Halo Berita

Tim ITS Sukses Ciptakan Kitosan dari Limbah Udang Pacitan

  • Tim Riset Kewirausahaan Institut Teknologi Sepuluh November (ITS Surabaya) sukses menciptakan Kitosan dari limbah udang di Pacitan.
Halo Berita
Dias Lusiamala

Dias Lusiamala

Author

PACITAN-Tim Riset Kewirausahaan Institut Teknologi Sepuluh November (ITS Surabaya) sukses menciptakan Kitosan dari limbah udang di Pacitan. 

Tim Riset ITS yang terdiri dari Prof Mardi Santoso, Prof Djoko Hartanto yang diketuai oleh Dr Lukman Atmaja, Ph.D. juga dibantu oleh 11 mahasiswa Prodi Kimia Semester IV dan diketuai oleh Eka Annisa. Berhasil melakukan terobosan inovasi baru.

Dengan hanya memanfaatkan limbah udang yang terdapat di Pantai Selatan Kabupaten Pacitan. Tim riset ITS melihat secara geografis terdapat sumber daya yang memadai, yakni 150 lebih tambak udang dengan hasil limbah kulit yang cukup signifikan daripada daerah lainnya.

Ketua Tim Riset ITS Surabaya, Dr. Lukman Atmaja mengatakan, di Pacitan ada banyak tambak di wilayah pesisir selatan yang menggunakan sistem intensif sehingga menghasilkan udang yang cukup banyak di samping kebutuhan ekspor dan olahan makanan. Dalam pertumbuhanya akan terjadi molting yaitu pergantian kulit udang dengan sendirinya selama 15-18 hari dalam 1 kali pergantian. 

"Dari limbah proses pendewasaan dan pengolahan ini, secara kimia dapat dikonversi menjadi kitosan, yakni suatu bahan yang bisa dipakai untuk berbagai keperluan," kata Dr. Lukman Atmaja, Kamis (23/6/2022).

Menurut Lukman, Pacitan memiliki potensi tambak udang yang sukses dan berkelanjutan juga didukung dengan sumber daya manusia sebagai wiraswastawan yang cukup tangguh.

 "Hal ini dibuktikan dengan ada 100 usaha kecil menengah yang mengelola limbah perikanan, meskipun belum bergerak untuk memproduksi Kitosan," kata Dr. Lukman Atmaja

Selain itu, riset keilmuan dalam bidang kewirausahaan ini, bertujuan untuk membantu warga pesisir Pacitan  agar memperoleh tambahan pendapatan dengan cara mengelola limbah perikanan yang memiliki potensi value-added.

"Program dan kegiatan ini sifatnya mengarahkan warga agar mau memproduksi Kitosan. Kami juga menyediakan peralatan awal hingga membantu pemasaran hasilnya nanti," ungkap Ketua Tim Riset Kewirausahaan ITS  Dr. Lukman Atmaja. 

Menjelaskan proses pembuatan/Dias Lusiamala

Proses pembuatan 

Sementara itu, mahasiswa ITS Surabaya, Eka Annisa memaparkan secara detail bagaimana proses pembuatan Kitosan yang terbilang cukup mudah dilakukan oleh masyarakat, yakni ada 3 tahapan mulai deproteinasi, demineralisasi hingga deasetilasi.

"Proses awal menghilangkan protein dari kulit udang yang sudah dihaluskan dan dicampur dengan larutan NaOH 3.5 persen lalu dipanaskan dalam suhu 65 derajat selama 2 jam. Selanjutnya dinetralisir dengan air pH netral, setelah pH mencapai 7, endapan dioven pada suhu 105 derajat selama 6 jam untuk memperoleh serbuk halus warna coklat," terang Eka Annisa

Tidak sampai di situ, masih ada pengujian untuk mengetahui masih terdapat kandungan protein atau tidak. Jika mengandung protein akan berwarna ungu. 

"Proses kedua adalah demineralisasi yang bertujuan untuk menghilangkan mineral, dimana hasil dari deproteinasi dipanaskan dalam larutan HCl 1 M selama 30 menit pada suhu 65 derajat. Baru dinetralisir kembali dengan air pH netral setelah itu dikeringkan pakai oven 105 derajat selama 6 jam agar jadi serbuk kitin coklat muda," ucap Eka melanjutkan. Dari tiga proses pengolahan Kitosan terjadi penyusutan massa. Semisal bahan baku awal sebesar 610 gram menjadi 103 gram dan menyusut sampai 83 persen. 

Standar kitosan dianggap bagus ketika minimal derajat deasetilasi (DD) mencapai 70 persen. Sedangkan dalam riset ini mencapai 86 persen. Alhasil, produk Kitosan Tim Riset ITS Surabaya selama 5 bulan tersebut sudah memenuhi standar dan layak jual. 

Kitosan merupakan suatu polisakarida yang terbentuk dari monomer N-asetil glukosamin dan D-glukosamin. Kitosan sendiri suatu bahan yang terpakai secara luas dalam kosmetik, farmasi atau obat-obatan, pertanian hingga industri makanan. 

Harapannya dari membuat kitosan, dengan cara ini bisa lebih mensejahterakan pembudidaya udang dan lainnya.