Sehari Belajar di Luar Kelas, Ada Children Warrior di SMA Negeri Pacitan

SP - Jumat, 08 November 2019 20:42 WIB
Kegiatan Children Warrior SMA Negeri 1 Pacitan undefined

Suasana penuh ceria tampak di wajah siswa siswi SMA Negeri 1 Pacitan, Mereka berkumpul semua di halaman sekolah untuk mengikuti acara Children Warrior. Antusias dan semangat terlihat mengiringi kegiatan tersebut. Setiap tim saling berpacu menyelesaikan waktu paling cepat dari lomba yang digelar panitia. Keriuhan para pemberi semangat masing-masing tim membuat suasana bertambah heboh dan ceria. Tampak bapak dan ibu guru tersenyum melihat tingkah para anak didiknya. Suasana begitu hangat dan menyenangkan.

“Kami mengusung tema Children Warrior untuk mengisi kegiatan sehari belajar di luar kelas yang merupakan program nasional. Kekompakan, kebersamaan, kerjasama tim menjadi materi pembelajarannya. Aktifitas belajar yang sangat padat dan tuntutan prestasi akademik yang tinggi bisa membuat kita jenuh dan cenderung individualistis. Hari ini kami ingin memecah kejenuhan dengan memupuk kekompakan dan kebersamaan kembali”, ucap Gilang Aryo Pamungkas Ketua Tim Sekolah Ramah Anak SMA Negeri 1 Pacitan kepada halopacitan Kamis, (7/11/2019).

“Kita beri nama kegiatan ini Children Warrior yang berarti ‘Pejuang Anak-anak’, selain dalam rangka memperingati Hari Anak Internasional juga bermakna pejuang itu pantang menyerah, perjuangan akan lebih mudah kalau ada kerjasama dan dukungan yang baik dari semuah pihak. Membangun kebersamaan dan menghindari perpecahan adalah pelajaran yang ingin kita ambil di kegiatan ini, minimal dengan lebih akrab dan kompak bisa mengurangi bullying pada siswa”, kata Gilang Aryo Pamungkas yang saat ini duduk di kelas XI Mipa 4 SMA Negeri 1 Pacitan.

Children Warrior adalah lomba tim ala Ninja Warrior yang dikemas dengan lomba anak-anak, dimulai dengan balap karung, estafet air, cokot sendok, memasukkan paku dalam botol, merangkak, dan lomba makan krupuk. Tim yang tercepat menyelesaikan semua lomba dan meraih gunungan wayang menjadi pemenangnya. Gunungan Wayang diambil mewakili simbol kehidupan, pejuang yang mampu bekerjasama yang baik dan saling mendukung akan mampu melewati rintangan dan meraih kehidupan yang dicita-citakan. Lomba yang mudah dan murah namun ketika dikemas dengan apik menjadi kegiatan belajar yang menyenangkan.

Kegiatan sehari belajar di luar kelas diakhiri dengan deklarasi hak anak dan pelantikan Tim Sekolah Ramah Anak. “Semua kegiatan hari ini ditangani oleh OSIS, dari mulai perencanaan sampai pada pelaksanaannya. Kami bangga menjadi bagian SMA Negeri 1 Pacitan karena kami diberikan ruang-ruang lebih untuk bereksplorasi dan terus berprestasi. Inilah kegiatan awal Tim Sekolah Ramah Anak walaupun baru hari ini nanti dilantik. Besar harapan saya dengan terbentuknya Tim Sekolah Ramah Anak maka program OSIS bisa sinergi dengan program pemenuhan hak anak. Jadi tidak berhenti pada hari ini, tapi harus mampu membuat kegiatan-kegiatan yang lain yang mendukung hak anak”, kata Farel Rajendra S, siswa kelas XI Mipa 5 yang juga Wakil Ketua OSIS SMA Negeri 1 Pacitan.

“Kegiatan ini sangat bagus sekali, dalam rangka memperingati Hari Anak Internasional dengan program sehari belajar di luar kelas. Sekolah memberikan kepercayaan kepada anak untuk memilih model pembelajarannya. Hari ini adalah hari belajar mereka, mereka merencanakan materinya, melaksanakan prosesnya dan menikmati hasilnya. Sekolah memberikan garis besar arahan dan mengevaluasinya dan eksekusinya semua dari siswa. Ini adalah salah satu wujud dukungan sekolah untuk mencetak pemimpi masa depan yaitu dengan menciptakan suasana sekolah ramah anak yang mampu merangsang kreatifitas dan prestasi”, ucap Umi Maimanah, M.Pd guru sosiologi SMA Negeri 1 Pacitan.

“Dengan Kota Pacitan mendapatkan penghargaan sebagai Kota Layak Anak Tingkat Madya dan dilanjutkan mendapat Kota Layak Pemuda 2019, itu menunjukkan adanya keterkaitan, ketika pemenuhan hak anak sudah baik maka akan menghasilkan pemuda-pemuda yang unggul sehingga kepedulian semua pihak akan proses tumbuh kembang anak harus terus ditingkatkan. Kekerasan pada anak, pernikahan anak dan dampak gawai menjadi hal yang perlu mendapatkan perhatian bersama semua pihak. Kami sebagai anak-anak butuh untuk didengar dan diperhatikan. Dampak negatif gawai tidak hanya menyerang pada anak melainkan juga pada orang tua, karena porsi perhatian kepada anak menjadi kurang ketika orang tua terlalu asyik dengan gawainya”, ucap Aisya Auliya S. yang akrab dipanggil Echa, Ketua Forum Anak Kabupaten Pacitan yang juga Sekretaris OSIS SMA Negeri 1 Pacitan.

Bagikan

RELATED NEWS