Halo Pendidikan30 Sep 2019, By Dr. Sri Pamungkas, S.S., M.Hum.
(dok pribadi)
Globalisasi yang mulai merambah dalam berbagai lini kehidupan terlebih dengan masuknya fase revolusi industri 4.0. Indonesia telah melalui empat tahap revolusi industri dengan ciri khas masing-masing. Revolusi industri pertama menitikberatkan pada air dan uap, revolusi industri kedua, menitikberatkan pada elektronika listrik untuk produksi masal, revolusi industri ketiga didominasi oleh elektronika dan informasi, sedangkan revolusi indsutri keempat ditandai dengan kombinasi antara fisika digital dan informasi.
Percepatan bidang ilmu, teknologi, sistem komunikasi dan internet sangat luar biasa memberikan kemudahan segala urusan manusia. Namun demikian, hal tersebut juga memberikan dampak yaitu berupa dampak fisik (baca: polusi) yang mengakibatkan munculnya varian penyakit yang sebelumya tidak ada, yaitu kanker, tumor dan sejenisnya. Selain itu, dampak cara hidup dan gaya hidup modern mulai merasuki masyarakat, dan menimbulkan efek psikologis bagi individu yaitu memberikan efek kurang bagus karena sengat tergantung padateknologi.
Saat ini kita berada pada penghujung dekade kedu abad 21. Gejala pergeseran pun terjadi, misalnya bergesernya kekuatan ekonomi dunia dari Barat ke Timur dan dari Selatan ke Utara. Mekanisme ekonomi pasar bebas telah memberikan pengaruh terhadap persaingan dunia usaha termasuk para pekerja asing yang mulai memasuki ranah arau level buruh sampai dengan eksekutif.
Dalam kondisi yang demikian anak-anak muda Indonesia, generasi Indonesia harus bangkit dan berbenah. Kita harus menjadi tuan rumah di negeri kita sendiri dan mampu menata mekanisme di negara kita sendiri karena kita adalah tuan rumah yang peduli. Dalam perhelatan yang luar biasa tersebut maka generasi Indonesia harus benar-benar membekali diri karena tokoh kunci peradaban abad 21 berdasarkan Word Economy Forum tahun 2016, ada tiga hal yang menjadi pijakan, yaitu (1) karakter; (2) literasi dan (3) kompetesi.
Mengadopsi pendapat Maxwell (2014) bahwa karakter merupakan sebuah pilihan yang menentukan tingkat kesuksesan seseorang. Dalam hal demikian generasi Indonesia benar-benar harus terus mengembangkan tiga kecerdasan sekaligus, yaitu, IQ, EQ dan SQ. Selain itu, jiwa leadership, personal responsibility (sikap tanggung jawab), ethics (menghargai dan menjunjung tinggi etika), people skills (memiliki keahlian), adaptability ( mampu beradaptasi), self direction (arah yang jelas), accountttability , social responsibility (peduli dengan lingkungan sekitar), dan personal productivity (terus meningkatkan kualitas diri). Kesepuluh hal tersebut akan mampu mengokohkan karakter generasi muda Indonesia yang akan menerima bonus demografi pada tahun 2030-2045.
Literasi mejadi hal yang tidak kalah penting dengan karakter dalam pembentukan manusia abad 21. Literasi Indonesia harus terus digenjot karena dengan mau berliterasi masyarakat Indonesia akan semakin cerdas dalam segala lini. Pada dekade kedua menuju dekade ketiga di abad 21 ini bukan saja literasi baca tulis yang diperlukan tetapi juga literasi numerasi (konsep bilangan), literasi sains (pemanfaatan teknologi), literasi finansial (paham akan mencapai dan mengelolal keuangan), literasi digital (kemampuan mengakses, merangkai dan memahami akses digital), serta literasi budaya dan kewargaan. Bila keenam literasi tersebut dikuasai oleh anak-anak muda Indonesia maka prediksi Price Waterhouse Cooper yang menyebutkan bahwa pada tahun 2050 Indonesia akan menjadi negara dengan kekuatan ekonomi nomor empat di dunia.
Untuk mencapai mimpi dan juga prediksi yang luar biasa tersebut, selain karakter yang kuat dan kemauan berliterasi, anak-anak muda Indonesia juga harus terus mau mengasah kompetensinya. Kompetensi dicapai salah satunya dengan proses pendidikan. Pendidikan tentunya harus memanusiakan manusia karena disinilah terjadi transfer of knowledge, transfer of velue, transfer of culture dan transfer of religius. Dengan demikian, akan lahir pemikir-pemikir Indonesia yang luar biasa yang mampu berpikir secara kritis, lateral, dan sistemik, terutama dalam konteks pemecahan masalah.
Tokoh kunci peradaban abad 21 juga harus mempunyai kemampuan komunikasi yang baik dan mampu membangun kerjasama dengan banyak pihak. Kemampuan demikian dibutuhkan dalam rangka membangun jaringan sehingga akan memperluas cakrawala yang mampu menumbuhkan sikap inetelktual dengan terus mencoba mencipta dan memperbaharui.
Dr. Sri Pamungkas, S.S., M.Hum. adalah praktisi pendidikan Pacitan
[{"id":1736,"title":"UID Berikan Beasiswa BEKAL Pemimpin Demi Tingkatkan Pertumbuhan Ekonomi","excerpt":"<p>United In Diversity (UID) memberikan program beasiswa “BEKAL (Bersama Kelola Alam Adil Lestari) Pemimpin” kepada para Emerging Leader yakni calon pemimpin muda yang usianya masih dibawah 40 tahun. Program beasiswa ini merupakan salah satu bentuk komitmen UID dalam mendukung pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.</p>","image_1":"1575607875936.jpeg","image_2":null,"image_3":null,"image_layout":null,"body":"<p>United In Diversity (UID) memberikan program beasiswa “BEKAL (Bersama Kelola Alam Adil Lestari) Pemimpin” kepada para Emerging Leader yakni calon pemimpin muda yang usianya masih dibawah 40 tahun. Program beasiswa ini merupakan salah satu bentuk komitmen UID dalam mendukung pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.</p>\r\n<p>Program ini bertujuan menumbuhkan jejaring pemimpin muda di bidang lingkungan yang mampu menggerakkan transformasi sosial menuju pengelolaan sumber daya alam (SDA) Indonesia yang berkeadilan, berkelanjutan, dan berkearifan lokal.</p>\r\n<p>Dengan memberikan pengetahuan mengenai pengelolaan SDA, diharapkan para pemimpin muda dapat menerapkannya di masing-masing perusahaan ataupun lembaga yang mereka pimpin kelak.</p>\r\n<p>Indira P Baheramsyah Chief Executive Officer UID mengatakan, pada saat dibuka pada Mei 2019 lalu, ada lebih dari 650 orang yang mendaftar untuk mendapatkan beasiswa. Namun pada program perdana yang juga didukung oleh The David and Lucile Packard Foundation ini, UID baru dapat memfasilitasi 58 orang penerima beasiswa.</p>\r\n<p>Adapun penerima beasiswa tersebut mewakili tiga wilayah Indonesia, yakni timur, tengah dan barat. Para penerima beasiswa juga berasal dari berbagai kalangan, mulai dari pelaku usaha dan insustri, lembaga pemerintah pusat dan daerah, LSM/NGO, akademisi, hingga para jurnalis. Program beasiswa ini berdurasi enam bulan, mulai dari Juli 2019 - Desember 2019.</p>\r\n<p>“Program BEKAL Pemimpin memfokuskan pada beberapa isu pengelolaan sumber daya alam yang selama ini memainkan peran sangat penting dalam menentukan kualitas lingkungan Indonesia. Antara lain, pemanfaatan lahan, akuakultur, perikanan dan kelautan, agrikultur, serta bidang-bidang lain yang berpengaruh terhadap pengelolaan sumber daya alam, seperti inovasi model bisnis, value chain dan pemanfaatan teknologi digital,” kata Indira saat acara Pelulusan BEKAL Pemimpin di Gedung Annex, Jakarta Pusat.</p>\r\n<p>Salah satu penerima beasiswa ini dari kalangan perbankan. Diharapkan, dengan mendapatkan pengetahuan mengenai pengelolaan SDA ini, mereka dapat memahami pentingnya pengelolaan SDA yang baik dan berkelanjutan dalam menyalurkan pembiayaan.</p>\r\n<p>Indira kembali menekankan bahwa SDA merupakan sektor strategis yang menjadi modal utama pembangunan bangsa, sekaligus salah satu penopang perekonomian tanah air. Sehingga pembekalan bagi para emerging leader ini sangat penting untuk Indonesia kedepannya. Ia berharap para pemimpin kedepannya dapat menjalin komunikasi lebih baik, dan berkolaborasi dalam membuat kebijakan sehingga memecah sekat-sekat antar pengambil kebijakan.</p>\r\n<p>“Bekal Pemimpin ini akan memutus kesenjangan antar kepentingan individu dan menciptakan kolaborasi seluruh pemangku kepentingan guna menghasilkan sebuah solusi untuk membangun negeri,” ujar Indira.</p>\r\n<p><img src=\"/uploads/image/image/1575607828740.jpeg\" alt=\"\" /></p>\r\n<p>Menteri Agraria dan Tata Ruang Sofyan Djalil yang hadir dalam acara pelulusan penerima beasiswa BEKAL Pemimpin menyambut baik program yang dilakukan oleh UID. Menurutnya, semakin banyak BEKAL Pemimpin yang seperti ini yang bisa diciptakan, maka pembangunan Indonesia ke arah yang lebih baik akan menjadi lebih cepat.</p>\r\n<p>Salah satunya mengenai prototipe Investasi Hijau yang dikerjakan oleh penerima beasiswa BEKAL Pemimpin. Menurut Sofyan, prototipe tersebut sangat baik untuk SDA Indonesia kedepannya.</p>\r\n<p>“Saat ini perkebunan sawit rakyat porsinya 45% dari total perkebunan sawit di Indonesia, namun perkebunan sawit rakyat tersebut baru mampu memproduksi 3 ton per hektar. Lebih rendah dari produksi perkebunan sawit milik korporat yang mampu memproduksi 7 ton per hektar. Jika kita bisa tingkatkan dari 3 ton menjadi 7 ton, berarti akan peningkatan produksi lebih dari 100% tanpa harus membuka lahan baru,” kata Sofyan. <br /> <br />Oleh karena itu, pihaknya sangat mendukung program BEKAL Pemimpin dalam pengelolaan SDA ini. “Program ini sangat baik, karena fokus pada pencarian solusi terkait permasalahan mengenai pengelolaan SDA di Indonesia. Melalui program ini, seluruh pemangku kepentingan dapat berkolaborasi menyelesaikan permasalahan terkait SDA demi membangun Indonesia yang lebih baik,” pungkas Sofyan.</p>\r\n<p>Selain prototipe mengenai Investasi Hijau, ada 8 prototipe lainnya yang dikerjakan oleh para penerima beasiswa, diantaranya Ekspedisi Kolumbus yang fokus pada pemenuhan pasar bagi nelayan ikan tuna di Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua. Lalu ada prototipe Zero Karhutla yang fokus pada penanganan kebakaran hutan dan lahan berbasis desa mandiri di Kabupaten Kubu Raya, Provinsi Kalimantan Barat. Lalu prototipe Terpesena Bertujuan, yang fokus pada pengelolaan ekowisata berbasis masyarakat di Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat.</p>\r\n<p>Melihat dampak yang positif tersebut, Indira mengatakan pihaknya akan terus menggelar program beasiswa BEKAL Pemimpin yang kedua di tahun depan. Selain program BEKAL Pemimpin, UID sebelumnya juga telah menelurkan berbagai program positif lainnya seperti program IDEAS, Youth Action Forum, Co Class dan Penguatan Kapasitas Kepemimpinan menuju Indonesia 4.0.</p>","status":"P","publish_datetime":"2019-12-06T11:51:03.000Z","video_1":null,"created_at":"2019-12-06 04:51:15","updated_at":"2019-12-16 10:49:30","highlight":1,"slug":"uid-berikan-beasiswa-bekal-pemimpin-demi-tingkatkan-pertumbuhan-ekonomi","view_count":26,"image_source":"Dokumen Tren Asia","image_caption":"Menteri Agraria dan Tata Ruang Sofyan Djalil didampingi Chairman United In Diversity (UID) Cherie Nursalim, dan Chief Executive Officer UID Indira P Baheramsyah, saat mengunjungi booth pameran prototipe pengelolaan sumber daya alam (SDA) yang dilakukan oleh para penerima beasiswa program BEKAL Pemimpin, di Jakarta","user_id":13,"special_report":null,"author_name":"Wahyudatun Nisa","image_1_url":"https://assets.halopacitan.com/uploads/article/image_1/1736/1575607875936.jpeg","image_1_thumb_url":"https://assets.halopacitan.com/uploads/article/image_1/1736/thumb_1575607875936.jpeg","image_1_medium_url":"https://assets.halopacitan.com/uploads/article/image_1/1736/medium_1575607875936.jpeg","image_1_large_url":"https://assets.halopacitan.com/uploads/article/image_1/1736/large_1575607875936.jpeg","image_2_url":null,"image_2_thumb_url":null,"image_2_medium_url":null,"image_2_large_url":null,"image_3_url":null,"image_3_thumb_url":null,"image_3_medium_url":null,"image_3_large_url":null,"url":"https://halopacitan.com/read/uid-berikan-beasiswa-bekal-pemimpin-demi-tingkatkan-pertumbuhan-ekonomi","category":[{"id":6,"title":"Halo Pendidikan","description":"N/A","image":"halo_pendidikan.png","created_at":"2017-12-03 09:18:14","updated_at":"2017-12-23 05:25:46","slug":"Halo-Pendidikan","url":"https://halopacitan.com/kanal/Halo-Pendidikan","image_url":"https://assets.halopacitan.com/uploads/category/image/6/halo_pendidikan.png","image_thumb_url":"https://assets.halopacitan.com/uploads/category/image/6/thumb_halo_pendidikan.png","image_medium_url":"https://assets.halopacitan.com/uploads/category/image/6/medium_halo_pendidikan.png","image_box_url":"https://assets.halopacitan.com/uploads/category/image/6/box_halo_pendidikan.png","pivot":{"category_id":6,"article_id":1736}}]},{"id":1691,"title":"Dboecah’s dan Komunitas Menulis, Suntikkan Virus SLGP untuk Kokohkan Literasi ","excerpt":"<p>Sabtu (09/11/2019) Komunitas Menulis Pacitan bekerja sama dengan CLC (<em>Community Learning Center)</em> Dboecah’s Pacitan menggelar SLGP (Sekolah Literasi Gratis Pacitan) angkatan pertama. Sekolah literasi angkatan pertama ini dikhususkan untuk mahasiswa yang berada di seputaran Kabupaten Pacitan.</p>","image_1":"1573436677339.jpeg","image_2":null,"image_3":null,"image_layout":null,"body":"<p>Sabtu (09/11/2019) Komunitas Menulis Pacitan bekerja sama dengan CLC (<em>Community Learning Center)</em> Dboecah’s Pacitan menggelar SLGP (Sekolah Literasi Gratis Pacitan) angkatan pertama. Sekolah literasi angkatan pertama ini dikhususkan untuk mahasiswa yang berada di seputaran Kabupaten Pacitan.</p>\r\n<p> </p>\r\n<p>Sekolah Literasi Gratis Pacitan (SLGP) digagas oleh Dr. Sri Pamungkas, M.Hum., yang merupakan Ketua Komunitas Menulis Pacitan dan ouner Lembaga Pedidikan Karakter Anak Dboecah’s Pacitan. Bertempat di Sanggar Dboecah’s yang beralamatkan di Jl. Yos Sudarso No. 19 Bangunsari Pacitan, Sekolah Literasi ini dimulai pada pukul 14.30 – 16.30 WIB.</p>\r\n<p> </p>\r\n<p>“Saya terinspirasi kolega saya sekaligus mentor saya, Dr. Tejo, Beliau lebih dulu mendirikan Sekolah Literasi Gratis di Kabupaten Ponorogo. Keinginan ini sudah lama namun baru bisa saya wujudkan. Saya masih terus mencari cara bagaimana pascapelatihan karya siswa di Sekolah Literasi ini bisa diterbitkan. Alhamdulillah ada penerbit yang siap mewadahi karya adik-adik secara gratis sehingga kerja keras dan impian mereka untuk mempunyai buku yang diterbitkan nasional akan dapat terwujud”, ungkap Doktor bidang Linguistik lulusan UNS (Universitas Sebelas Maret Surakarta) tersebut. </p>\r\n<p> </p>\r\n<p>“Enam tahun sudah saya dan suami mengelola sanggar Dboecah’s dengan program unggulan kelas penulis cilik dan remaja serta kelas ekspresi. Alhamdulillah telah lahir penulis-penulis cilik berskala nasional dari sanggar kami, yang bukunya diterima di hati anak-anak seusia mereka (Sekolah Dasar). Buku KKPK terbitan Mizan Bandung, <em>The Winner, Misteri 109, Manusia Sejuta Fobia, From Hater to Lovers, Komik NextG Nggak Usah Buru-buru</em> dan lain-lain adalah karya siswa kami. Bulan Juli 2019 menjadi sejarah baru, Pekan Literasi Siswa SD dan TK yang kami selenggarakan untuk mengisi liburan sekolah disambut luar biasa oleh orang tua siswa, terbukti ratusan anak mengikuti kegiatan tersebut. Dari situlah kami berpikir bahwa tidak mungkin saya berjalan sendiri dan akhirnya terbentuklah Komunitas Menulis Pacitan”, tutur Dosen STKIP PGRI Pacitan tersebut kepada halopacitan (Sabtu/9/11/2019).</p>\r\n<p> </p>\r\n<p>Dr. Sri Pamungkas, S.S., M. Hum., memaparkan gagasan mendirikan SLGP (Sekolah Literasi Gratis Pacitan) ini adalah untuk merangsang remaja meningkatkan daya bacanya dan punya kemauan menulis. “Rata-rata pada saat di SD rajin menulis tetapi begitu masuk SMP, SMA dan kuliah mulai surut. Ada juga yang rajin menulis tetapi macet ide dan tidak dilanjutkan. Saya berpikir bahwa mereka butuh pendampingan”, lanjut Ibu dua orang anak itu.</p>\r\n<p> </p>\r\n<p>Kedepannya, Sekolah Literasi Gratis Pacitan akan dibuka per angkatan dengan target 20 siswa per kelas. “<em>Project </em>SLGP angkatan pertama ini adalah menulis cerpen tema bebas dengan rata-rata capaian 50-70% . Dua minggu ke depan insyaallah dummy buku hasil karya adik-adik ditargetkan akan selesai. Oleh karena itu, minggu ini akan dibuka pendaftaran untuk siswa SLGP angkatan kedua untuk peserta mahasiwa, siswa SMA dan umum. Pendaftaran sewaktu-waktu ditutup apabila telah memenuhi kuota 20 orang”, ungkap perempuan yang bukunya pernah mendapatkan penghargaan sebagai lima buku terbaik bidang bahasa dan hukum Perpustakaan Nasional Republik Indonesia tersebut.</p>\r\n<p> </p>\r\n<p>Erlangga Retanto, salah satu siswa SLGP megungkapkan ketertarikannya mengikuti kelas menulis ini karena dulu pernah belajar menulis, ada keinginan untuk membuat novel, namun berhenti di tengah jalan karena tidak ada mentor. “Kemudian tahu informasi bahwa ada Sekolah Literasi saya sagat tertarik supaya novel yang dulu pernah saya tulis bisa berlanjut”, jelasnya. “Setelah mengikuti kelas menulis, semangat menulis itu ada lagi, ada mentor yang mengarahkan dapat memunculkan ide dan jalan cerita yang dulu sempat berhenti, tambahnya.</p>\r\n<p> </p>\r\n<p>Puput Anita Sari, siswa lain juga mengungkapkan bahwa berawal dari kegemarannya membaca cerita di <em>wattpad</em> sehingga menumbuhkan keinginan untuk menulis cerita sendiri. Oleh karenanya ia memutuskan untuk bergabung dengan Sekolah Litersi tersebut. </p>\r\n<p> </p>\r\n<p>Cerita hampir sama juga diungkapkan oleh Indiana Retnowati, bergabung dengan Sekolah Literasi karena ada keinginan untuk menulis, sebelumnya ia suka menulis namun berhenti di tengah jalan, setelah mengikuti kegiatan Sekolah Literasi ia mengaku lebih lancar memilih kata dan merangkainya menjadi sebuah kalimat.</p>\r\n<p> </p>\r\n<p> Ketertarikan sebagai konten kreator juga membawa Priya Arya Nova untuk bergabung dalam Sekolah Literasi tersebut. “Saat ini saya sedang menekuni literasi, saya tertarik untuk mendalami sebagai konten kreator, dan dalam prosesnya juga memerlukan penulisan naskah, untuk itu saya bergabung di Sekolah Literasi ini untuk menambah pengetahuan tentang literasi. Hampir keseluruhan siswa kelas menulis memiliki harapan dapat menciptakan karya, dan karya tersebut mampu diterbitkan. “Insyaallah semua itu dapat terjawab di Sekolah Literasi Gratis Pacitan, karena bukan hanya pendampingan menulis tetapi sampai dengan karya mereka diterbitkan”, tutup Pamungkas.</p>","status":"P","publish_datetime":"2019-11-11T08:44:06.000Z","video_1":null,"created_at":"2019-11-11 01:44:37","updated_at":"2019-12-16 11:09:05","highlight":1,"slug":"dboecahs-dan-komunitas-menulis-suntikkan-virus-slgp-untuk-kokohkan-literasi","view_count":126,"image_source":"Halopacitan/Deny Aprilia","image_caption":"Kegiatan Sekolah Literasi Gratis Pacitan Angkatan Pertama","user_id":12,"special_report":null,"author_name":"Deny Aprilia","image_1_url":"https://assets.halopacitan.com/uploads/article/image_1/1691/1573436677339.jpeg","image_1_thumb_url":"https://assets.halopacitan.com/uploads/article/image_1/1691/thumb_1573436677339.jpeg","image_1_medium_url":"https://assets.halopacitan.com/uploads/article/image_1/1691/medium_1573436677339.jpeg","image_1_large_url":"https://assets.halopacitan.com/uploads/article/image_1/1691/large_1573436677339.jpeg","image_2_url":null,"image_2_thumb_url":null,"image_2_medium_url":null,"image_2_large_url":null,"image_3_url":null,"image_3_thumb_url":null,"image_3_medium_url":null,"image_3_large_url":null,"url":"https://halopacitan.com/read/dboecahs-dan-komunitas-menulis-suntikkan-virus-slgp-untuk-kokohkan-literasi","category":[{"id":6,"title":"Halo Pendidikan","description":"N/A","image":"halo_pendidikan.png","created_at":"2017-12-03 09:18:14","updated_at":"2017-12-23 05:25:46","slug":"Halo-Pendidikan","url":"https://halopacitan.com/kanal/Halo-Pendidikan","image_url":"https://assets.halopacitan.com/uploads/category/image/6/halo_pendidikan.png","image_thumb_url":"https://assets.halopacitan.com/uploads/category/image/6/thumb_halo_pendidikan.png","image_medium_url":"https://assets.halopacitan.com/uploads/category/image/6/medium_halo_pendidikan.png","image_box_url":"https://assets.halopacitan.com/uploads/category/image/6/box_halo_pendidikan.png","pivot":{"category_id":6,"article_id":1691}}]},{"id":1686,"title":"Sehari Belajar di Luar Kelas, Ada Children Warrior di SMA Negeri Pacitan","excerpt":"<p>Suasana penuh ceria tampak di wajah siswa siswi SMA Negeri 1 Pacitan, Mereka berkumpul semua di halaman sekolah untuk mengikuti acara <em>Children Warrior</em>. Antusias dan semangat terlihat mengiringi kegiatan tersebut. Setiap tim saling berpacu menyelesaikan waktu paling cepat dari lomba yang digelar panitia. Keriuhan para pemberi semangat masing-masing tim membuat suasana bertambah heboh dan ceria. Tampak bapak dan ibu guru tersenyum melihat tingkah para anak didiknya. Suasana begitu hangat dan menyenangkan.</p>","image_1":"1573195395013.jpeg","image_2":null,"image_3":null,"image_layout":null,"body":"<p>Suasana penuh ceria tampak di wajah siswa siswi SMA Negeri 1 Pacitan, Mereka berkumpul semua di halaman sekolah untuk mengikuti acara <em>Children Warrior</em>. Antusias dan semangat terlihat mengiringi kegiatan tersebut. Setiap tim saling berpacu menyelesaikan waktu paling cepat dari lomba yang digelar panitia. Keriuhan para pemberi semangat masing-masing tim membuat suasana bertambah heboh dan ceria. Tampak bapak dan ibu guru tersenyum melihat tingkah para anak didiknya. Suasana begitu hangat dan menyenangkan.</p>\r\n<p>“Kami mengusung tema <em>Children Warrior</em> untuk mengisi kegiatan sehari belajar di luar kelas yang merupakan program nasional. Kekompakan, kebersamaan, kerjasama tim menjadi materi pembelajarannya. Aktifitas belajar yang sangat padat dan tuntutan prestasi akademik yang tinggi bisa membuat kita jenuh dan cenderung individualistis. Hari ini kami ingin memecah kejenuhan dengan memupuk kekompakan dan kebersamaan kembali”, ucap Gilang Aryo Pamungkas Ketua Tim Sekolah Ramah Anak SMA Negeri 1 Pacitan kepada halopacitan Kamis, (7/11/2019).</p>\r\n<p>“Kita beri nama kegiatan ini <em>Children Warrior </em>yang berarti ‘Pejuang Anak-anak’, selain dalam rangka memperingati Hari Anak Internasional juga bermakna pejuang itu pantang menyerah, perjuangan akan lebih mudah kalau ada kerjasama dan dukungan yang baik dari semuah pihak. Membangun kebersamaan dan menghindari perpecahan adalah pelajaran yang ingin kita ambil di kegiatan ini, minimal dengan lebih akrab dan kompak bisa mengurangi <em>bullying pada siswa</em>”, kata Gilang Aryo Pamungkas yang saat ini duduk di kelas XI Mipa 4 SMA Negeri 1 Pacitan.</p>\r\n<p><em>Children Warrior</em> adalah lomba tim ala <em>Ninja Warrior </em>yang dikemas dengan lomba anak-anak, dimulai dengan balap karung, estafet air, cokot sendok, memasukkan paku dalam botol, merangkak, dan lomba makan krupuk. Tim yang tercepat menyelesaikan semua lomba dan meraih gunungan wayang menjadi pemenangnya. Gunungan Wayang diambil mewakili simbol kehidupan, pejuang yang mampu bekerjasama yang baik dan saling mendukung akan mampu melewati rintangan dan meraih kehidupan yang dicita-citakan. Lomba yang mudah dan murah namun ketika dikemas dengan apik menjadi kegiatan belajar yang menyenangkan.</p>\r\n<p>Kegiatan sehari belajar di luar kelas diakhiri dengan deklarasi hak anak dan pelantikan Tim Sekolah Ramah Anak. “Semua kegiatan hari ini ditangani oleh OSIS, dari mulai perencanaan sampai pada pelaksanaannya. Kami bangga menjadi bagian SMA Negeri 1 Pacitan karena kami diberikan ruang-ruang lebih untuk bereksplorasi dan terus berprestasi. Inilah kegiatan awal Tim Sekolah Ramah Anak walaupun baru hari ini nanti dilantik. Besar harapan saya dengan terbentuknya Tim Sekolah Ramah Anak maka program OSIS bisa sinergi dengan program pemenuhan hak anak. Jadi tidak berhenti pada hari ini, tapi harus mampu membuat kegiatan-kegiatan yang lain yang mendukung hak anak”, kata Farel Rajendra S, siswa kelas XI Mipa 5 yang juga Wakil Ketua OSIS SMA Negeri 1 Pacitan.</p>\r\n<p>“Kegiatan ini sangat bagus sekali, dalam rangka memperingati Hari Anak Internasional dengan program sehari belajar di luar kelas. Sekolah memberikan kepercayaan kepada anak untuk memilih model pembelajarannya. Hari ini adalah hari belajar mereka, mereka merencanakan materinya, melaksanakan prosesnya dan menikmati hasilnya. Sekolah memberikan garis besar arahan dan mengevaluasinya dan eksekusinya semua dari siswa. Ini adalah salah satu wujud dukungan sekolah untuk mencetak pemimpi masa depan yaitu dengan menciptakan suasana sekolah ramah anak yang mampu merangsang kreatifitas dan prestasi”, ucap Umi Maimanah, M.Pd guru sosiologi SMA Negeri 1 Pacitan.</p>\r\n<p>“Dengan Kota Pacitan mendapatkan penghargaan sebagai Kota Layak Anak Tingkat Madya dan dilanjutkan mendapat Kota Layak Pemuda 2019, itu menunjukkan adanya keterkaitan, ketika pemenuhan hak anak sudah baik maka akan menghasilkan pemuda-pemuda yang unggul sehingga kepedulian semua pihak akan proses tumbuh kembang anak harus terus ditingkatkan. Kekerasan pada anak, pernikahan anak dan dampak gawai menjadi hal yang perlu mendapatkan perhatian bersama semua pihak. Kami sebagai anak-anak butuh untuk didengar dan diperhatikan. Dampak negatif gawai tidak hanya menyerang pada anak melainkan juga pada orang tua, karena porsi perhatian kepada anak menjadi kurang ketika orang tua terlalu asyik dengan gawainya”, ucap Aisya Auliya S. yang akrab dipanggil Echa, Ketua Forum Anak Kabupaten Pacitan yang juga Sekretaris OSIS SMA Negeri 1 Pacitan.</p>\r\n<p> </p>","status":"P","publish_datetime":"2019-11-08T13:42:36.000Z","video_1":null,"created_at":"2019-11-08 06:43:15","updated_at":"2019-12-16 11:16:05","highlight":null,"slug":"sehari-belajar-di-luar-kelas-ada-children-warrior-di-sma-negeri-pacitan","view_count":130,"image_source":"Halopacitan/Rahmat DS","image_caption":"Kegiatan Children Warrior SMA Negeri 1 Pacitan","user_id":12,"special_report":null,"author_name":"Rahmat DS","image_1_url":"https://assets.halopacitan.com/uploads/article/image_1/1686/1573195395013.jpeg","image_1_thumb_url":"https://assets.halopacitan.com/uploads/article/image_1/1686/thumb_1573195395013.jpeg","image_1_medium_url":"https://assets.halopacitan.com/uploads/article/image_1/1686/medium_1573195395013.jpeg","image_1_large_url":"https://assets.halopacitan.com/uploads/article/image_1/1686/large_1573195395013.jpeg","image_2_url":null,"image_2_thumb_url":null,"image_2_medium_url":null,"image_2_large_url":null,"image_3_url":null,"image_3_thumb_url":null,"image_3_medium_url":null,"image_3_large_url":null,"url":"https://halopacitan.com/read/sehari-belajar-di-luar-kelas-ada-children-warrior-di-sma-negeri-pacitan","category":[{"id":6,"title":"Halo Pendidikan","description":"N/A","image":"halo_pendidikan.png","created_at":"2017-12-03 09:18:14","updated_at":"2017-12-23 05:25:46","slug":"Halo-Pendidikan","url":"https://halopacitan.com/kanal/Halo-Pendidikan","image_url":"https://assets.halopacitan.com/uploads/category/image/6/halo_pendidikan.png","image_thumb_url":"https://assets.halopacitan.com/uploads/category/image/6/thumb_halo_pendidikan.png","image_medium_url":"https://assets.halopacitan.com/uploads/category/image/6/medium_halo_pendidikan.png","image_box_url":"https://assets.halopacitan.com/uploads/category/image/6/box_halo_pendidikan.png","pivot":{"category_id":6,"article_id":1686}}]}]