Desa Penggung Berjuang Membawa Jeruk Pacitan Pulang

AZ - Selasa, 06 Agustus 2019 07:00 WIB
Tanaman jeruk baby di Desa Penggung Pacitan undefined

Halopacitan, Nawangan—Siapa yang tidak kenal jeruk baby? jeruk berkulit tebal dengan rasa manis penuh vitamin itu banyak dijual di supermarket-supermarket kota besar. Yang tidak semua orang tahu, jeruk ini asalnya dari Pacitan.

Sayangnya, keberadaan jeruk baby di Pacitan sendiri hampir punah. Bahkan beberapa tahun yang lalu keberadaan jeruk baby di daerah yang dulu menjadi sentranya yaitu Kecamatan Nawangan hampir-hampir tidak ada.

"Jika ada yang masih punya mungkin hanya tinggal satu dua," Kata Anis Anshori, warga Desa Nawangan kepada Halopacitan Senin (05/08/2019). Anis menjelaskan di tahun 90-an pernah muncul hama yang membuat tanaman jeruk di daerah Nawangan mati yang membuat para petani beralih ke komoditas yang lain.

Kini pemerintah Desa Penggung beserta masyarakatnya berinisiatif untuk membawa kembali Nawangan menjadi sentra bagi jeruk baby. Bolo Winarso Kepala Desa Penggung Penggung menerangkan saat ini sudah ada hampir 4.000 tanaman jeruk baby yang ditanam masyarakat Penggung.

"Sentranya di Dusun Petung Gero Atas," jelasnya. Menurutnya program pembuatan demplot jeruk baby tersebut di mulai pada tahun 2016, mulai dari perencanaan, kerjasama dengan dinas terkait di Pemda Pacitan dan sosialisasi kepada masyarakat.

Bolo juga menjelaskan bahwa bahwa pada saat itu, dinas terkait bersedia untuk menyediakan bibitnya namun ada kendala besar didalam merubah pola pikir masyarakat sendiri. Dia mengaku kesulitan untuk mengubah sistem musiman yang sudah menjadi kebiasaan masyarakat petani di desanya.

"Kalau cara menanam dan merawat mungkin tidak jadi masalah. Masalahnya petani kami sudah terbiasa melakukan praktik musiman dan tren pasar, misalnya cabai sedang naik mereka menanam cabai, terong harga bagus mereka beralih ke tanaman terong. Mereka belum terbiasa menunggu dan merawat tanaman tahunan," katanya.

Namun dengan berbagai langkah pendekatan dan rembug tani di forum desa maupun kelompok tani masyarakat akhirnya setuju untuk menanam jeruk baby. Bahkan komoditas tersebut menjadi salah satu produk unggulan desa yang dipamerkan dalam penilaian lomba desa tingkat provinsi bulan Juni 2019 lalu.

Seorang petani jeruk baby Saeroji warga Dusun Petung Geru Atas yang menanam 40 batang tanaman jeruk di pekarangan rumahnya menjelaskan baginya tanaman jeruk baby adalah hal baru. Pria berumur 63 tahun tersebut sebenarnya tahu bahwa jeruk baby pernah ada di wilayahnya namun saat itu ia tidak turut menanam. "Saya menanam jeruk keprok [sejenis jeruk bali]. Dulu punya banyak, puluhan batang," akunya.

Menurut Saeroji, selama ia mulai menanam jeruk baby kira-kira tiga tahun yang lalu ia sudah beberapa kali menikmati hasilnya. "Saya jual di Pacitan, dijual per kilo Rp13.000 alhamdulillah laku terus," jelasnya.

Namun menurut Saeroji yang dilakukan baru dalam skala kecil, "Hanya hasil panen sendiri dan beberapa tetangga yang titip," sambungnya. Seraya menjelaskan dari 40 batang tanaman yang ia rawat saat ini rata-rata ia mampu memanen sebesar 15 kg tiap bulannya.

Saeroji juga menjelaskan untuk penjualan partai besar masih dibahas bersama dalam forum kelompok tani Dwi Manunggal 1. Menurutnya hal itu memang menjadi salah satu kendala bersama karena tanaman jeruk baby sendiri berbuah sepanjang musim sehingga tidak mengenal panen raya dan sampai saat ini mereka masih bingung bagaimana menyalurkan hasil panen.

"Jadi tiap hari bisa panen satu hingga empat buah tiap pohonnya tergantung kesuburan. Kelompok masih mencari cara yang tepat untuk bagaimana bisa menampung dan bagaimana semua bisa untung," jelas Roji.

Walaupun sementara baru 40 batang tanaman yang dia punya, jika tanaman tersebut benar-benar bisa menjadi komoditas yang menguntungkan dan bisa dijadikan sandaran hidup, Saeroji akan menanami lahan-lahan yang ia miliki dengan jeruk baby. "Yang di ladang masih menanam cabai, ke depan mungkin saya ganti jeruk," ucapnya.

Namun dia juga masih memikirkan beberapa kendala, salah satunya air. Karena menurut Saeroji, tanaman jeruk baby sangat membutuhkan air yang cukup.

"Seperti saat kemarau ini, beberapa tanaman saya sudah berbunga namun tidak berbuah karena hanya saya siram dengan air ledeng, padahal pupuk juga terus. Nampaknya airnya kurang," keluhnya.

Bagikan

RELATED NEWS