Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Berharap Tim Terpadu Gerakan Serap Gabah Petani Bisa Bekerja Optimal

Rahmat Deny - Kamis, 15 April 2021 18:50 WIB
Ilustrasi: Panen Padi undefined

Kementerian Pertanian telah membentuk Tim Terpadu Gerakan Serap Gabah Petani sebagai upaya nyata menghadapi puncak panen raya padi yang berlangsung Maret hingga April 2021.

Tim terpadu ini bersama dinas pertanian, Bulog, dinas ketahanan pangan, dinas perindustrian dan perdagangan, unsur Kodim, unsur Polres, Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (Perpadi) dan Komando Strategi Penggilingan Padi (Kostraling) membuat kesepakatan sesanggupan serap gabah sesuai dengan Harga Pembelian Pemerintah (HPP), seperti dilansir dari kominfo.jatimprov.go.id Kamis (15/4/2021).

Plt. Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Nasional, H.M Basjir D.A, mengapresiasi upaya pemerintah tersebut

"Diharapkan tim serap gabah yang telah dibentuk pemerintah ini bisa bekerja dengan optimal. Sabang sampai Papua sekarang sedang panen raya. Bahkan tahun 2021 ini merupakan panen raya terbesar yang petani dapatkan di daerah sentra pertanian," Kata Basjir.

KTNA sebagai mitra Kementerian Pertanian (Kementan) juga berterima kasih kepada Bulog yang terus melakukan serap gabah, hingga sekarang sudah mencapai 1 juta ton dan diperkirakan Mei 2021 nanti bisa terkumpul 1.5 juta ton.

"Kami akan tetap mengawal ketahanan pangan bersama sama Kementerian Pertanian. Di lapangan setiap bulannya kita lakukan pertemuan Kab/Kota," ujarnya.

Selanjutnya Basjir menambahkan, panen raya sebenarnya menjadi kesempatan Bulog untuk melakukan penyerapan gabah. Karena itu ia khawatir jika ada impor, maka nanti Bulog tidak akan menyerap gabah dari petani lagi.

Sementara itu, Wakil Sekretaris Jenderal Kelompok Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA), Zulharman Djusman mengatakan panen raya kemungkinan sampai Mei 2021.

Ia mengakui, saat awal panen memang kualitas gabah rendah, karena tingginya kadar air. Kondisi itu membuat Bulog sebagai kepanjangan pemerintah untuk menyerap gabah petani tidak bisa melakukan penyerapan, karena terikat aturan.

Namun kini cuaca sudah mulai normal hampir di seluruh wilayah seperti Sumatera, Jawa, Sulawesi, Bali, NTB, sehingga gabah hasil panen petani sudah bisa memenuhi kriteria Bulog.

“Produksi dan kualitas gabah yang dihasilkan petani saat ini mulai membaik, setelah sebelumnya mengalami kendala lantaran kadar air gabah lebih dari 25 persen. Itu disebabkan curah hujan yang cukup tinggi di berbagai sentra padi,” tuturnya.

Seperti diketahui, Kementerian Perdagangan telah menerbitkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 24 Tahun 2020 tentang Penetapan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Untuk Gabah Atau Beras pada pada 16 Maret 2020. Peraturan tersebut mulai berlaku pada 19 Maret 2020. Tujuan permendag ini adalah untuk mengoptimalkan penyerapan gabah dan beras di tingkat petani.

Permendag No. 24 tahun 2020 merupakan merevisi besaran HPP yang diatur dalam Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2015 tentang tentang Kebijakan Pengadaan Gabah/Beras dan Penyaluran Beras oleh Pemerintah.

Adapun besaran HPP yang ditetapkan dalam Permendag 24 tahun 2020 yaitu untuk gabah kering panen (GKP) di tingkat petani sebesar Rp4.200/kg dan di tingkat penggilingan sebesar Rp4.250/kg, gabah kering giling (GKG) di tingkat penggilingan Rp5.250/kg dan di gudang Bulog sebesar Rp5.300/kg, serta beras di gudang Perum Bulog Rp8.300/kg.

Dengan syarat, kadar air beras maksimal 14 persen, butir patah maksimal 20 persen, kadar menir paling tinggi 2 persen dan derajat sosoh paling sedikit 95 persen.

Bagikan

RELATED NEWS