Pantai Mbenges, Keindahan Debur Ombak dan Seruling Karang

AZ - Rabu, 26 Juni 2019 16:10 WIB
Pantai Mbenges undefined

Halopacitan, Tulakan – Desa Jetak Kecamatan Tulakan memang mempesona, desa dengan garis pantai panjang tersebut seperti tiada henti-hentinya menyajikan keindahan pantai-pantainya yang unik.

Setelah, pantai Pidakan dengan batu-batu putih halusnya kemudian pantai Watu Bale dengan spot memancing dan selfie di atas tanjung yang menjorok ke samudera, saat ini Desa Jetak bersama warga kembali memperkenalkan objek wisata baru yang tidak kalah menarik.

Pantai Mbenges, demikian tempat itu dikenal oleh warga sekitar. Terletak di Dusun Krajan, pengunjung harus menempuh jalan tanah berbatu menembus hutan akasia sejauh 1 kilometer untuk bisa mencapainya. Walaupun masih jalan tanah, pengunjung tidak perlu khawatir karena jalurnya landai dan lebar.

"Lebarnya 6 meter kok, mobil bisa masuk, aman tidak ada turunan tajam. Di dalam parkirnya juga luas," Jelas Ahmad, salah seorang warga yang sedang mencari kayu di hutan. Menurut Ahmad, jalan tersebut baru saja selesai dibuka pertengahan bulan Ramadhan kemarin. "Kerja bakti, dibantu karang taruna desa. Sebelumnya masih hutan lebat," jelas Ahmad lagi.

Saat sampai di lokasi, bayangan tentang pantai yang tenang dengan pasir lembutnya langsung hilang, yang ada adalah suara gemuruh ombak yang menghantam karang, buih ombak yang melompat setinggi 3 hingga 5 meter dan butir-butir air laut lembut yang terbawa angin hingga ke daratan. Sesekali diselingi suara mendesis keras yang dikenal sebagai seruling karang dan semburan air laut dari lubang-lubang yang ada di batu karang. Suara yang mendesis juga seperti ular raksasa yang kelaparan. Suara itulah yang menjadi dasar warga memberi nama sebagai Pantai Mbenges

Selain itu juga terdapat spot memancing yang di sisi timur yang dapat dinikmati sembari memandang Pantai Pidakan. Suasana yang sejuk dan alami juga menjadi nilai lebihnya.

"Baru dibuka lebaran kemarin, salah satu tujuannya untuk mengalihkan kepadatan pengunjung di pantai Pidakan dan Watu Bale. Sekaligus memberikan sensasi yang lain dalam menikmati ombak kepada wisatawan," ujar Sudar, salah seorang pemuda setempat yang saat itu sedang giliran jaga loket.

Menurut Sudar, sebelum dibuka untuk umum, Pantai Mbenges adalah salah satu area memancing warga masyarakat sekitar. Dari ide beberapa warga dalam rembug desa, area tersebut dicoba untuk dibuka menjadi destinasi wisata.

"Jadi, tanah-tanah di sini masih milik warga. Bahkan jalan masuk itu juga melewati tanah pribadi. Kemudian atas keputusan bersama, area ini kita buka untuk menjadi tempat wisata dengan tidak menghilangkan hak pribadi," jelasnya.

Sudar juga mengakui, Pantai Mbenges masih memiliki banyak kekurangan, terutama di sarana dan prasarana pendukung. Hal tersebut menurutnya diakibatkan dari keterbatasan dana untuk pengelolaan. "Masih swadaya masyarakat. Ke depan kita sudah ajukan untuk pengerasan jalan kepada desa, masyarakat juga sudah setuju. Pengelolaannya kedepan juga akan menggandeng BUMDes," jelas Sudar.

Kepada pengunjung yang datang, sampai saat ini tidak dikenakan tarif khusus, hanya ada sebuah kaleng yang diletakkan di pintu masuk area, dengan ditempeli ucapan terima kasih. Terkait hal itu, Sudar juga menjelaskan bahwa ia dan teman-reman karang taruna memang belum berani mengenakan tarif tiket. "Bagaimana mau menarik tiket, WC umum saja kami belum menyediakan. Ya kami hanya berharap keikhlasan pengunjung," kata Sudar.

Hidayat, salah seorang penjaga di area tersebut juga mengingatkan kepada para wisatan untuk tidak terlalu dekat dengan ujung karang. "Walaupun ombak sampai ke atas, namun saat surut karang ini tingginya 5 meter, sedangkan arusnya sangat kuat. Yang ditakutkan nanti jika terjatuh," Jelasnya.

Bagikan

RELATED NEWS