Susul 45 Negara, Hati-hati, Indonesia Akan Alami Resesi

SP - Rabu, 23 September 2020 07:26 WIB
Ilustrasi: Indonesia Diprediksi Akan Mengalami Resesi Menyusul 45 Negara Lain undefined

Menteri keuangan, Sri Mulyani Indrawati menyampaikan ekonomi pada kuartal III kembali minus. Pemerintah memastikan ekonomi nasional mengalami resesi setelah dua kuartal berturtut-turut berada di zona negatif hingga pada kuartal III-2020 yang akan ditutup pada September ini.

Proyeksi ekonomi pada kuartal III minus 1,1% hingga positif 0,2%. Namun update terbaru dipastikan per September 2020 perekonomian dalam negeri harus anjlok 1% hingga minus 2,9%.

Sri Mulyani menegaskan dalam konferensi virtual APBN KiTa, Selasa (22/09/2020) seperti dilansir dari TrenAsia.com, “Ini artinya, negatif territory kemungkinan terjadi pada kuartal tiga. Mungkin (negatif territory) juga masih berlangsung untuk kuartal IV yang kita upayakan bisa dekat 0 (persen) atau positif”

Bahkan, ia memproyeksikan perekonomian Indonesia untuk tahun 2020 secara keseluruhan menjadi minus 0,6% sampai minus 1,7%. Sedangkan realisasi perekonomian nasional pada kuartal sebelumnya minus 5,32%.

Perlu diketahui bahwa resesi merupakan kondisi di mana perekonomian nasional minus atau tidak mengalami pertumbuhan selama dua kuartal. Berdasarkan data tersebut, Indonesia akan menyusul 45 negara lain yang mengalami resesi dan dipastikan terjadi pada penutupan bulan ini.

Beda Kondisi saat ini dengan Krisis 1998

Meski masuk jurang resesi ekonomi, kondisi itu bukanlah akhir dari segalanya. Ekonom Indef Bhima Yudistira seperti dilansir dari TrenAsia.com, menjelaskan bahwa krisis tahun ini memang berbeda dengan dua krisis sebelumnya. Perbedaan utamanya adalah resesi tahun ini tidak diiringi dengan inflasi atau kenaikan harga barang.

“Situasi saat ini berbeda dari tahun 1998 dan 2008 di mana saat krisis moneter 1998 inflasi sempat menyentuh 70 persen dan mengakibatkan kelangkaan barang kebutuhan pokok. Pada tahun 2008 juga terjadi inflasi 11 persen,” jelas Bhima.

Sebaliknya, krisis ekonomi kali ini justru menyebabkan deflasi atau penurunan harga barang secara umum. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), terjadi deflasi sebesar 0,1% pada Juli 2020.

Deflasi mengindikasikan adanya penurunan sisi permintaan yang cukup tajam dan membuat pelaku usaha juga ikut menurunkan harga barang produksinya.

Berikut outlook kuartal III-2020 yang disampaikan Sri Mulyani:

  • Konsumsi Rumah Tangga : minus 3% sampai minus 1,5%
  • Konsumsi Pemerintah: positif 9,8%-17%
  • Investasi : minus 8,5% sampai minus 6,6%
  • Ekspor : minus 13,9% sampai minus 8,7%

Impor : minus 26,8% sampai minus 16%.

Bagikan

RELATED NEWS