Semoga Tidak Terjadi. Luhut Sebut Kasus Omicron Bisa 3 Kali Lebih Besar dari Puncak Delta

Amirudin Zuhri - Selasa, 01 Februari 2022 10:08 WIB
Menteri Koordiantor Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. (Ismail Pohan/TrenAsia)

JAKARTA -- Menteri Koordiantor Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan memperkirakan penyebaran kasus COVID-19 varian Omicron bisa meningkat tiga kali lebih besar dari varian Delta yang pernah mencapai puncaknya pada Juli 2021 sebanyak 56.000 kasus.

"Bisa saja tiga kali dari itu bila kita tidak berhati-hati," katanya dalam konferensi pers virtual Evaluasi PPKM, Senin, 31 Januari 2022.

Dia menjelaskan bahwa berdasarkan data dari beberapa negara ditemukan bahwa tingkat rawat inap pasien Omicron sepertiga lebih rendah dari varian Delta.

Namun demikian, jumlah rawat inap pasien Omicron di negara-negara justru jauh lebih besar hingga tiga kali dari pasien Delta.

"Dari data tersebut, kami mencoba menganalisis jumlah rawat inap rumah sakit di Indonesia dapat lebih tinggi dari Delta apabila kasus harian meningkat tiga kali seperti tahun lalu," papar Luhut.

Dia menegaskan bahwa meski penularan varian Omicron diperkirakan lebih cepat dan lebih besar dari varian Delta, namun pemerintah telah melakukan simulasi yang bisa menekan tingkat penularan Omicron seiring percepatan vaksinasi nasional.

"Sampai saat ini kami memperkirakan angka tersebut kecil kemungkinan terjadi karena berbagai simulasi model yang kami susun dengan para pakar angka ini masih jauh," pungkas Luhut.

Dia mengklaim bahwa pemerintah saat ini sudah lebih siap dari sisi ketersediaan sarana kesehatan dalam melakukan perawatan terhadap pasien COVID-19 dibandingkan ketika terjadi ledakan pada Juli 2021.

"Kementeiran Kesehatan telah menyediakan sarana kesehatan yang sangat memadai jauh lebih bagus dari tahun yang lalu," ucapnya.

Luhut menuturkan pemerintah saat ini terus melakukan pemantauan terhadap ketersediaan tempat tidur di rumah sakit dan mempercepat vaksinasi di daerah untuk memerangi penyebaran Omicron.

Dari data yang diperoleh disebutkan bahwa kasus konfirmasi COVID-19 saat ini masih sepelima dari puncak Delta pada Juli 2021, sedangkan rawat inap di rumah sakit masih sepersepuluh dari puncak Delta.

"Untuk itu, pemerintah terus memonitor jumlah kasus konfirmasi secara harian. Pemerintah memperhatikan keterisian rumah sakit, jumlah vaksinasi di daerah," paparnya.

Berdasarkan data Satgas COVID-19, kasus COVID-10 di Jawa dan Bali terus meningkat, terutama di DKI Jakarta. Namun ada juga terjadi penurunan dalam tujuh hari terakhir.

Dia pun mengajak masyarakat agar waspada dan memperketat penerapan disiplin protokol kesehatan (prokes) agar sebisa mungkin kasus Omicron bisa ditekan.

"Kita tidak perlu khawatir berlebihan tetapi ktia perlu super waspada," imbuhnya.

Sementara itu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan puncak kasus COVID-19 varian Omicron bisa lebih banyak 3-6 kali lipat dari varian Delta.

Kasus di Amerika Serikat sempat mencapai 800.000 per hari akibat Omicron dibandingkan dengan Delta yang mencapai 250.000 per hari. Di Prancis mencapai 360.000 per hari, lebih banyak dibandingkan dengan Delta yang 60.000 hari.

"Penularan tinggi sekali dan Indonesia pasti akan mengalami ini. Kita mesti siap-siap dan hati-hati dan waspada, tidak perlu kaget. Di negara-negara lain bisa tiga sampai enam kali dibandingkan puncaknya Delta," katanya.

Dia memperkirakan puncak kasus COVID-19 akibat varian Omicron terjadi di akhir Februari 2022. Dia pun meminta masyarakat untuk membatasi mobilitas dan selalu waspada agar dapat terhindar COVID-19.

"Pesan saya tetap waspada, hati-hati, batasi mobilitas jangan terlalu agresif, batasi bergerak ke mana-mana," ungkapnya.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Daniel Deha pada 01 Feb 2022

Bagikan

RELATED NEWS