NEW DELHI-Pada Maret 2022 lalu, empat tukang kebun yang bekerja di sebuah kondominium di Gurgaon, pinggiran kota dekat ibu kota India, Delhi, berlindung di bawah pohon saat hujan.
Dalam beberapa menit, kilatan jingga melesat ke bawah batang pohon diikuti dengan gemuruh guntur. Petir biasanya berlangsung kurang dari satu detik. Kilatan petir khas berkekuatan sekitar 300 juta volt dan 30.000 amp. Ini - cukup untuk membunuh. Hal ini dapat menyebabkan udara di sekitarnya memanas hingga mencapai suhu lima kali lipat dari suhu di permukaan matahari.
Keempat pria itu jatuh ke tanah. Satu di antaranya meninggal, sementara yang lain selamat dengan luka bakar. "Saya tidak ingat apa yang terjadi pada saya dan bagaimana itu terjadi. Dalam hitungan detik, semuanya hancur," kata salah satu korban kepada sebuah surat kabar.
Rekannya adalah salah satu dari lebih dari 2.500 orang India yang kehilangan nyawa karena petir setiap tahun. Menurut data resmi Sambaran petir telah menewaskan lebih dari 100.000 orang di negara itu antara tahun 1967 hingga 2019. Ini lebih dari sepertiga kematian yang disebabkan oleh bencana alam selama periode ini. Orang yang selamat mungkin harus hidup dengan gejala seperti kelemahan, pusing, dan kehilangan ingatan.
Kantor meteorologi India memulai prakiraan petir tiga tahun lalu. Aplikasi seluler sekarang melacak kilatan. Orang-orang disiagakan melalui radio, TV, dan sukarelawan yang membawa megafon. Inisiatif tiga tahun bernama Lightning India Resilient Campaign bekerja keras untuk meningkatkan kesadaran di desa-desa rawan petir dan mengurangi kematian.
Namun jumlah serangan petir juga meningkat tajam. Menurut sebuah studi oleh Climate Resilient Observing Systems Promotion Council India mencatat lebih dari 18 juta sambaran petir antara April 2020 hingga Maret 2021. Meningkat 34% dibandingkan periode yang sama selama tahun sebelumnya. Data satelit yang dikumpulkan oleh Indian Institute of Tropical Meteorology juga menunjukkan serangan telah "meningkat pesat" antara 1995 dan 2014.
Meskipun setengah lusin negara bagian mencatat sebagian besar serangan, tiga wilayah yakni Odisha, Jharkhand dan Benggala Barat menyumbang 70% dari kematian. Laki-laki yang bekerja di pertanian adalah yang paling rentan.
“Ada banyak sambaran petir di daerah kami. Saya masih ingat seorang bocah lelaki berusia tujuh tahun terbunuh ketika dia pergi keluar saat badai untuk mengambil kerbau mereka. Sekarang kami hanya mencoba untuk tinggal di rumah,” kata Sandhyarani Giri, seorang guru sekolah di Benggala Barat sebagaimana dikutip BBC Senin 14 Februari 2022.
Giri tinggal di desa nelayan berpenduduk padat di Fraserganj yang berbatasan dengan Teluk Benggala, sekitar 120 km (74 mil) selatan ibu kota negara bagian, Kolkata. Wilayah ini semacam hotspot petir dengan sekitar 60 orang meninggal setiap tahun karena sambaran petir.
Sambaran petir pada dasarnya adalah pelepasan listrik yang sebagian besar disebabkan oleh ketidakseimbangan dalam awan badai. Penduduk desa telah meningkatkan kesadaran dan mengurangi kematian akibat petir dengan membuat penangkal petir buatan sendiri yang murah untuk mengarahkan muatan listrik ke bumi.
Untuk membuat konduktor ini, penduduk desa menggunakan pelek sepeda bekas, bambu, dan kabel logam. Pelek dipasang di atas tiang bambu - terkadang setinggi 39 meter - yang diikatkan ke bangunan, terutama pusat komunitas dan sekolah. Konduktor memastikan bahwa listrik yang dihasilkan akan mengalir ke bumi tanpa menyebabkan kerusakan apa pun.
Menurut penelitian Lightning Resilient India Campaign sebagian besar korban ppetir di India tinggal di desa dan meninggal setelah berlindung di bawah pohon tinggi. Petani dan nelayan serta pekerja di luar ruang adalah yang paling rentan menjadi korban. Kampanye ini telah mengurangi kematian akibat petir hingga 60% di beberapa negara bagian.
Para ilmuwan mengatakan ancaman dari perubahan iklim menyebabkan peningkatan aktivitas petir. Naiknya suhu permukaan tanah dan laut menghangatkan udara di atas dan membuat lebih banyak energi tersedia untuk mendorong badai petir dari mana petir memancar.
Sebuah studi oleh para ilmuwan di University of California, Berkeley menyebutkan sambaran petir di Amerika dapat meningkat sebesar 12% untuk setiap kenaikan derajat suhu rata-rata. Di India, meningkatnya urbanisasi dan hilangnya pohon juga telah menyebabkan kenaikan suhu.
"Pemanasan di atas daratan dan kelembapan di atas air dan aerosol karena polusi udara menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi awan petir untuk memicu aktivitas petir. Saat India menjadi lebih hangat dan lebih tercemar, badai petir akan meningkat," kata SD Pawar, Direktur Thunderstorm Dynamics at Indian Institute of Tropical Meteorology.
India bertujuan untuk mengurangi jumlah kematian akibat petir menjadi kurang dari 1.200 per tahun pada tahun 2022. Para sukarelawan mengadakan kampanye kesadaran dan memberi tahu orang-orang di desa-desa untuk tinggal di dalam rumah dan menghindari berlari ke ladang terbuka untuk mengambil ternak selama badai. Mereka juga meminta penduduk tidak berkumpul di bawah pohon, dan menjauh dari kabel listrik dan pagar besi.
Jadi apa Apa yang harus dilakukan saat ada banyak petir menyambar?