Langen Bekso Tayub, Lomba 17an itu Ternyata Tak Sekadar Makan Krupuk

Dias Lusiamala - Kamis, 18 Agustus 2022 18:41 WIB
Menunggu giliran tampil (Halopacitan/Dias Lusiamala)

PACITAN– Suara gamelan mengalun di Balai Desa Sidomulyo, Kecamatan Ngadirojo, Pacitan. Sementara beberapa bocah berdandan apik melenggak-lenggok mengikuti iramanya.

Banyak anak yang terlihat sangat luwes dalam gerakannya, ada yang ragu-ragu dan bahkan tidak kompak. Tidak apalah. Namanya juga anak-anak. Biar salah tetap menarik dan lucu

Sekilas memang terlihat aneh melihat anak-anak ini menari. Mereka yang selama ini lebih identik dengan gadget dan dunia internet, ternyata cukup bersemangat dan bergembira memainkan tarian tradisional.

Gambaran itu terlihat dalam pagelaran Langen Bekso Tayub yang digelar pada Rabu 17 Agustus 2022. Tentu saja acara masih menjadi bagian dari peringatan hari ulang tahun kemerdekaan ke-77 Republik Indonesia. Sebanyak 40 anak ikut dalam kegiatan itu. Seminggu sebelumnya anak-anak ini telah digembleng oleh guru tari mereka.

Kegiatan yang digelar Panitia Peringatan Harus Besar Nasional ini layak diacungi jempol. Selama ini lomba memeriahkan 17 Agustus kebanyakan diisi dengan permainan itu-itu saja. Seperti lomba lari karung, pecah air, makan krupuk dan sebagainya. Memang memunculkan rasa gembira, tetapi kadang tidak ada nilai lebih dari lomba semacam itu.

Penampilan para senior/Dias Lusiamala

Berbeda dengan Langen Bekso yang setidaknya mengenalkan anak-anak pada seni tradisional yang semakin senyap dari kehidupan para bocah..

“Kegiatan ini di arahkan untuk mengasah kemampuan anak sejak usia dini dan sekaligus untuk melestarikan budaya yang ada,” kata Bagus Aldy Sapoethot, ketua panitia kegiatan Rabu (17/8/2022).

Para penabuh gamelan/Dias Lusiamala

Langen Bekso Tayub sendiri merupakan sebuah tradisi sedekah bumi yang digelar dengan cara berbeda dari sedekah bumi daerah lainya. Langen Beksan Tayub biasanya identik dengan menyanyikan tembang Jawa. Sementara dalam kegiatan ini lebih difokuskan pada tariannya.

Antusias masyarakat yang hendak menonton dan peserta yang mengikuti lomba pun cukup banyak. Ini sekaligus menunjukkan seni tradisional sebenarnya masih cukup diminati. Tinggal apakah ada tempat untuk tampil atau tidak.

Setidaknya di Desa Sidomulyo dibukikan lomba seni tradisional juga bisa semeriah lomba makan krupuk.

Editor: Amirudin Zuhri

RELATED NEWS