Suciap mengambil sampah di rumah warga
Halo Berita

Bermodal Tidak Gengsi, Suciap Bisa Kuliahkan Anak dan Beli Tanah dari Memungut Sampah

  • Meski terlihat sepele, jasa mengambil sampah milik warga di lingkungan sekitar ternyata cukup menjanjikan. Modalnya asal mau kerja dan tidak gengsi serta pilih-pilih pekerjaan.

Halo Berita
AZ

AZ

Author

Halopacitan, Pacitan—Suciap, warga RT 04, RW 02 Dusun Kradenan, Desa Bangunsari, Kecamatan Pacitan ini telah membuktikan. Sejak delapan tahun silam dia menggeluti usaha jasa pengambilan sampah di lingkungannya dengan menggunakan gerobak yang ditarik sepeda motor.

Sebelumnya bapak dua anak ini bekerja di sebuah pabrik yang ada di Surabaya. Karena anak pertamanya sering sakit-sakitan sejak 2007 dia putuskan untuk mencari pekerjaan di Pacitan, supaya dekat dengan keluarga dan bisa merawat anak.

Keputusan itu memaksa pria 56 tahun tersebut harus berpikir ekstra keras untuk mencari penghasilanguna mencukupi kebutuhan keluarga. Suciap pun awalnya mengaku hanya bekerja di proyek bangunan yang seharinya hanya mendapat upah Rp20.000 yang tidak mencukupi.

"Setelah itu saya punya inisiatif untuk ambil sampah di lingkungan sini pakai kresek, karena belum ada orang yang ambil dan belum pakai gerobak cuma saya tenteng. Setelah saya dikasih tahu orang untuk minta gerobak ke DLH katanya bisa dikasih, akhirnya saya buat proposal lewat RT, desa dan saya ajukan. Alhamdulillah tiga minggu kemudian sudah dapat gerobak," ungkap Suciap, Rabu (16/01/2019).

Awalnya, warga hanya sedikit yang titip sampah untuk dibuang, tetapi semakin lama semakin bertambah dan sampai sekarang sudah hampir 300 KK yang selalu diambil sampahnya. Ia mengatakan, setiap hari mengambil sampah sejak pukul 03.30 WIB pagi. Dalam dalam sehari ia bisa bolak balik ambil sampah warga sekitar lima kali hingga sore.

"Kalau terlalu siang berangkatnya sudah ramai orang ke pasar atau kerja, dan siangnya saya juga ke sawah, karena olah sawah desa tujuh petak, makanya saya berangkat pagi," katanya.

Dari mengambil sampah itu, Suciap mendapat upah Rp5.000 per KK setiap bulannya atau sekitar Rp1,5 juta. Penghasilan juga didapat dari sampah itu sendiri. Sebelum dibuang, dia memilah-milah untuk mengambil sampah yang bisa dijual seperti kardus, botol air mineral dan sebagainya. Dari penjualan ini dia mendapat uang sekitar Rp2 juta sampai Rp2,5 juta. Dengan kata lain total pendapatn dari upah mengambil sampah dan menjualnya bisa mencapai Rp4  juta per bulan.

Sedangkan sampah organik seperti sisa nasi dan sayuran dimanfaatkan untuk campuran pakan ternak. "Kokoh nasinya untuk pakan ayam, dan sisa sayuran buat pakan kelinci. Kalau sampah lainnya saya buang ke TPS," ujarnya.

Suciap mengaku tidak mengira bisa mencukupi kebutuhan keluarga hanya dari pengambilan sampah. Bahkan saat ini ia sedang menguliahkan anaknya nomor dua di Akper Ponorogo, yang baru semester IV.

Bukan itu saja, dari pekerjaan yang ia geluti sampai saat ini, sekitar dua bulan yang lalu ia sudah bisa beli tanah yang terletak di sebelah utara rumahnya Dusun Kradenan Desa Bangunsari, milik warga Desa Nanggungan, dan sekarang, tanah tersebut digunakannya untuk ternak ayam jawa yang jumlahnya saat ini sekitar 100 ekor lebih.

"Dulu ada yang bilang, apa ya cukup keluarganya dikasih makan dari hasil pungut sampah? Saya hanya tersenyum saja, tapi Alhamdulillah sedikit demi sedikit bisa menabung," kata Suciap lirih.

Ia berpesan, dalam sebuah pekerjaan apapun itu untuk selalu bersyukur, jalani dengan ikhlas dan jangan suka mengeluh. "Modal utama itu yang penting orang mau bekerja dulu, jujur dan jangan pilih-pilih pekerjaan. Cuma mohon maaf, kalau yang malas dan pilih-pilih pekerjaan ya repot, apalagi saat ini cari kerja masih susah," ucapnya,

Sementara Nur Yani istri Suciap  sangat bersyukur dengan pekerjaan yang dilakukan suaminya. Ia pun juga selalu membantu suaminya untuk pilah-pilah sampah. "Yang penting halal, dan tangan tidak di bawah [meminta-minta], syukur-syukur bisa memberi manfaat buat banyak orang," ungkapnya.