Potensi Kekeringan di Pacitan Meningkat Hampir Dua Kali Lipat

AZ - Rabu, 10 Juli 2019 07:00 WIB
Warga Pacitan mencari air saat musim kemarau undefined

Halopacitan, Jakarta—Kekeringan masih menjadi masalah bagi Kabupaten Pacitan. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengatakan 45 desa di kabupaten ini berpotensi dilanda kekeringan. Jumlah ini meningkat dibanding tahun sebelumnya yang hanya 25 desa atau meningkat hampir dua kali lipat.

"Berdasarkan laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Pacitan, 13 desa berpotensi mengalami kekeringan kritis," kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat BNPB Rita Rosita Rita melalui siaran pers.

Desa yang berpotensi mengalami kekeringan kritis adalah Jlubang, Pelem, Ngadirejan, Sugih Waras, Pucangsewu, Sambong, Ponggok, Tambakrejo, Borang, Pager Kidul, Sudimoro, Sembowo, dan Karang Mulyo.

Kekeringan diklasifikasikan kritis bila di wilayah tersebut tidak terjadi hujan selama lebih dari 30 hari dan sumber air terdekat berjarak lebih dari satu kilometer.

Lima desa dilaporkan berpotensi mengalami kekeringan langka, yaitu Mantren, Jatimalang, Ploso, Ngreco, dan Gemaharjo.

Kekeringan diklasifikasikan langka bila di wilayah tersebut tidak terjadi hujan hingga 30 hari dan sumber air terdekat berjarak tidak sampai satu kilometer.

Selain itu, lima desa dilaporkan berpotensi mengalami kekeringan langka terbatas, antara lain Punung, Mendolo Lor, Ploso, Gembong, dan Temon.

Kekeringan yang diklasifikasikan langka terbatas adalah kekeringan akibat hujan tidak turun hingga 15 hari dan sumber air terdekat berjarak 500 meter.

"Hingga Selasa (09/07/2019), BPBD Kabupaten Pacitan bekerja sama dengan PDAM setempat telah menyalurkan air hingga 51 unit mobil tangki di 14 desa yang mengalami kekeringan," kata Rita.

Pemerintah Kabupaten Pacitan, Jawa Timur menetapkan status siaga kekeringan di 45 desa yang tersebar hampir merata di 12 kecamatan yang ada di daerah tersebut.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Pacitan Didik Alih Wibowo, Jumat mengatakan, status siaga berlaku selama tiga bulan, yakni mulai Juni hingga September 2019.

"Status siaga ini akan kami evakuasi sembari melihat perkembangan ke depan," kata Didik dikutip Antara Rabu (10/07/2019). Potensi kekeringan tahun ini disebut lebih parah dibanding tahun sebelumnya.

Pada kurun 2018, BPBD Pacitan hanya mencatat kekeringan di 25 desa, namun tahun ini, jumlahnya membengkak menjadi 45 desa sebagai dampak kemarau yang lebih awal datang. "Sejauh ini kami sudah mulai menyalurkan bantuan air bersih ke 15 desa yang terdampak," papar Didik.

Selama masa siaga itu, lanjut dia, Pemkab Pacitan melalui BPBD setempat mengalokasikan dana penanggulangan dalam bentuk penyaluran air bersih hingga 240 truk tangki.

Bagikan

RELATED NEWS