Wow, Produk Jamu RI Jadi Idola, Ekspor Naik 14,08 Persen

SP - Selasa, 15 Desember 2020 11:00 WIB
Angka Ekspor Jamu Naik 14.08% undefined

Pandemi COVID-19 telah melumpuhkan hampir semua sektor. Mulai pendidikan, kesehatan, perekonomian dan lain-lain. Namun, terdapat sisi lain yang diam-diam melejit di tengah pandemi COVID-19 yaitu naiknya ekspor jamu, sebanyak 14.08% disbanding periode sebelumnya.

Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat, nilai ekspor produk jamu atau biofarmaka pada Januari-September 2020 meningkat 14,08% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Pada periode tersebut nilai ekspor mencapai US$9,64 juta, sementara tahun lalu senilai US$8,45 juta

Kinerja ekspor ini memberi angin segar di tengah tren penurunan selama lima tahun terakhir. Tercatat, kinerja industri jamu menurun selama periode lima tahun terakhir (2015-2019) kecuali pada 2017.

“Pencapaian ini cukup menggembirakan, terutama di tengah perlambatan ekonomi global akibat pandemi COVID-19,” kata Menteri Perdagangan, Agus Suparmanto dikutip dalam keterangan resmi, Minggu, 13 Desember 2020.

Hingga pencatatan terakhir, India masih menduduki negara tujuan ekspor terbesar untuk produk jamu dengan persentase sebesar 62,30%. Selanjutnya disusul oleh Singapura (6,15%), Jepang (5,08%), Malaysia (3,75%), dan Vietnam (3,17%), seperti dilansir dari TrenAsia.com.

Pada 2019, Indonesia menempati urutan ke-19 negara pengekspor jamu atau biofarmaka ke dunia dengan pangsa pasar 0,61%. Adapun pemasok jamu atau biofarmaka dunia masih dikuasai oleh India (33,46%), China (27,54%), dan Belanda (6,05%).

Untuk meningkatkan kontribusi ekspor Indonesia di kancah global, Agus telah menyusun strategi peningkatan jangka pendek dan jangka menengah. Salah satunya melalui pendekatan sejumlah produk antara lain makanan dan minuman olahan, alat-alat kesehatan, produk pertanian, perikanan, serta agroindustri.

“Produk jamu, suplemen kesehatan, rempah-rempah, kosmetik, spa, dan aromaterapi termasuk dalam kategori produk-produk yang menjadi fokus strategi peningkatan ekspor tersebut,” urai Mendag.

Saat ini, produk biofarmaka menghadapi beberapa tantangan, antara lain akses pasar, kontinuitas dan ketepatan pengiriman. Isu lingkungan, daya saing, dan sertifikasi organik.

Tak hanya itu, isu soal keberlanjutan, ketertelusuran, transparansi, hilirisasi, pengamanan perdagangan. Hambatan nontarif, biaya logistik yang tinggi, serta good agricultural practices (GAP) and good manufacture practices (GMP).

Bagikan

RELATED NEWS