Serat Centhini Ternyata Membahas Kuliner Kuno Khas Pacitan

AZ - Rabu, 17 Juli 2019 07:00 WIB
ilustrasi undefined

Halopacitan, Pacitan—Serat Centhini adalah salah satu karya sastra terbesar dalam kesusastraan Jawa Baru. Disebut juga Suluk Tambanglaras atau Suluk Tambangraras-Amongraga, Serat Centhini menghimpun segala macam ilmu pengetahuan dan kebudayaan Jawa.

Ternyata di dalam serat yang ditulis sekitar tahun 1800an masehi tersebut termuat juga soal Pacitan. Salah satunya adalah soal kuliner pada masa itu.

Sebagai daerah pesisir selatan yang dahulu dikenal dengan sebutan Wengker Kidul, Pacitan sudah di kenal sebagai daerah pengembaraan yang turut menyumbangkan warna dalam khasanah sejarah tanah Jawa, salah satunya melalui sajian kuliner yang di dominasi aneka masakan laut.

Dalam Serat Centhini yang ditulis pada zaman Paku Buwono V bertahta di Solo, Pacitan diulas dalam kisah perjalanan Mas Cebolang bersama para abdinya.

Dikisahkan dalam pengembaraannya menuju ke wilayah Ponorogo, Mas Cebolang tersesat hingga ke daerah Pacitan, dimana ia bertemu dengan Ki Darmayu di Dukuh Karang yang terletak di selatan Pedukuhan Pringkuku.

Saat bertemu Ki Darmayu yang menjadi penjaga Hastana Gentong, Mas Cebolang beserta para abdinya disuguh rokok, sirih, minuman legen atau nira pohon aren yang beraroma wangi dan berkhasiat membuat badan kembali segar serta singkong rebus.

Dari naskah cerita tersebut, menunjukkan Pacitan lama menjadi penghasil nira, baik dari pohon kelapa maupun pohon aren yang kemudian dibudidayakan untuk menjadi gula jawa maupun gula aren sudah ada sejak jaman dahulu. Seperti pengakuan Susanto, seorang penderes kelapa di Desa Karanggedhe, Kecamatan Arjosari yang mengaku keahlian menderes nira diperoleh secara turun-temurun dari jaman dahulu.

Juga tanaman tembakau sudah terkenal di Pacitan sejak jaman dahulu, Wahyono (74 ) salah seorang saksi juga menuturkan bahwa sedari ia kecil ia sering membantu orang tua-nya menanam tembakau pada saat musim kemarau. Ia juga menjelaskan bahwa tanaman tembakau sudah ditanam sejak jaman nenek moyangnya. "Seingat saya, tanaman tembakau itu warisan kakek saya. Namun sekarang sudah tidak ada lagi yang menanam tembakau," kenangnya.

Dalam kisah selanjutnya, Mas Cebolang diajak Ki Darmayu untuk menikmati sajian makan besar yang menunya dikisahkan dalam satu pupuh tembang sinom

Nyi wisma ngatag mring rencang |sêgah wus binêkta mijil |rampatan piring lancaran |sêkul liwêt tigan pasir |sakêndhile mangarsi |krupuk têrung gêrèh sayur |ulam loh warna-warna |ginorèng lisah kalêntik |sambêlgorèng urip-urip pas-êpasan

Dari tembang tersebut dapat dikenali masakan yang menjadi khas Pacitan pada masa lalu. Mulai dari telur ayam matang yang dimasak diatas bara api, kerupuk, sayur terung, ikan peda asin dan berbagai ikan asin yang digoreng dengan minyak kelapa. Serta tidak tertinggal sambal goreng khas Pacitan.

Bagikan

RELATED NEWS