Whirling Dervish, Sadarkan Manusia Bahwa Dunia itu Fana

SP - Jumat, 22 November 2019 00:16 WIB
Whirling dervish, tari sufi undefined

Siapa sangka di Dusun Purwodadi, Desa Jatimalang Kecamatan Arjosari Pacitan, ada sebuah sanggar tari, yang disebut Sanggar Tali Jagat. Sanggar ini mempuyai kekhasan, bukan mengajarkan tarian tradisional seperti gambyong, jaipong, merak dan sejenisnya, tetapi sanggar tari ini mengajarkan tarian sufi atau biasa disebut whirling dervish. Whirling dervish atau tarian sufi pertama kali dipertunjukkan di wilayah Anatolia Turki sejak abad ke 13 yang diciptakan oleh seorang pria filsuf sekaligus penyair pada masa itu yang berasal dari Persia bernama Mawlana Jalaludin Rumi (Mevlana Celaleddin Rumi).

Sosok anak muda baik putra ataupun putri dengan pakaian khasnya melakukan tarian berputar-putar, dengan busana yang khas mengembang membentuk gelombang akibat putaran penarinya. Terlihat mudah untuk dilakukan, akan tetapi ketika kita amati lebih dalam membutuhkan konsentrasi, keseimbangan, kestabilan gerak dan ketenangan untuk membuat bagian busana seperti rok bisa mengembang dan membentuk gelombang yang stabil.

Iringan lagu Sholawatan menambah kekhusyukan penari sehingga tempo putaran sang penari menyatu dengan tempo lagu, terlihat raut wajah tenang sang penari seakan terlepas dari semua masalah dunia menuju pemujaan kecintaan dan kerinduan kepada Sang Pencipta.

“Kami ikut ambil bagian pemecahan rekor MURI Tarian Sufi di Gelora Bung Karno, Januari 2019. Kota Pacitan mengirimkan 86 penari sufinya”, ucap Abu Dawud salah seorang penari sufi di acara tersebut. Sanggar Tali Jagat dari Dusun Purwodadi, Desa Jatimalang Kecamatan Arjosari adalah salah satu yang mengawali dan memperkenalkan Tarian Sufi Pacitan. Sanggar yang tumbuh dari keresahan dan idealisme anak-anak muda Jatimalang terhadap pencarian seni budaya yang mengandung unsur religius menjadi alasan utama memilih tarian sufi ini untuk dikembangkan. Dirintis mulai tahun 2015 berkembang sampai saat ini. Latihan dilaksanakan setiap hari Minggu sore, yang diikuti sekitar 35 peserta mulai dari anak umur 5 tahun sampai dewasa. Penari pemula membutuhkan waktu 1 – 4 bulan untuk menguasai konsentrasi dan gerakan awal.

“Dari pengalaman saya melatih, anak-anak lebih cepat menguasai dari pada orang dewasa, rata-rata anak-anak dengan latihan intensif seminggu sekali dalam waktu satu bulan sudah bisa, sedangkan saya sendiri membutuhkan waktu 4 bulan, baru bisa menguasainya”, kata Abu Dawud pemuda berumur 27 tahun sekaligus pelatih dan Ketua Tari Sufi di Sanggar Tali Jagat kepada halopacitan (8/11/2019).

Tahap awal penari dilatih untuk mampu berkonsentrasi ke satu titik yaitu kuku ibu jari tangan kiri sehingga penari tidak merasa pusing dan mual, setelah mampu berkonsentrasi dilanjutkan dengan melatih stamina dengan kaki kiri bagian tumit menjadi tumpuan dan kaki kanan yang bergerak memutar, pada tahap ini penari harus mampu menjaga kestabilan putaran dan menjaga keseimbangan badan sehingga tidak limbung dan posisi tidak bergeser. Kekuatan kaki kiri yang menjadi tumpuan menjadi kuncinya, semakin bagus stamina sang penari semakin lama durasi tarian bisa dilakukan. Tahap akhir adalah menyelaraskan tempo lagu sholawatan dengan tempo putaran sang penari, dalam tahap ini ketenangan hati sang penari menjadi kuncinya. Putaran sang penari disertai ketenangan hati yang dicapai melalui kepasrahan dan pemujaan rasa cinta kepada Sang Pencipta dan Rosulnya berselaras dengan iringan lagu sholawatan.

Dalam perkembangannya selama empat tahun selain mencetak para Darwis/penari sufi, Sanggar Tali Jagat juga sudah mampu memproduksi busananya (Tenur). “Alhamdulillah Tari Sufi ini sudah bisa diterima masyarakat Pacitan dan kami bersyukur memperoleh ijin dari guru kami untuk memproduksi busana/tenur untuk tari sufi ini. Beberapa sanggar tari sufi di luar kota Pacitan sudah menggunakan busana dari produksi kami”, kata Roqi Hamzah pimpinan Sanggar Tali Jagat.

Bagikan

RELATED NEWS