Telaga Guyang Warak, Warisan Dunia Ini Kian Merana

AZ - Kamis, 25 Juli 2019 07:00 WIB
Telaga Guyang Warak undefined

Halopacitan, Punung— Guyang Warak diyakini sebagai telaga yang telah ada sejak zaman purba. Sayang kondisinya semakin memprihatinkan.

Telaga Guyang Warak merupakan salah satu situs yang dilindungi oleh UNESCO sebagai warisan geo park. Telaga ini menjadi bagian dari situs Ngrinjang. Namun menurut pengamatan warga sekitar, situs warisan dunia tersebut terancam keberadaannya karena semakin turunnya debit air yang ada.

Yoyok, warga RT02/RW 04 Dusun Ginung Semut Desa Kendal kepada Halopacitan menceritakan bahwa saat ia kecil air di telaga cukup dalam bahkan mencapai 4 meter hingga 5 meter di bagian tengah. Namun sekarang saat kemarau seperti ini menurut Yoyok kedalaman air hanya sekitar 0,5 meter.

Ia juga ingat bagaimana dahulu ia bersama kawan-kawannya sering bermain di telaga yang memisahkan Dusun Gunung Semut dengan Dusun Ngaritan tersebut. Berenang, bermain perahu atau hanya sekadar mencari ikan. Bagi Yoyok, masa-masa 15 tahun yang lalu kehidupan di sekitar telaga sangat menyenangkan.

"Airnya masih banyak dan dalam, banyak orang yang memanfaatkannya. Dari mandi, mencuci dan lainnya," cerita pria berusia 27 tahun itu. "Bahkan dulu seingat saya pernah dipasang pompa untuk PDAM di sebelah utara sana," lanjut Yoyok seraya menunjuk suatu arah.

Pernyataan Yoyok tersebut diperkuat Warti, tetangga Yoyok. Menurut wanita kelahiran Wonogiri yang bersuamikan pria setempat itu, kondisi surutnya air sudah terjadi saat ia tinggal di situ.

Menurut Warti, saat ia tinggal di Gunung Semut 12 tahun yang lalu ia sudah tidak melihat warga masyarakat yang memanfaatkan air di telaga selain untuk mengairi tanaman palawija disekitar telaga. "Padahal sudah tidak untuk konsumsi rumah tangga lagi, namun entah kenapa telaga ini sekarang airnya tidak pernah bisa penuh. Bahkan saat penghujan sekalipun," katanya.

Salah seorang sesepuh desa Bambang Widodo juga turut prihatin atas kondisi telaga Guyang Warak akhir-akhir ini. Bambang yang baru saja purna bakti sebagai kepala desa di Desa Kendal tersebut mengaku bingung dengan kondisi Guyang Warak saat ini.

Menurut Bambang, salah satu penyebab surutnya air di telaga itu adalah munculnya luweng atau lubang-lubang baru di sekitar maupun di dalam telaga yang menghisap air telaga masuk kedalamnya.

Selain itu semakin kecilnya sumber air yang berasal dari sungai bawah tanah di dekat balai desa juga menjadi penyebabnya. "Pada saat kami menjabat, bersama pemerintah desa sudah berupaya menambal lubang-lubang yang ada. Dari menggunakan ijuk hingga beton, namun belum membawa hasil yang memuaskan," jelasnya.

Bambang juga menjelaskan walaupun telaga tersebut masih menjadi milik desa, pengelolaannya diserahkan kepada Balai Besar Waduk Dan Sungai Bengawan Solo karena pemerintah dan masyarakat sekitar belum berani untuk mengelola potensi tersebut. "Kami masih belum berani jika ditawarkan sebagi destinasi wisata alam, nanti banyak pengunjung yang akan kecewa," ujarnya Kamis (25/07/2019).

Dari pengamatan Halopacitan, saat datang langsung ke telaga masih ada 1-2 orang yang datang berkunjung. "Di sini tenang, alamnya juga asri asyik buat merenung dan mencari inspirasi," ucap Rudi, salah satu pengunjung yang datang bersama teman wanitanya. "Masih gratis," lanjut Rudi seraya terkekeh.

Bagikan

RELATED NEWS