnya.</p>","status":"P","publish_datetime":"2020-11-29T13:34:51.000Z","video_1":null,"created_at":"2020-11-29 20:35:30","updated_at":"2021-01-28 08:15:47","highlight":1,"slug":"siapa-sangka-makanan-tradisional-botok-sudah-tertulis-dalam-kitab-dewaruci","view_count":206,"image_source":"halopacitan/istimewa","image_caption":"Botok, Makanan Khas Tradisional Jawa yang Tetap Eksis Sampai Hari Ini","user_id":12,"special_report":null,"author_name":"Rahmat DS","image_1_url":"https://ik.imagekit.io/tk6ir0e7mng/halopacitan/uploads/article/image_1/2461/1606656930777.jpeg","image_1_thumb_url":"https://ik.imagekit.io/tk6ir0e7mng/halopacitan/uploads/article/image_1/2461/thumb_1606656930777.jpeg","image_1_medium_url":"https://ik.imagekit.io/tk6ir0e7mng/halopacitan/uploads/article/image_1/2461/medium_1606656930777.jpeg","image_1_large_url":"https://ik.imagekit.io/tk6ir0e7mng/halopacitan/uploads/article/image_1/2461/large_1606656930777.jpeg","image_2_url":null,"image_2_thumb_url":null,"image_2_medium_url":null,"image_2_large_url":null,"image_3_url":null,"image_3_thumb_url":null,"image_3_medium_url":null,"image_3_large_url":null,"url":"https://halopacitan.com/read/siapa-sangka-makanan-tradisional-botok-sudah-tertulis-dalam-kitab-dewaruci","category":[{"id":4,"title":"Halo Kuliner","description":"N/A","image":"halo__kuliner.png","created_at":"2017-12-03 09:18:14","updated_at":"2017-12-23 05:25:35","slug":"Halo-Kuliner","url":"https://halopacitan.com/kanal/Halo-Kuliner","image_url":"https://ik.imagekit.io/tk6ir0e7mng/halopacitan/uploads/category/image/4/halo__kuliner.png","image_thumb_url":"https://ik.imagekit.io/tk6ir0e7mng/halopacitan/uploads/category/image/4/thumb_halo__kuliner.png","image_medium_url":"https://ik.imagekit.io/tk6ir0e7mng/halopacitan/uploads/category/image/4/medium_halo__kuliner.png","image_box_url":"https://ik.imagekit.io/tk6ir0e7mng/halopacitan/uploads/category/image/4/box_halo__kuliner.png","pivot":{"category_id":4,"article_id":2461}}]},{"id":2427,"title":"Sambal Tumpang, Makanan Zaman Kerajaan Mataram Hingga Kini, Yang Kaya Manfaat","excerpt":"<p>Sambal tumpang mungkin mulai asing bagi anak-anak muda bahkan tidak sedikit diantara mereka yang merasa asing dengan makanan khas ini. Sambal yang terbuat dari tempe yang sudah hampir busuk atau semangit, dihaluskan dan ditumis dengan bumbu dapur, santan.</p>","image_1":"1605997259974.jpeg","image_2":null,"image_3":null,"image_layout":null,"body":"<p>Sambal tumpang mungkin mulai asing bagi anak-anak muda bahkan tidak sedikit diantara mereka yang merasa asing dengan makanan khas ini. Sambal yang terbuat dari tempe yang sudah hampir busuk atau semangit, dihaluskan dan ditumis dengan bumbu dapur, santan.</p>\r\n<p>Sambal tumpang ternyata sudah ada sejak zaman kerajaan nusantara. Sejarawan kuliner Jawa, Heri Priyatmoko menerangkan sejarah sambal tumpang merupakan salah satu penganan khas Indonesia, bahkan tertuang dalam Serat Centhini 1814-1823.</p>\r\n<p>Dosen Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tersebut mengatakan bahwa “Dalam bukti Serat Centhini ya dari 1814 sampai 1823. Itu sudah disebutkan ada sambal tumpang itu di bumi Mataram,” kata Heri, seperti dilansir dari kompas.com.</p>\r\n<p>Lebih lanjut Heri mengatakan, dalam Serat Centhini ada banyak tokoh masyarakat yang melakukan perjalanan mengelilingi desa di daerah Jawa. Mereka masuk ke kampung-kampung untuk mengumpulkan ragam pengetahuan. Salah satunya adalah pengetahuan kuliner.</p>\r\n<p>“Dalam dialog itu dikatakan si tamu tadi disuguhi oleh tuan rumah berupa sambal tumpang. Naskah itu sudah ditulis dua abad lampau,” terang Heri. Artinya, bahwa sambal tumpang bisa jadi telah ada lebih lama dari kejadian yang tercatat di Serat Centhini tersebut.</p>\r\n<p>Sambal tumpang menjadi bukti kreativitas masyarakat Jawa mengolah bahan yang tersedia di sekitar mereka. Masyarakat kala itu berusaha mengolah bahan makanan yang oleh sebagian orang dianggap sudah tidak bisa dipakai karena proses pembusukan, namun di tangan orang-orang Jawa menjadi kuliner yang luar biasa.</p>\r\n<p>Sambal tumpang sangat mudah dalam membuatnya. Dengan bahan dapur yang mudah didapat sajian ini tentu harus dilestarikan. Olahan ini masih banyak dibuat oleh masyarakat desa seperti di Pacitan Jawa Timur, namun untuk diperjualbelikan mulai minim.</p>\r\n<p>Dalam penyajianya sambal tumpang memang mirip pecel. Dipadu dengan sayuran hijau, dan sambal tumpang disiramkan, dimakan bersama nasi hangat dan kerupuk. Paduan ini tentu akan menghasilkan makanan sehat karena fungsi tempe bosok ternyata juga sangat luar biasa.</p>\r\n<p>Tempe bosok ternyata mempunyai kandungan yang dapat memberikan efek luar biasa. Manfaat tempe bosok diantaranya, menyembuhkan infeksi, menambah nafsu makan, mengatasi perut kembung, mengatasi kanker, penyedap rasa alami, cocok untuk diet, mengatasi resiko jantung dan nutrisi tulang.</p>","status":"P","publish_datetime":"2020-11-21T22:20:01.000Z","video_1":null,"created_at":"2020-11-22 05:20:59","updated_at":"2021-01-28 08:30:19","highlight":1,"slug":"sambal-tumpang-makanan-zaman-kerajaan-mataram-hingga-kini-yang-kaya-manfaat","view_count":224,"image_source":"halopacitan/istimewa","image_caption":"Sambal Tumpang, Hidangan Khas Jawa Berbahan Dasar Tempe Bosok","user_id":12,"special_report":null,"author_name":"Pamungkas","image_1_url":"https://ik.imagekit.io/tk6ir0e7mng/halopacitan/uploads/article/image_1/2427/1605997259974.jpeg","image_1_thumb_url":"https://ik.imagekit.io/tk6ir0e7mng/halopacitan/uploads/article/image_1/2427/thumb_1605997259974.jpeg","image_1_medium_url":"https://ik.imagekit.io/tk6ir0e7mng/halopacitan/uploads/article/image_1/2427/medium_1605997259974.jpeg","image_1_large_url":"https://ik.imagekit.io/tk6ir0e7mng/halopacitan/uploads/article/image_1/2427/large_1605997259974.jpeg","image_2_url":null,"image_2_thumb_url":null,"image_2_medium_url":null,"image_2_large_url":null,"image_3_url":null,"image_3_thumb_url":null,"image_3_medium_url":null,"image_3_large_url":null,"url":"https://halopacitan.com/read/sambal-tumpang-makanan-zaman-kerajaan-mataram-hingga-kini-yang-kaya-manfaat","category":[{"id":1,"title":"Halo Berita","description":"N/A","image":"halo_berita.png","created_at":"2017-12-03 09:18:14","updated_at":"2017-12-23 05:25:27","slug":"Halo-Berita","url":"https://halopacitan.com/kanal/Halo-Berita","image_url":"https://ik.imagekit.io/tk6ir0e7mng/halopacitan/uploads/category/image/1/halo_berita.png","image_thumb_url":"https://ik.imagekit.io/tk6ir0e7mng/halopacitan/uploads/category/image/1/thumb_halo_berita.png","image_medium_url":"https://ik.imagekit.io/tk6ir0e7mng/halopacitan/uploads/category/image/1/medium_halo_berita.png","image_box_url":"https://ik.imagekit.io/tk6ir0e7mng/halopacitan/uploads/category/image/1/box_halo_berita.png","pivot":{"category_id":1,"article_id":2427}},{"id":4,"title":"Halo Kuliner","description":"N/A","image":"halo__kuliner.png","created_at":"2017-12-03 09:18:14","updated_at":"2017-12-23 05:25:35","slug":"Halo-Kuliner","url":"https://halopacitan.com/kanal/Halo-Kuliner","image_url":"https://ik.imagekit.io/tk6ir0e7mng/halopacitan/uploads/category/image/4/halo__kuliner.png","image_thumb_url":"https://ik.imagekit.io/tk6ir0e7mng/halopacitan/uploads/category/image/4/thumb_halo__kuliner.png","image_medium_url":"https://ik.imagekit.io/tk6ir0e7mng/halopacitan/uploads/category/image/4/medium_halo__kuliner.png","image_box_url":"https://ik.imagekit.io/tk6ir0e7mng/halopacitan/uploads/category/image/4/box_halo__kuliner.png","pivot":{"category_id":4,"article_id":2427}}]}]