HPBI Jawa Timur, Siap Kawal Era 4.0 dengan Ajak Semua Komponen Bangga Berbahasa Indonesia

SP - Minggu, 15 Desember 2019 18:22 WIB
Pengurus HPBI Jawa Timur 2019-2022 undefined

HPBI (Himpunan Pembina Bahasa Indonesia) Provinsi Jawa Timur membuat gebrakan luar biasa di penghujung tahun 2019. Seminar Nasional dengan tema Bahasa, Sastra dan Pembelajarannya pada Era Revolusi Industri 4.0 digelar di auditorium gedung LP3M lantai 9 Universitas Negeri Surabaya pada (14/12/2019). Seminar nasional yang dihadiri hampir 500 peserta tersebut diawali dengan pelantikan pengurus HPBI Provinsi Jawa Timur.

Pengurus HPBI 2019-2022 dilantik oleh Ketua HPBI Pusat, Dr. Yeyen Maryani, M.Hum. Beberapa guru besar, doktor, magister, di wilayah Provinsi Jawa Timur didaulat sebagai pengurus HPBI Jawa TImur dengan maksud agar HPBI benar-benar memberikan peran besar untuk berkontribusi memartabatkan bahasa Indonesia. Dalam sambutannya ketua HPBI Pusat menyatakan bahwa tugas utama HPBI adalah melakukan pembinaan agar masyarakat mempunyai sikap positif dan mahir berbahasa Indonesia di tengah era revolusi Industri 4.0. Oleh karena itu, HPBI JawaTimur harus segera melakukan konsolidasi sehingga dapat segera terwujud HPBI di kabupaten/kota se Jawa Timur.

Sharing kebahasaan HPBI Jawa Timur kemarin dihadiri oleh pembicara kunci, diantaranta Prof. Dr. Bambang Yulianto, M.Pd., Wakil Rektor I Unesa, Prof. Dr. Joko Saryono, M.Pd., Dosen Universitas Negeri Malang, dan Dr. Yeyen Maryani, M.Hum., Ketua HPBI Pusat. Selain itu, seminar nasional juga diisi dengan berbagai materi menarik dari pemakalah lain, diantaranya Drs. Eko Pemuji, M.I.Kom, Sekretaris PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) Jawa Timur, Drs. Yani Paryono, M.Pd. (Kepala Balai Bahasa Bangka Belitung), Dr, Mulyono, M.Hum. (Ketua terpilih HPBI Jawa Timur/Dosen Unesa Surabaya), Dr. Sri Pamungkas, M.Hum. (Dosen STKIP PGRI Pacitan) dan pemakalah-pemakalah lain.

Prof. Dr. Joko Saryono dalam paparannya mengatakan bahwa pada era 4.0 ini orang-orang bahasa harus mampu mengambil peran. Yang bisa kita amati adalah pada era digital ini kita sangat minim retorika. Orang sudah sibuk dengan gawai masing-masing, sehingga interaksi satu dengan yang lain semakin berkurang. Oleh karena itu, untuk mengambil peran besar dalam era disrupsi ini maka penguatan retorika yang juga harus terus dilakukan agar bangsa Indonesia tidak kehilangan jati dirinya.

“Revolusi industi sudah menjadi keniscayaan sehingga tidaklah dapat dihindari tetapi yang terpenting adalah bagaimana mempersiapkan generasi. Anak-anak muda harus tahu bahwa fungsi bahasa adalah sebagai fungsi sosial, fungsi estetika dan fungsi akademik. Oleh karenanya, kita semua harus kembali kepada jati diri fungsi bahasa tersebut, salah satunya sebagai fungsi sosial. Artinya interaksi antarmanusia perlu terus dilakukan tentunya dengan bahasa yang baik dan benar serta sesuai dengan norma-norma kebahasaan serta budaya yang melingkupinya”, tutup Prof. Bambang Yulianto.

Bagikan

RELATED NEWS