Dermaga Pacitan, Detak Perjuangan Menuju Sebuah Kenikmatan
- Menyaksikan aktivitas di Dermaga Pacitan seperti melihat gerak perjuangan kehidupan dan harapan.

Dias Lusiamala
Author

PACITAN-Menyaksikan aktivitas di Dermaga Pacitan seperti melihat gerak perjuangan kehidupan dan harapan. Para nelayan pulang dari laut dengan wajah-wajah lelah, tetapi tersungging senyum karena hasil tangkapan.
Kapal besar hingga kapal kecil terparkir rapi d itepian Dermaga Pacitan, setiap ada kapal yang datang, puluhan warga sudah menanti untuk siap membeli hasil ikan yang dibawa pulang nelayan.
- Keturunan Tionghoa di Pacitan: Tak Ada Lagi Gap, Adanya Hanya Satu Indonesia!
- Sejumlah Daerah Alami Kenaikan Level PPKM, Bagaimana dengan Pacitan?
- Semoga Tidak Terjadi. Luhut Sebut Kasus Omicron Bisa 3 Kali Lebih Besar dari Puncak Delta
Rifai (27), staf keamanan dermaga berkata dalam 1 buah kapal besar biasanya diisi oleh 20 Anak Buah Kapal (ABK) dan 1 tekong atau nahkoda. Mereka pergi melaut total pulang pergi empat hari.

Jadi semisal berangkat hari Jumat pada Sabtu mereka sudah tiba di rumpon tempat jebakan ikan. Di sana para ABK langsung memindahkan hasil tangkapan ke kapal. Selanjut hari senin kapal sudah kembali dermaga, untuk bongkaran ikan di pelelangan. “Biasanya sekali melaut bisa mendapat sekitar 8 ton ikan,” katanya kepada Halopacitan Selasa (1/2/2022)
Belum dimulai bongkaran kapal, warga pun sudah ramai-ramai mengantre sejak sore hari. Mulai dari pedagang hingga warga lokal, berbaris rapi menggambil nomer antrean. Antrean yang menggambarkan gerak ekonomi masyarakat.

Para pedagang ini akan menjual kembali ikan-ikan tersebut di pasar tradisional. Ada pula yang langsung diolah untuk dibuat panganan seperti ikan bakar, ikan bumbu kuning hingga kemudian sampai ke pembeli atau pecinta kuliner.
Mungkin banyak yang tidak sadar bahwa kenikmatan yang dirasakan adalah hasil perjuangan berat para nelayan yang terus menjadi detak kehidupan di Dermaga Pacitan.

Amirudin Zuhri
Editor