Menggores Seni di Papan Bekas, Andi Meraup Rupiah

Dias Lusiamala - Rabu, 08 Juni 2022 12:40 WIB
Andi Kuswondo mengerjakan karyanya (Halopacitan/Dias Lusiamala)

PACITAN-Tangan Andi Kuswondo (33) tidak berhenti bergerak menggores papan kayu. Sesekali pandangannya menengok ke handphone, sesekali menatap papan kayu di depannya. Kemudian dicoretnya media itu dengan benda yang mirip solder.

Begitulah kegiatan sehari-hari Andi Kuswondo. Warga Dusun Tempel Kidul, Desa Glinggangan, Kecamatan Pringkuku. Andi merupakan pelukis bakar (pirografi). Berkat kreativitasnya Andi bisa meraup pundi-pundi rupiah. Karyanya telah diminati oleh banyak tempat di Tanah Air.

"Ada yang pesan dari Kalimantan, Jogja, yang lainnya dulu sampai Sulawesi juga ada," ucap Andi saat ditemui di rumahnya, Selasa (7/6/2022).

Andi mengaku memperoleh kemampuannnya ini tanpa pendidikan formal alias secara ototidak. Satu-satunya guru adalah tayangan Youtube. Pengalaman baru yang diperoleh Andi lantas dikembangkan dengan berbagai kreasi dan modifikasi.

Ide membuat lukisan bakar, berawal dari keinginan memanfaatkan barang bekas yang ada di sekitar. Di sejumlah proyek tempat Andi bekerja cukup banyak kayu lapis yang tak terpakai. Jika dibuang hanya akan menjadi limbah tak terpaki, akhirnya benda tersebut digunakan Andi sebagai media lukis pengganti kanvas.

"Di tempat kerja kan banyak bekas tripleks yang tidak terpakai. Akhirnya saya coba gunakan untuk bikin lukisan bakar," ujar Andi.

Karya Andi Kuswondo/Dias Lusiamala

Andi pun mengatakan bahwa melukis bakar pun membutuhkan teknik khusus. Untuk melukis dirinya memang menggunakan benda mirip pena. Ujung benda lancip tersebut mengeluarkan bara api. Rupanya untuk menghasilkan panas tinggi, Andi merakit alat dengan memanfaatkan tegangan listrik.

Dulunya Andi, menggunakan solder biasa untuk melukis. Namun hasilnya tak begitu maksimal. Andi pun kemudian bereksperimen dengan menggunakan kawat nikelin. Logam tahan panas, lalu dihubungkan ke dua kutub listrik. Adapun untuk mengatur tinggi rendah suhu, dipasanglah sebuah potensiometer.

"Awalnya dari solder biasa, hasilnya tidak maksimal. Lalu saya modifikasi sendiri, dari kawat nikelin yang dihubungkan ke adaptor dengan trafo 3 ampere," terang Andi.
Andi pun menunjukan tahapan membuat lukisan bakar. Terlebih dahulu Andi membuat sketsa di atas kayu yang sudah dibentuk. Rancangan gambar itu dibuat berdasarkan gambar yang biasanya dikirim melalui smartphone. Setelah sketsa selesai, barulah proses melukis Andi dimulai.

Tahapan karya

Untuk menyelesaikan sebuah karya, Andi membutuhkan waktu 3 hingga 5 hari. Tergantung pada ukuran dan tingkat kesulitan yang digambar. Bahkan untuk pesanan khusus berukuran besar waktu pembuatan bisa mencapai 1 minggu lebih.

Saat ditanya tarif lukisan yang dibuatnya, Andi tampak ragu untuk mengatakannya. Karena harga yang dipatoknya beragam. Salah satunya bergantung pada media yang digunakan. Untuk media berbahan kayu tertentu jadi lebih mahal ketimbang tripleks biasa. Alasan lainnya adalah tingkat kerumitan serta ukuran.
"Tergantung juga sih. Ada yang seharga Rp 175,000 sampai dengan Rp 600,000," ujar Andi.

Beberapa alasan pelanggan Andi membeli lukisannya, karena dengan adanya pemanfaat limbah ini, lukisan Andi jadi lebih ramah lingkungan.

Bagikan

RELATED NEWS