PACITAN-Ribuan orang menghadiri haul KH Abdul Manan Dipomenggolo. Ulama yang mendirikan Pondok Tremas Pacitan serta mempelopori terbentuknya Jaringan Ulama Nusantara pada tahun 1800-an.
Haul diadakan di Sarean Semanten Sabtu 28 Mei 2022 dari pagi hingga sore. Dalam Manaqib yang dibacakan oleh Ketua Mejelis Maarif PIP Tremas, KH Luqman Harits Dimyathi diceritakan KH Abdul Manan Dipomenggolo yang lahir di Desa Semanten pada tahun 911 itu memiliki jasa besar terhadap perkembangan Islam nusantara, khususnya pendidikan pesantren yang bisa kita jumpai hingga saat ini.
Diceritakan pada tahun 1850-an telah ada komunitas yang bertempat tinggal di Ruwaq Jawi (tempat tinggal orang Nusantara) di Al-Azhar Kairo Mesir. Dan Mbah Abdul Manan merupakan generasi pertama orang Nusantara yang belajar di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir.
"Pada tahun 1850-an di komplek Masjid Al Azhar telah dijumpai komunitas orang Nusantara atau Indonesia kalau sekarang. Dan Mbah Abdul Manan tercatat sebagai generasi pertama yang belajar di sana. Kemudian disusul puteranya, yakni KH Abdulloh hingga cucu-cucunya seperti Mbah Mahfudz At Turmusi, Mbah Dimyathi dan Mbah Dahlan Al-Falaki," katanya, Sabtu (28/5/2022).
Secara keilmuan, lanjut pria yang disapa Gus Luqman, Mbah Abdul Manan belajar kepada Grand Syeikh ke-19, Ibrahim Al Bajuri yang terkenal dengan kitab karangannya yakni Fathul Mubin syarah dari kitab Ummul Barahin dan dibaca di beberapa pesantren di Indonesia.
"Dalam kitab Al-Ulama’Al Mujaddidun karya KH Maimoen Zubair, Sarang, Rembang, Mbah Abdul Manan adalah ulama Ahlussunnah yang pertama kali mempopulerkan kitab Ithaf Sadat Al-Muttaqin, yaitu syarah dari kitab Ihya’ Ulumuddin karya Imam al-Ghazali," terangnya.
Selain itu, dari Mbah Abdul Manan lahir generasi cendekia muslim yang cukup populer karena sanad ilmu haditsnya yakni Syaikh Mahfudz At Turmusi.
"Mbah Mahfudz merupakan cucu Mbah Abdul Manan. Di antara murid-muridnya adalah KH Hasyim Asy'ari, KH Wahab Hasbullah dan KH Bisri Syansuri pendiri Nahdlatul Ulama pada tahun 1926," tutur Gus Luqman.
Tidak hanya itu, banyak lahir ulama yang menyusun berbagai macam kitab dan memiliki kontribusi besar terhadap perkembangan dunia Islam, seperti Syaikh Mahfudz pemegang mata rantai terakhir Shahih Bukhari dan Muslim.
"Sangat wajar jika saat ini banyak lahir ulama Nusantara yang merupakan generasi cemerlang. Kita patut bangga," jelas Gus Luqman Harits.