Bertahun-Tahun Terjadi, Kenapa Banjir Batu Tetap Tak Bisa Tertangani?

Amirudin Zuhri - Kamis, 11 November 2021 11:25 WIB
Lokasi pertemuan antara Sungai Glunggung dengan Grindulu, yang banyak tertimbun material longsor pada tahun 2018 (Halopacitan,com)

PACITAN- Banjir batu menutup jalur Karangrejo-Karenggede, Pacitan. Hingga Selasa 11 November 2021, akses kedua desa di Kecamatan Arjosari itu masih tertutup. Sebenarnya banjir batu sudah terjadi selama bertahun-tahun, tetapi entah kenapa belum juga tertangani.

Sejak 2018 Halopacitan.com telah melaporkan bencana ini berulang kali terjadi ketika musim hujan. Fenomena ini terjadi sejak banjir dan longsor melanda Pacitan pada November 2017.

Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Pacitan, Didik Alih Wibowo juga mengakui bahwa banjir batu telah sering terjadi."Setiap tahun pasti turun seperti itu karena memang materialnya belum habis, jadi kalau ada hujan pasti mengikuti aliran sungai," katanya Selasa 10 November 2021.

Sumber batu atau material berasal dari Gunung Parangan yang berada di wilayah perbatasan dengan Kabupaten Wonogiri Jawa Tengah. Akibat hujan lebat November 2017 lereng Gunung Parangan longsor dan materialnya terseret masuk ke aliran Glunggung.

Banjir juga sangat dipengaruhi situasi di hulu sungai yang kadang cuacanya berbeda dengan di bagian hilir. Bahkan banjir kerap terjadi meski di daerah bawah tidak hujan,

Pada 15 April 2019 Halopacitan juga menulis bahwa Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo akan membangun penahan sediman di wilayah tersebut. Dalam sosialisasi di depan warga di Balai Desa Karangrejo, Senin 15 April 2019 BBWS mengatakan perintah pembangunan penahan sedimen ini datang langsung dari Menteri PUPR Basuki Hadi Mulyono yang beberapa waktu sebelumnya meninjau langsung ke lokasi Kali Brungkah.

Saat itu Agus Widiarto salah satu wakil dari BBWS Bengawan Solo mengatakan penahan sedimen akan dibangun sepanjang 66 meter, tinggi dari permukaan air 10 meter dengan ketebalan bagian atas rata-rata 3 meter. "Murni untuk penanggulangan bencana dan mengurangi sedimentasi di Kali Brungkah dan Sungai Grindulu", katanya saat itu.

Sementara menurut Didik di hulu sungai Wonosari memang ada satu bukit yang longsor sejak tahun 1990 an seluas 10 hektare. "Setiap tahun pasti turun seperti itu karena memang materialnya belum habis, jadi kalau ada hujan pasti mengikuti aliran sungai," lanjutnya

Sungai tersebut, lanjut Didik sebenarnya sudah didesain sebagai lintasan material longsoran dengan membentuk lorong. "Karena kemarin penuh jadi memang meluap ke jalan tapi sudah bisa dilewati lagi," kata Didik.

Entah sampai kapan banjir batu ini akan berlalu….

RELATED NEWS