SIDOARJO - Bagi sebagian besar orang Indonesia, terutama JawWaspadai Soceng, Modus Begal Rekening Terbaru Lewat Sosial Media
Di tahun 1930-an, Jamu Iboe mulai mengembangkan beragam produk akibat dari munculnya wabah batuk yang hampir mirip dengan kondisi pandemi tahun 2020. Oleh pemerintah dan tenaga kesehatan saat itu, Jamu Iboe pun dipercaya menjadi rujukan untuk memperbaiki kesehatan saat itu.
Jamu Iboe terus bertumbuh, sehingga di tahun 1980-an pabrik Jamu Iboe pindah ke pabrik dan kantor yang lebih besar dengan memiliki luas area 2,3 Ha di Sidoarjo hingga sekarang. Saat ini, Jamu Iboe memiliki 150 item produk dengan 3 kategorinya, yaitu jamu tradisional, jamu modern dengan kapsul ekstrak, dan minuman kesehatan di mana dikembangkan jamu dengan citarasa non pahit.
Jamu Iboe juga menjadi salah satu perusahaan yang bertumbuh cukup baik di masa pandemi Covid-19. Penjualan mengalami peningkatan, terutama untuk produk-produk jamu yang berhubungan dengan imunitas. Namun, tantangan cukup berat dirasakan pula oleh tim pemasaran dan distribusi Jamu Iboe. Di awal pandemi tahun 2020, perusahaan cukup kewalahan dengan adaptasi yang dituntut dengan cepat, mulai dari menjalankan pemasaran dengan konten, mengubah event dari offline menjadi online, mengadakan penjualan antar sampai rumah, dan lain sebagainya.
Menurut Perry Angglishartono selaku Product Group Manager PT Jamu Iboe Jaya, saat ini ada disrupsi besar yang tengah dihadapi, yaitu Millennial Disruption dan Digital Disruption. Millennial Disruption menghantam permintaan (demand) sehingga produk yang ada di pasar dituntut untuk terus kreatif dan berinovasi. Sedangkan, Digital Disruption menghantam penawaran (supply). Inilah yang menjadi tantangan bagi perusahaan senior dengan umur puluhan bahkan ratusan tahun.
“Dari sini jelas, bagi pelaku usaha yang telah bertahan lintas generasi dengan produk yang mempertahankan tradisi, sangat penting untuk mengembangkan dan melakukan inovasi pada produk. Selain itu dari sisi pemasaran, pelaku usaha harus melek dengan pemasaran dan distribusi omnichannel, baik online maupun offline. Fokus ke penjualan di marketplace / e-commerce yang akan memudahkan konsumen menemukan produk, investasikan pula SDM untuk melakukan penjualan online,” tutur Perry. (*)
Tulisan ini telah tayang di jogjaaja.com oleh Tyo S pada 21 Jun 2022