Halo Berita

Dengan Keikhlasan,  Titik Merawat ODGJ di Pacitan

  • Sebagian besar orang akan takut dan memilih menghindari  orang dalam gangguan jiwa (ODGJ), namun tidak dengan Murwati Handayani. Bersama timnya dia justru rela merawat orang-orang tersebut.
Halo Berita
Dias Lusiamala

Dias Lusiamala

Author

PACITAN  Sebagian besar orang akan takut dan memilih menghindari  orang dalam gangguan jiwa (ODGJ), namun tidak dengan Murwati Handayani. Bersama timnya dia justru  rela merawat orang-orang tersebut.

Titik panggilan akrab Murwati Handayani, memulai merawat para ODGJ sudah sekitar 3,5 tahun yang lalu. Wilayah kerjanya memang masih terbatas karena baru merawat ODGJ  yang berada di Kecamatan Punung. 

“Kalau bukan kita siapa lagi, kalau tidak sekarang kapan lagi. Kalau semua hanya memberi belas kasihan tanpa aksi turun tangan langsung, kapan mereka akan menjadi bersih?” kata Titik, Selasa (2/8/2022).

Awalnya Titik hanya memberikan makanan kepada ODGJ yang ditemuinya di jalan. Namun setelah beberapa kali memberi makan, Titik mulai memiliki inisiatif untuk merawat ODGJ tersebut. 

Titik pun melanjutkan hal baik itu. Niatnya  semakin memuncak ketika masa awal pandemi, ada kejadian ODGJ yang terbaring di jalan dan  sakaratul maut ketika dirinya menghampiri dengan membawa makanan dan minuman. Hal itulah yang memicu dan menggerakkan hatinya untuk peduli kepada ODGJ.

“Banyak orang yang mampu, tetapi jarang ada yang mau membantu mereka,” kata Titik.

Kegiatan rutin yang dilakukan  Titik yaitu membersihkan para ODGC termasuk dengan mencukur rambut, memotong kuku, memandikan, memberi makanan dan minuman dua kali sehari. Selain itu juga memberi pakaian. 

Titik juga mengajak para ODGJ untuk berkomunikasi. Karena, dengan sering diajak berkomunikasi. Dengan  terus diajak berbincang ,  Titik berharap bisa merangsang kesembuhan jiwa dan bisa membuka memori mereka.

Dalam menjalankan misi sosial ini Titik tak hanya sendirian, melainkan dibantu juga oleh teman-temannya.

“Kami juga dibantu oleh relawan dan masyarakat sekitar tempat ODGJ tersebut berada,” kata Titik.

Kemudian saat ODGJ ada yang sakit, ternyata ODGJ yang lain juga ikut membantu merawat. Hal itu menandakan solidaritas mereka begitu kompak.

“Ada ODGJ yang sangat peduli kepada sesamanya. Ketika memiliki makanan berlebih, dia bersedia memberikan makanannya kepada orang lain. Jiwa berbagi dan solidaritasnya luar biasa,” katanya.

“Suatu ketika saya mengatakan, Mas maaf yoaku ora  oleh-olehi jeruk Aku orandue duit (maaf ya mas aku tidak bawa jeruk. Aku sedang tidak punya uang). Kemudian  Uang yang ada di kantongnya ditawarkan kepada saya. Yang awalnya saya ingin tertawa, justru berubah jadi terharu,” kata Titik.

Berbagai karakter

Titik dan tim relawan menganggap para ODGJ ini sulit ditebak. Mereka  memiliki pikiran-pikiran yang luar biasa. Mereka bisa mengingat kekurangan, kesulitan orang lain, bahkan mengingat sisa makanannya sendiri. 

Seorang ODGJ   pernah  minta dibelikan daging ayam karena nasi sisa makanannya sayang untuk dibuang.Ada pula kebiasaan ODGJ lain  dengan julukan Gibol, yang suka bersalawat, wiridan, berzikir, dan melafalkan ayat-ayat dan asma Allah.

“Ketika kesepian, dia justru bersalawat dan berzikir. Tidak meracau sembarangan. Jika diminta mengucap bismillah, dia mengucap bismillah. Ketika dipancing syahadat, dia juga dapat mengucapkannya. Ketika dipancing salawat, dia justru bisa melanjutkan dengan ayat Alquran yang panjang, dengan bacaan tajwid yang sempurna. Tentu saja hal ini menampar kita, orang yang menganggap diri kita lebih waras dari mereka,” kata Titik.

Warga sekitar merespons kegiatan sosial Titik ini dengan  positif dan negatif. Titik tidak terlalu ambil pusing untuk tanggapan yang negatif, karena tujuan Titik bukan untuk cari muka atau pencitraan semata.

“Ada yang mengatakan pencitraan, cari muka, tebar pesona, demi konten, bahkan yang agak menyakitkan, insentifnya berapa? Padahal, semua mestinya tahu kami berdiri sendiri dan mengeluarkan biaya sendiri. Kami tidak bisa membungkam cibiran dari mereka untuk tidak mengatakan itu. Tapi, kami yang harus menutup telinga agar tidak mendengarkannya,” kata Titik.

Sudah banyak ODGJ yang telah dirawat oleh Titik sebagai relawan. Ada yang memang menetap, ada pula yang hanya datang sebentar kemudian berlalu.

Titik pun menuturkan, hampir semua biaya perawatan ditanggung oleh keuangan pribadi dan  sumbangan  beberapa donatur. Hingga saat ini sudah ada respons dari pemerintah, yakni dari Dinas Sosial dan Dinas Kesehatan, meski belum ada anggaran atau dana secara langsung yang dikucurkan untuk pembiayaan perawatan ODGJ kepada Titik dan timnya.

Terakhir, Titik dan timnya berharap para ODGJ ini bisa segera sembuh, bertemu keluarganya, dan masih diakui oleh keluarganya. 

Terimakasih Titik atas kepedulianmu…