PACITAN-Indonesia, memiliki aneka ragam budaya. Salah satunya adalah Wayang Beber yang juga ada di Pacitan.
Wayang beber merupakan kesenian wayang yang bisa dikatakan tertua di Indonesia.
Menurut kisahnya, Wayang Beber di Pacitan berawal saat putri Prabu Brawijaya sakit. Saat itu dibuatlah sayembara untuk kesembuhan sang putri oleh Prabu Brawijaya.
Salah satu abdi dalem Prabu Brawijaya, Nolodermo mengikuti sayembara itu. Dan ternyata Nolodermo berhasil menyembuhkan sang putri Prabu Brawijaya. Prabu Brawijaya pun memberikan hadiah wayang beber kepada Nolodermo sebagai ucapan terima kasih karena menyembuhkan sang putri.
Berawal dari cuplikan kisah itulah kini wayang beber berkembang di Pacitan. Hingga saat ini diketahui kesenian wayang beber masih terus dilestarikan secara turun temurun oleh keturunan Nolodermo.
Menurut Arif Mustofa (45) dosen sejarah STIKIP PGRI Pacitan, berbeda dengan wayang kulit, pertunjukkan wayang beber hanya melibatkan 5 orang yang terdiri dari 1 dalang dan 4 wiyaga (pemain gong, kenong, rebab dan kendang).
Dalam sejarah, hanya keturunan Ki Nolodermo dan beberapa yang diberi wasiat saja yang bisa jadi dalang dan niogo wayang beber.
Berbeda dengan wayang kulit, Wayang Beber bentuknya lembaran bergambar. Setiap gulungan wayang beber bisa mencapai 4km, terdiri dari 4 kisah cerita. Keunikan wayang beber adalah penggambaran tokohnya benar-benar detail dan jelas. Jika wayang kulit digelar semalaman, wayang beber hanya digelar dengan durasi kurang lebih 2 jam.
"Cerita wayang beber terdiri atas enam gulung, satu gulung berisi empat kisah yang disajikan satu persatu, jadi dalam pertunjukan wayang beber gambar dalam gulungan disajikan seperempat demi seperempat,” terang Arif.