Gula Aren Temon Pacitan, Berawal dari Kepergian Sang Ibu dan Kepungan Pandemi

Dias Lusiamala - Selasa, 01 Maret 2022 09:59 WIB
Gula Aren Temon Pacitan (Ist)

PACITAN-Di balik duka ada gembira. Di balik cobaan selalu ada hikmah. Dibalik kesusahan ada kesuksesan. Semua itu mungkin cocok untuk menggambarkan seorang Gusti Ayu Ngurah Megawati.

Sosok itu mungkin tidak pernah membayangkan akan menjalani usaha pembuatan dan penjualan gula aren. Bahkan cukup berkembang pesat meski belum genap 2 tahun.

Dia dan suaminya tinggal di Desa Temon, Kecamatan Arjosari, banyak pepohonan kelapa yang dideres niranya, untuk dijadikan gula aren.

Usaha ini dijalani karena dipaksa keadaan. Mega dan suaminya dulu adalah seorang perantau di Pulau Kalimantan, kemudian pulang ke Pacitan karena sang ibu sakit. Bahkan akhirnya pada Mei 2020 sang ibu berpulang.

Gusti Ayu Ngurah Megawati/Dias Lusiamala

Mega dan suami berencana hendak kembali ke perantauan di Kalimantan, namun karena pandemi Mega terganjal syarat-syarat administrasi ditambah biaya tiket yang makin mahal. Akhirnya Mega memutuskan menetap di Pacitan.

"Satu dusun itu banyak pohon aren, muncul ide, gula aren yang biasanya dijual di pasar tradisional kenapa nggak kita diversifikasi produk, dikemas cantik dan diberi label." kata Mega Selasa (28/02/2022)

Mega melihat di daerah tinggalnya banyak sekali penderes aren, munculah ide dengan membuat gula aren yang bernilai tambah.

Gula cair/Dias Lusiamala

Umumnya gula aren, hanya dijual polosan dengan kemasan plastik, tidak bermerk. Dia kemudian mengemas ulang kepingan-kepingan gula aren dalam wadah besek, kemudian membuat varian lain seperti gula aren semut (bubuk) dan diberi label Gula Aren Temon.

Dalam 1-2 bulan respons pembeliannya bagus. Masuk 4 bulan usahanya berjalan Mega mengurus izin usaha, mulai dari PIRT, sertifikasi halal hingga uji laboratorium gula aren miliknya. Tujuannya adalah untuk membuktikan bahwa gula aren miliknya 100% asli aren tanpa campuran.

Dengan adanya permintaan pesanan yang berangsur-angsur naik, Mega membentuk Kelompok Tani Hutan Aren Lestari yang beranggotakan kurang lebih ada 70 petani aren dalam satu desa.

Dikemas cantik

Mega menjual Gula Aren Temon via online di marketplace, dan media sosial. Pembelinya kebanyakan warga di luar Pacitan. Ada pula peminat gula aren temon dari pasar internasional seperti Jepang.

Dalam sebulan Mega bisa memproduksi sekitar 1-1,5 ton gula aren, yang melibatkan kelompok tani hutan aren lestari dan dibantu dua karyawannya.

Untuk harga jual kemasan 200 gram gula aren cube, gula aren semut, kopi aren mulai dari Rp15.000, sedangkan harga gula aren bentuk kepingan Rp8,000. Produk gula aren temon ini juga tersebar diseluruh toko oleh-oleh di Kabupaten Pacitan, jadi untuk wisatawan bisa membeli langsung di toko oleh-oleh.

Mega berharap ingin memberdayakan petani aren. Jika pemasaran Gula Aren Temon semakin luas, maka akan makin banyak kelompok tani hutan aren kecamatan-kecamatan lain di Pacitan yang bisa diberdayakan.

Editor: AZ

RELATED NEWS