Usung Pesan Perubahan Iklim, Kapal Legendaris Arka Kinari Berlabuh di Pacitan

Dias Lusiamala - Selasa, 21 Juni 2022 09:02 WIB
Arka Kinari di pelabuhtan Tamperan Pacitan (Halopacitan/Dias Lusiamala)

PACITAN-Berlayar dari Rotterdam Agustus 2019, Arka Kinari telah melewati berbagai negara sebelum tiba di Indonesia.

Setelah berlayar mengitari Terusan Suez, kapal berawak tujuh orang itu menyusuri tepian benua Amerika, Samudra Pasifik, hingga masuk ke perairan Indonesia pada 2020. Dan kini kapal itu singgah di Pacitan

Perjalanan Nova Ruth dan Grey Filastine, pemilik kapal yang semestinya sembilan bulan, molor hingga setahun karena terdampak pandemi Covid-19. Di sepanjang perjalanan, mereka mengenalkan basic skill perkapalan, workshop seputar lingkungan dan perubahan iklim, hingga menggelar konser musik di atas kapal.

Layar Arka Kinari tamak dibentangkan. Tali-tali ditarik untuk mengerek kain-kain putih yang terbentang. Lambung kapal berwarna kuning tersebut cukup memantik perhatian nelayan kala berlabuh sepekan di Pelabuhan Tamperan.

“Kami lebih menitikberatkan pada kabar tentang perubahan iklim. Bagaimana kita harus bersikap dan bersiap dalam kehidupan sehari-hari, terutama di wilayah pesisir,” kata Nova, pemilik kapal, Senin (20/6/2022).

Kapal sepanjang 18 meter itu ditopang dua tiang utama dan enam layar. Usianya tak lagi muda, dibuat selang dua tahun setelah perang dunia kedua berakhir 1947 silam di Rostock, Jerman. Kapal berkabin luas itu dulunya dijuluki Neptune I. Sempat berganti nama menjadi Mariosa dan dijadikan kapal penangkap ikan pada 2019 silam.

Kapal delapan ruangan itu kini diberi nama Arka Kinari. “Nama ini diambilkan dari dua bahasa, yaitu Arka (Latin) yang berarti menahan atau mempertahankan dan Kinari (Sansekerta) yang berarti musisi penjaga kehidupan,” Kata Nova saat di Pelabuhan Tamperan.

Bertolak dari Pacitan, Arka Kinari bakal melanjutkan perjalanannya menyusuri jalur rempah Indonesia. Menuju Kepulauan Seribu Jakarta, Cirebon, Semarang, Karimun Jawa, Lasem, Bawean, Gresik, Talaut di Sulawesi Utara, Manado, dan berakhir di Bali sebelum kembali ke Belanda.

RELATED NEWS