Kekeringan di Pacitan Mendapat Perhatian Khusus dari Pemprov

AZ - Rabu, 17 Juli 2019 07:00 WIB
Kekeringan di Pacitan undefined

Halopacitan, Surabaya—Pemerintah Provinsi Jawa Timur menjamin jika kekeringan yang terjadi tidak akan mempengaruhi produksi padi di provinsi setempat menyusul masih banyaknya pasokan padi hingga akhir Desember 2019. Khusus tiga kabupaten mendapatkan perhatian khusus.

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jatim, Hadi S saat dikonfirmasi di Sidoarjo mengatakan tiga kabupaten di Jatim yang rawan terhadap kekeringan dan mendapatkan perhatian intens tersebut adalah -masing Bojonegoro, Lamongan dan juga Pacitan.

"Semuanya kami data, sepanjang kabupaten tidak minta bantuan pertanian, berarti sudah ditangani tingkat kabupaten," katanya.

Sementara itu untuk dampak kekeringan ini diharapkan agar masyarakat tidak perlu khawatir karena produksi padi di Jatim sampai akhir tahun masih surplus sampai 3,2 juta ton.

"Itu bukan untuk konsumsi kita sendiri, masih bisa untuk 15 provinsi di luar Jatim," katanya saat ditemui di kantor Karantina Pertanian Surabaya, Jalan Juanda, Sidoarjo, Jawa Timur.

Ia mengemukakan, saat ini luas areal pertanian yakni padi di Jawa Timur seluas 1,8 juta hektare dan dari jumlah tersebut, lahan yang kekeringan mencapai 1,35 persen serta lahan yang puso atau gagal panen mencapai 0,05 persen.

Disinggung upaya penangan kekeringan itu, dirinya mengatakan jika sampai dengan saat ini masih belum ada keluhan dari daerah setempat yang mengalami kekeringan.

"Kalau ada keluhan, kami tindaklanjuti dengan bantuan untuk benih dan beras kepada petani. Kalau petani ikut asuransi diganti oleh asuransi," katanya.

Sedangkan untuk bantuan pertanian seperti pompa air, dirinya mengatakan kalau sudah disiagakan brigade pertanian yang ada di masing-masing kabupaten kota di Jawa Timur.

"Jadi kalau ada yang membutuhkan, langsung menghubungi brigade tersebut untuk membantu tindakan di lapangan," katanya dilansir Antara Selasa (16/07/2019).

Seperti diberitakan sebelumnya, kekeringan di Pacitan meluas menjadi setidaknya 49 desa yang tersebar di delapan kecamatan. Jumlah ini meningkat dibandingkan kemarau tahun lalu yang hanya dialami 25 desa.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Pacitan Didik Alih Wibowo mengatakan sejumlah desa mengalami kering kritis sedangkan beberapa yang lain kategori kering langka.

Desa yang dikategorikan kering kritis artinya tidak memiliki ketersediaan air bersih sama sekali, sedangkan kering langka pada dasarnya masih memiliki sumber air, namun dalam jumlah terbatas dan hanya bisa memenuhi kebutuhan air dalam jangka waktu tidak lama. "Saat ini kami fokus mendistribusikan air bersih ke desa-desa yang mengalami kering kritis ini," katanya sebagaimana dilaporkan Antara.

Sebanyak delapan kecamatan yang mayoritas daerahnya masuk zona merah kekeringan tersebut adalah Donorojo, Pringkuku, Bandar, sebagian Kecamatan Pacitan (pinggiran), Kebonagung, Tulakan, Ngadirojo, dan Sudimoro.

Menurut Didik, potensi kekeringan tahun ini lebih parah dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada 2018, BPBD Pacitan mencatat kekeringan di 25 desa, namun tahun ini jumlahnya membengkak menjadi 45 desa sebagai dampak kemarau yang lebih awal datang.

Bagikan

RELATED NEWS